Kamis, 14 Juli 2016

INFORMATIVITAS DAN SITUASIONALITAS

Oleh : Dhinar Ajeng Fitriany (7317150315), Goziyah (7317150265)
Paldy (7317150081)



ABSTRAK

Text is defined as a unit of unlimited length formed by a sequence of utterances in which each following utterance repeats the information introduced by the previous one and adds to it some new information. This paper explained about the two criterias or standards of textuality, both of them are informativity and situationality.  Informativity concern of the balance between the unknown and certain, expected and unexpected in a text. Then, situationality concern of factors which make a text relevant to a current situation or occurrence. These are strategies of monitoring and management employed by the speaker to make sure that the discourse develops according the expectations.  The explanation of informativity and situationality are focus on describing some significant ways, where text which has correlate by discourse act can be applied on relate situation. In discourse analysis, informativity and situtionality sometimes are not priority on a text for reader.

Keywords: textuality, informativity, situationality.

A.   Pendahuluan
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai informativitas dan situasionalitas. Adapun terdapat 43 hal yang berkaitan dengan informativitas yang akan dibahas dalam makalah ini. Selain itu, berkaitan dengan situasionalitas, terdapat 27 hal yang menjadi cakupan di dalam situasionalitas. Berikut akan dijelaskan mengenai 43 hal yang berkaitan dengan informativitas dan 28 hal yang berkaitan dengan situasionalitas.

B.   Pembahasan
1.    Informativitas
1)         Istilah informativitas digunakan untuk menunjukkan segala sesuatu yang menyangkut kemunculan dari suatu teks yang diharapkan atau tidak diharapkan, diketahui atau tidak diketahui oleh penerima. Adapun biasanya informativitas dapat terlihat pada konten suatu teks. Akan tetapi, peristiwa dalam sistem bahasa apapun bisa jadi informatif. Tekanan yang ada pada konten muncul dari peranan koherensi yang dominan dalam tekstualitas. Sementara itu, sistem bahasa, seperti fonem dan sintaks hanya bersifat sebagai tambahan, sehingga fonem dan sintaks jarang menjadi fokus perhatian langsung dari penerima. Di dalam informativitas, istilah ‘perhatian’ dapat didefinisikan sebagai pemrosesan sumber daya yang membatasi potensi untuk tugas lainnya yang harus dilakukan penerima pada waktu yang sama (Keele, 1973). Oleh karena itu, jika perhatian difokuskan pada koherensi konsep dan hubungan, sistem lainnya tidak ditonjolkan, kecuali sengaja ditangani dengan cara yang tidak diharapkan. Adapun contohnya, beberapa puisi yang terkenal di abad 21, yang mengandung unsur suara yang ganjil, yang tidak berbentuk kata yang dikenal, seperti pada puisi Ernst Jandl :

[115]   La zeechn u bapp                            sintaks tidak beraturan
            lileo zunggi

            Di dalam puisi tersebut karena koherensinya tidak ditetapkan, maka perhatian penerima bebas hanya pada bunyi tanpa berfokus pada makna puisi tersebut. Sintaksis juga dapat difokuskan pada urutan nyata yang tidak ada di dalam kalimat pada umumnya, seperti perintah Tuhan di dalam Paradise Lost :
           
            {116} Him who disobeys, me disobeys.               sintaksis tidak beraturan

            Di dalam penukaran susunan kalimat, konten {116} di atas cukup mudah.

2)         Claude Shanon dan Warren (1949) mengangkat sebuah teori informasi berdasarkan ide utama, yakni probabilitas statistikal. Semakin besar ide alternatif yang diberikan, maka semakin tinggi nilai informasi yang diperoleh si penerima ketika memilih salah satu dari ide alternatif tersebut. Adapun metode yang paling tepat untuk menentukan alternatif apa yang bisa muncul adalah melihat pada semua urutan bahasa yang ada dan menyebut semua peristiwa pada elemen yang bersamaan secara berturut-turut. Adapun contohnya, perkataan X diikuti oleh perkataan Y. Jika mempertimbangkan semua kesempatan di mana X diikuti oleh sesuatu yang lain, dan si penerima memperoleh probabilitas transisi untuk X akan Y (misalnya, kemungkinan bahwa pernyataan X akan masuk ke dalam pernyataan Y), maka urutan yang terjadi itu berdasarkan transisi butir ke butir dan disebut Markov Chain.

3)         Terdapat kesepakatan bahwa model probabilitas statistikal ini tidak dapat berlaku dalam komunikasi bahasa alami. Hal ini dikarenakan adanya pertanyaan yang muncul mengenai penyebutan berurutan untuk semua urutan bahasa, seperti bahasa Inggris. Bahkan jika tidak, peristiwa pada elemen yang paling banyak terjadi tergantung pada faktor lainnya daripada peristiwa itu sendiri. Contohnya, adanya ketergantungan gramatikal biasanya dapat memperluas ungkapan yang tidak saling bersebelahan letaknya. Pendekatan statistikal ini sangat menolak aspek pengertian dan tujuan teks dalam wacana.

4)         Meskipun terdapat syarat atau keberatan mengenai model probabilitas statistikal tersebut, namun secara realistis, teori dan model teks tersebut dalam penggunaannya dapat membuang ide probabilitas. Adapun gagasan tersebut dimaknai sebagai ‘ekspektasi’, ‘hipotesis’, ‘kegagalan’, ‘preferensi’, dan ‘prediksi’ yang berperan sebagai kontrol penting pada apa yang muncul di dalam teks. Contohnya, transisi network yang biasanya mewakili sintaks dan hubungan konseptual yang bekerja pada sesuai prinsip dan layak untuk diujicobakan pada urutan tertentu lainnya. Penggunaan plan dalam wacana juga membutuhkan perencanaan yang matang untuk mempertahankan model terkini dan situasi yang akan datang, dan merancang kemungkinan peristiwa yang sesuai.

5)         Probabilitas kontekstual merupakan langkah yang digunakan untuk menentukan perubahan gagasan probabilitas statistikal. Hal tersebut berkaitan dengan adanya pertimbangan penting kelas peristiwa apa yang cenderung lebih banyak atau lebih sedikit mempengaruhi kumpulan sistem dari faktor-faktor terkini. Adapun berkaitan dengan hal ini, pertanyaan yang dapat muncul ialah bagaimana sistem bahasa yang beragam dapat berinterkasi untuk menentukan kemungkinan peristiwa yang belum dipahami dengan baik.

6)         Untuk satu hal, kelebihan probabilitas mungkin tidak sama dalam beberapa sistem. Adapun berkaitan dengan hal tersebut, adanya urutan dapati dibuat menjadi elemen yang sintaktik. Hal ini dikarenakan informativitas yang rendah dalam kohesi. Namun, secara konseptual mustahil terjadi karena memiliki informativitas yang tinggi dalam koherensinya. Contohnya :

            [117] All our yesterday have lighted fools the way to dusty death.

            Contoh di atas sesuai dalam kohesinya, tetapi cukup unik dalam koherensinya. Adapun contoh tersebut berbeda dengan sebuah pernyataan yang biasa ada dalam format sintaksik yang sama:

            [117a] All our western agencies have guided tours to dusty Death Valley.
Semua agen barat kami telah menuntun tur ke Death Valley yang berdebu.
            Sebagai pengganti, suatu urutan seperti yang telah dikutip dalam bait Milton :
           
[116] Him who disobeys, me disobeys.

            Contoh di atas sesuai dalam koherensinya, tetapi tidak sesuai dalam kohesinya. Adapun sebagai lawan penataan ulang sehari-hari seperti di bawah ini:

            [116a] Whoever disobeys him is disobeys me.
            Barangsiapa yang menaati dia (Malaikat) maka ia menaati-Ku.

            Contoh tersebut didukung dengan pemrosesan yang mudah dan sesuai, sementara hal yang tidak sesuai membuat pemrosesan menjadi suatu pertukaran yang menarik.

7)         Di dalam setiap level peristiwa diperlukan penempatan nilai-nilai numerik yang tepat. Selain itu, hal yang lebih logis akan menjadi asumsi pada ranah probabilitas umum, yakni pengukuran lebih tinggi atau lebih rendahnya skala perkiraan. Adapun di dalam informativitas terdapat tiga urutan informativitas, yang mana pada masing-masing urutan, pengguna bahasa manusia dapat membedakannya selama komunikasi aktual. Tiga urutan informativitas tersebut, antara lain : (a) tingkat atas, (b) tingkat rendah, dan (c) tingkat di luar keduanya.

8)         Peristiwa pilihan pada tingkat atas probabilitas, seperti apperceptibly, merupakan kandidat yang dianggap paling mungkin dapat menyampaikan informativitas urutan pertama. Adapun contoh dari apperceptibly, seperti teks “STOP” yang ditemui pada suatu rambu jalan. Hal tersebut dapat diprediksi dalam kohesi, koherensi, perencanaan, situasi kejadian, dan tanda itu sendiri yang memiliki bentuk dan warna yang unik dan dapat dikenali pada jarak tertentu yang telah dipertimbangkan. Adanya prediktabilitas maksimal di dalam hal tersebut berperan untuk menjaga kebebasan perhatian pengendara untuk kondisi lalu lintas saat itu.

9)         Di dalam peristiwa urutan pertama, terdapat kata fungsi. Adapun di dalam bahasa Inggris, kata fungsi, yakni berupa artikel, preposisi, dan konjungsi, yang semuanya merupakan tanda dari isi atau konten. Kata fungsi sering diucapkan tidak jelas, sehingga sulit diidentifikasi di luar konteks (Woods & Makhoul, 1973). Selain itu, Clark dan Clark (1977: 275) juga menyarankan bahwa selama proses produksi teks terjadi, kata-kata fungsi yang dipilih hanya setelah ada kata isi. Dalam penerimaan teks, pembaca mungkin melewatkan kata-kata fungsi dan potongan-potongan kata isi. Adapun kata-kata fungsi sering terdapat di dalam teks seperti telegram, dan rambu-rambu jalan. Menurut Goodglass & Blumstein (1973) penyakit afasia (kehilangan kemampuan bahasa karena gangguan otak) dapat menyebabkan penderita afasia sering menghilangkan kata-kata fungsi dalam berbicara.

10)      Di sisi lain, kata-kata isi, umumnya bersifat lebih informatif. Adapun kata-kata isi mengaktifkan ranah kognitif yang lebih luas dan beragam. Berkaitan dengan kata-kata fungsi dan kata-kata isi, produsen teks mungkin dapat mengubah atau membalikkan peran normal dari dua jenis kata tersebut. Contohnya seperti kalimat di bawah ini :

            [118] wish by spirit and if by yes (e.e. cummings 1972)
            [119] long along the in and out of grey car (Myra Cohn Livingston 1972)

Penempatan kata-kata fungsi seperti ‘if’ pada [118] dan ‘in’ dan ‘out’ pada [119] menciptakan fokus perhatian di mana konten khusus dapat ditetapkan pada masing-masing kalimat, misalnya ‘if’ sebagai ‘kemungkinan’ dan ‘in’ dan ‘out’ sebagai ‘entry’ dan ‘exit’.

11)      Informativitas urutan pertama akan selalu ada di dalam teks. Dalam hal ini, setiap peristiwa harus memiliki sifat yang sama atau berbeda dengan peristiwa sebelumnya ada sistem yang sama, serta menunjukkan adanya kesamaan antara peristiwa gramatikal.

12)      Prosedur standar yang ditetapkan untuk peristiwa urutan pertama dalam komunikasi bersifat baku (operasi atau pilihan berasumsi diatur dalam ketiadaan indikator yang bertentangan) dan preferensi (operasi atau pilihan yang rutin diperlakukan pada alternatif lain). Di dalam prosedur ini, ketika pembakuan atau preferensi yang diganti, misalnya, ketika peristiwa di bawah kisaran atas probabilitas, kita memperoleh informativitas urutan kedua. Adanya beberapa peristiwa urutan kedua setidaknya akan menjadi standar normal untuk komunikasi tekstual, karena teks pada urutan pertama akan sulit untuk dibangun dan dibuat menarik. Pada satu kesempatan, peristiwa urutan pertama dapat dinaikkan dan urutan ketiganya diturunkan untuk menjaga urutan tengahnya.

13)      Peristiwa yang pada awalnya muncul untuk mengatur bagian luar pada lebih atau kurangnya opsi disebut informativitas urutan ketiga. Adapun informativitas urutan ketiga merupakan peristiwa yang relatif jarang mengundang perhatian pembaca atau penerima. Di dalam informativitas urutan ketiga, adanya kesenjangan di mana pola teks disajikan tidak sesuai pola pengetahuan yang tersimpan, akan menjadi jenis peristiwa urutan ketiga yang biasa. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penerima teks harus melakukan pencarian motivasi – kasus pemecahan masalah yang khusus untuk mencari tahu apa yang menandakan peristiwa tersebut, mengapa suatu masalah dipilih, dan bagaimana masalah tersebut dapat diintegrasikan kembali ke dalam kontinuitas yang merupakan dasar komunikasi. Akibatnya, pencarian yang sukses akan menunjukkan bahwa peristiwa dalam pertanyaan dengan berbagai pilihan akhirnya dapat diakses melalui beberapa mediasi. Oleh karena itu, pencarian telah menurunkan peristiwa urutan ketiga ke urutan kedua. Penurunan status dapat memiliki beberapa direksionalitas. Jika penerima teks kembali untuk menemukan motivasi dalam peristiwa sebelumnya, mereka melakukan penurunan mundur. Jika penerima teks menunggu untuk mempertimbangkan peristiwa selanjutnya, maka penerima teks melakukan penurunan maju. Jika penerima teks bergerak di luar teks atau wacana saat ini, maka penerima teks melakukan penurunan keluar.

14)      Pengolahan tersebut juga dapat memperpanjang lebih jauh komunikasi tekstual dan reaksi manusia terhadap dunia pada umumnya. Contohnya seperti, orang normal akan terkejut menerima cek dalam surat untuk jumlah uang yang besar. Orang tersebut mungkin akan berpikir kembali tentang hal apa yang dilakukan sebelumnya (penurunan mundur/ downgrading/masa lalu); orang tersebut mungkin menunggu untuk melihat beberapa pemberitahuan (forward downgrading/masa depan); atau orang tersebut mungkin menganggap bahwa kesalahan telah terjadi dengan uang yang dimaksudkan untuk orang lain atau tujuan lain (outward downgrading). Selain itu, kesia-siaan atau omong kosong akan menghasilkan kurangnya kontinuitas antara peristiwa dan sisa pengetahuan, pengalaman, dan kesulitan untuk mentolerir.

15)      Sejauh mana peristiwa urutan ketiga yang sebenarnya mengganggu akan bergantung pada kelebihan pertalian atau hubungan yang dipengaruhi. Suatu peristiwa yang berlawanan dengan pengetahuan yang sudah pasti, akan lebih membingungkan daripada yang berlawanan dengan khas; dan pelanggaran pengetahuan khas akan lebih mengganggu daripada pengetahuan yang disengaja. Adapun contohnya terdapat dalam bait yang cukup terkenal (Carroll, 1960: 234) :

            [120] Their coats were brushed, their faces washed,
                    Their shoes were clean and neat
                    And this was odd, because, you know,
                   They hadn’t any feet.
           
            [120] Mantel mereka disikat, wajah mereka dicuci
                    Sepatu merea bersih dan rapi
                   Dan ini aneh, karena, kau tahu,
                  Mereka tidak memiliki kaki.

Efek ini berasal dari pengetahuan yang sudah pasti bahwa sepatu harus dikenakan pada kaki. Di sini, penyajiannya dimotivasi untuk menggambarkan istilah anak manusia pada suatu liburan.

16)      Pada bagian ini, akan diberikan contoh kutipan adanya peregangan yang menggangu pada teks :

            [15] The sea is water

Ternyata, pengetahuan yang sudah pasti mengenai substansi laut hanya tidak bisa menjadi laut jika disajikan tanpa tujuan. Dalam peristiwa ini, produsen teks mengklaim bahwa ‘laut’ sebenarnya merupakan percampuran larutan gas dan garam [15a].

            [15a] The sea is not water. It is actually a solution of gases and salts.
            [15b] Laut bukan air. Ia sebenarnya larutan gas dan garam.

Adapun selanjutnya, penerima dipertemukan langsung dengan peristiwa urutan ketiga yang dapat diintegrasikan dengan forward downgrading. Dalam kedua kasus pada [15a] dan [15b], pembukaan teks menghadirkan pernyataan informasi yang tidak stabil, yang mungkin tidak nyaman bagi penerima.

17)      Harus ada disposisi pengolahan yang mencegah pengguna teks dari mengungkapkan atau menerima bacaan alternatif yang ganjil dari teks tunggal. Adapun contohnya seperti pada Schank dan Wilensky (1977: 141) :

            [121] Time flies like an arrow.
            [121] Waktu berlalu seperti panah.

Adapun dapat terjadi dua kemungkinan alternatif  yang muncul dari pernyataan [121] di atas, antara lain: (1) seseorang sedang diperintahkan untuk mengukur kecepatan lalat pada cara seperti panah, atau (2) sebuah nama spesies aneh yang khusus bernama lalat gemar panah. Akan tetapi, alternatif juga dapat menjadi urutan ketiga. Pada skala informativitas yang lain, bacaan urutan pertama dari bait puisi (Richard Cory oleh Edward Arlington robinson (1914: 35) hampir tidak mungkin terjadi pada penerima atau pembaca :

            [122] And he was always human when he talked
            [122] Dan dia selalu manusia ketika ia berbicara

Secara jelas, ‘he’ tentunya akan menjadi milik kelas ‘manusia’, dan manusia merupakan satu-satunya yang mungkin berbicara dalam puisi. Selain itu, contoh bacaan urutan pertama juga terdapat pada judul :

            [58] San Juan Gunfire Kills One : tembakan San Juan Tewaskan Satu

Melalui pernyataan tersebut, pembaca normal akan memerhatikan bahwa informasi yang diumumkan dalam pernyataan tersebut ialah bahwa tembakan fatal itu terdapat di suatu kota.

18)      Probabilitas Kontekstual adalah campuran faktor yang kompleks. Berkaitan dengan hal tersebut, manusia harus membedakan perkembangan yang terus-menerus berjalan sesuai dengan harapan manusia yang berlaku di dalam berbagai tingkatan selama komunikasi terjadi.

18.1)   Adanya dunia nyata yang merupakan model dominan sosial dari situasi manusia dan lingkungannya, dianggap sebagai sumber harapan pertama. Di dalam dunia nyata, proposisi dianggap benar dan menjadi sebuah fakta. Fakta-fakta yang ada di dalam suatu kelompok atau individu dipertimbangkan untuk dapat diberlakukan secara umum pada beberapa situasi atau peristiwa yang “nyata” atau menjadi keyakinan suatu masyarakat. Dunia nyata adalah dunia yang sesuai sumber keyakinan istimewa yang mendasari komunikasi tekstual. Manusia dapat memproduksi dan menerima banyak teks yang tidak faktual dengan cara tersebut, namun manusia masih cenderung menggunakan dunia nyata sebagai poin orientasinya. Beberapa fakta begitu tertanam kuat di dalam pikiran manusia. Manusia berpikir bahwa penyebab memiliki efek atau akibat; sesuatu yang tidak dapat menjadi benar dan salah; atau ada dan tidak ada, pada saat yang sama dan dalam situasi yang sama; bahwa objek memiliki identitas, massa, dan berat, dan sebagainya. Adapun jika fakta-fakta tersebut dilanggar dalam dunia tekstual, harus ada eksplisit dan tanda yang jelas. Bahkan pada contoh kasus [120], pernyataan tersebut dianggap ‘aneh’ karena persoalannya ialah sepatu yang dikenakan tanpa kaki. Produksi dan penerimaan teks panjang di dunia nyata, yang sebab dan akibatnya dihentikan, mungkin terbukti tidak layak – dalam bahasa Inggris.

18.2)   Manusia tampaknya menerapkan strategi yang konsisten dalam menerima dan mengatur dunia nyata, sehingga kompleksitas yang kurang menjadi besar. Manusia tidak melihat dunia sebagai bom waktu yang merangsang individu, namun manusia mengintegrasikan harapannya menjadi model dunia melalui tindakan dan perhatian manusia yang sangat terampil (Miller & Johnson-Laird, 1976: 29). Apapun pengetahuan yang diperoleh manusia digunakan sebagai jembatan untuk mendapatjan pengetahuan lebih lanjut, Berkaitan dengan hal tersebut, adanya penggunaan pola global, seperti kerangka, skema, rencana, dan skrips, ditujukan untuk mencocokkan, mengintegrasikan, dan mengendalikan sejumlah pengetahuan yang ada saat ini. Selain itu, ada beberapa bukti mengenai strategi urutan normal yang digunakan unuk membuktikan dan membicarakan tentang dunia (nyata atau imajinasi). Jika diminta untuk memonitor adegan visual, manusia cenderung untuk bergerak dari atas ke bawah (DeSoto, London & Handel, 1965; Clark & Chase, 1974). Adapun contohnya, dalam menggambarkan apartemen, manusia secara mental berjalan mengelilinginya, menyebutkan setiap kamar dalam urutannya, menempatkan kamar utama dalam ungkapan yang mengisi slot subjek kalimat, sedangkan kamar kecil yang lebih sering dinyatakan dalam predikat (Linda & Labov, 1975).

18.3)   Sumber harapan kedua adalah organisasi bahasa yang digunakan dalam teks. Dalam bahasa, seperti bahasa Inggris, banyak kaidah untuk menggabungkan bentuk tersebut, yaitu organisasi peristiwa dan situasi tidak tercermin langsung dalam organisasi bahasa. Kaidah organisasi bahasa mendorong pembaca untuk mempertimbangkan kelompok bunyi tertentu yang tidak dapat diucapkan karena bahasa mereka tidak mencukupi. Misalnya, penutur bahasa Inggris, tidak akan mencoba untuk mengucapkan kelompok, seperti ‘Ltd’, ‘bbl’, ‘FBI’ atau ‘lb’ seperti yang tertulis, namun penutur bahasa Inggris akan segera mengenali mereka sebagai singkatan dari bentuk lama dengan pola bunyi yang lebih nyaman didengar oleh telinga. Pada prinsip yang sama, urutan yang tidak teratur secara radikal digunakan oleh ahli tata bahasa untuk menekankan pentingnya sintaks, misalnya pada Dresher dan Hornstein (1976: 365) :

            [123] Tall man the hit small round ball a.

akan hampir terjadi atau dapat diterima di luar perdebatan linguistik. Jika terdapat konfigurasi yang aneh, seperti bunyi atau sintaks yang disajikan, maka akan hadir peristiwa urutan ketiga yang non-dwongradable untuk sebagian besar penerima. Jika bunyi dan sintaks yang digunakan hanya untuk fungsi pengaturan konten, maka penolakan organisasi tidak akan berguna , kecuali beberapa fungsi baru ditemukan.

18.4) Sumber harapan ketiga muncul dari teknik untuk mengatur urutan sesuai dengan informativitas elemen atau kelompok elemen. Terdapat sarana untuk menandai apa yang dianggap baru, penting, atau tidak terduga dalam klausa atau kelompok nada, yakni perspektif kalimat fungsional dan intonasi. Adapun unsur-unsur yang sangat informatif cenderung muncul menjelang akhir klausa dan menerima kata kunci tinggi. Sebaliknya, unsur informativitas rendah cenderung muncul pada klausa dan menerima kata kunci rendah, atau harus dipadatkan melalui PRO-FORM atau dihilangkan melalui adanya ellipsis. Teknik ini memberikan keseimbangan antara dua kecenderungan yang berlawanan, mempertahankan poin orientasi yang jelas, dan menjaga informativitas yang cukup tinggi.
  18.5) Dapat disimpulkan bahwa sumber harapan pertama tentang “dunia nyata” dan “fakta” akan bersifat independen dalam bahasa secara keseluruhan, sedangkan sumber kedua (kaidah formal) dan yang ketiga (penandaan informativitas) akan bervariasi dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Namun, isu ini menjadi permasalahan yang besar. Adanya keragaman kaidah formal antara bahasa itu tidak terbantahkan, tapi ada sedikit kesepakatan tentang apakah keragaman tersebut juga mendorong pengguna bahasa untuk mengatur dunia dengan cara yang berbeda, seperti yang disarankan oleh Whorf (1956). Demikian pula, jika makna ungkapan dan pengertian teks yang sangat terkait dengan akuisis dan penggunaan pengetahuan, maka manusia harus tunduk pada pengaruh faktor budaya dan sosial yang dieksplorasi dalam semantik etnografi. Oleh karena itu, ada interkasi substansi yang pasti antara tiga sumber harapkan yang diuraikan di atas. Namun, masing-masing sumber menggunakan efek khas sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi bahasa yang khusus.

18.6)   Sumber harapan keempat adalah jenis teks (Text Type). Adapun jenis teks adalah kerangka global yang mengendalikan berbagai pilihan yang mungkin akan dimanfaatkan. Contohnya, seperti suara atau sintaks yang dapat diterima di dalam teks-teks puisi, di mana kaidah ungkapan yang khas dimodifikasi. Hal tersebut dapat dicontohkan pada jenis teks ilmiah di bawah ini:

[120a] This treatise examines the data gathered at the Scripts Institute of Oceanographic Research on cleanliness of shoes among footless mollusks of the genus Ostreidae.

Karya tulis ini meneliti data yang dikumpulkan di Scripts Institute Penelitian Oseanografi mengenai kebersihan sepatu antara moluska tanpa kaki dan genus Ostreidae.

Jenis teks ilmiah tersebut menolak penangguhan dasar “fakta” dalam organisasi dunia, contohnya benda (seperti “kaki”) yang ada maupun tidak ada.
18.7)   Sumber harapan kelima dan terakhir adalah konteks yang dekat (immediate context) di mana teks terjadi dan digunakan. Adanya aktualisasi dapat mengganggu organisasi konvensional dari sistem yang sesungguhnya. Adapun sumber ini mungkin mengubah harapan yang diambil dari empat sumber lain. Gagasan gaya (style) telah digunakan untuk menggambarkan asumsi bahwa teks tunggal atau serangkaian teks memunculkan kecenderungan pemilihan yang khas. Dengan demikian, penerima dapat mengharapkan beberapa macam peristiwa yang lebih dominan dan sering muncul daripada yang lain. Teks sastra dan puisi akan menggambarkan fokus khusus mengenai gaya, sehingga produsen harus mengeluarkan kepedulian dan perhatian yang cukup pada produsen seleksi. Namun, informativitas dapat ditingkatkan pada kesempatan melanggar dari gaya pemikiran pengarang (Riffaterre, 1959, 1960). Adapun jika taktik ini sering diikuti secara intens dan penerima sering menjadi bingung di mana penerima tidak mampu menggunakan teks, msalnya dalam Novel James Joyce yang berjudul Ulysses, di mana mungkin tidak ada pola tetap yang dapat membentuk latar belakang peristiwa di dalamnya, sehingga menggunakan downgrading.

19) Pengaruh yang nyata dari suatu peristiwa dalam konteksnya selalu dapat ditingkatkan (upgrade) atau diturunkan (downgraded) melalui pengaturan yang direncanakan dengan tepat. Oleh karena itu, frekuensi berperan penting di dalam hal ini, baik dalam kumpulan teks yang banyak maupun yang tidak.

20)  Perbandingan jumlah frekuensi tidak diragukan lagi di dalam teks yang ringkas dan sederhana. Di sisi lain, adanya harapan pengguna teks menjadi persoalan yang rumit. Hal ini dikarenakan pada saat-saat tertentu, orang-orang benar menyatakan apa yang menjadi harapannya. Oleh karena itu, setelah melakukan proses idetifikasi teknik bahasa yang berfungsi untuk menunjukkan harapan, penerima dapat menelusuri bukti tekstual. Adapun contoh terkait penjelasan tersebut, yakni terdapat sebuah ilustrasi yang cukup sederhana mengenai penggunaan kata “ingkar”, yang biasanya hanya ditemukan ketika terdapat beberapa motif untuk mempercayai sesuatu yang dinyatakan “benar”.
21) Di bawah ini merupakan salah satu kutipan singkat dari media cetak TIME yang terbit pada tanggal 22 Januari 1979 :

[3]        [1] Twenty-year-old Willie B is a diehard TV addict. [2] He hates news and talk
Shows, but he loves football and gets so excited pver food commercials that he sometimes charges at the set waving a fist. [3] Says a friend: [4] “He’s like a little child.”

[5] Willie B is a 450-lb gorilla at the Atlanta Zoo. [6] In December a Tennesse TV dealer heard about Willie B’s lonely life as the zoo’s only gorilla and gave him a TV set.

Berkaitan dengan kutipan di atas, penerima dapat memilah-milah harapan yang sesuai dengan apa yang bisa diperoleh penerima dari kutipan tersebut.

22) Salah satu faktor penting di dalam teks ialah definiteness (kepastian) dan status entitas (keutuhan atau kesungguhan) dunia teks yang dapat diidentifikasi, diakses, dan diperoleh kembali. Perihal tersebut secara konvensional ditandai dalam teks-teks bahasa Inggris dengan artikel yang “pasti”, sementara artikel yang “tidak pasti” disajikan untuk entitas yang sedang diaktifkan saja. Berkaitan dengan entitas “pasti”, sebuah entitas dianggap “pasti” karena semua orang sudah mengetahui tentang hal tersebut, misalnya “matahari” dan “bulan”. Beberapa entitas dapat terbatas dikarenakan mereka merupakan anggota kelas yang tidak ditentukan. Contohnya, seperti “Kebun Binatang Atlanta” [5] yang terkenal dan unik. “Kebun binatang” [6] adalah sebuah entitas yang telah disebutkan dan keduanya pasti. Ketidakpastiannya biasanya ditentukan untuk entitas pada penyebutan pertama, seperti “pecandu” [1], “tinju/kepalan tangan”[2], “teman” [3], “anak” [4], “gorilla” [5], dan “agen”[6]. Namun, terdapat penjelasan lain di sini selain penyebutan pertama, yakni bahwa “anak” dan “gorilla” adalah sebutan baru bagi kata yang sudah disebutkan “Willie B”. Di sisi lain, “TV Set” adalah tidak pasti dalam [6] meskipun penyebutan sebelumnya “sekumpulan (set) yang pasti pada [2].
23) Penggunaan definiteness (kepastian) ini menunjukkan bahwa kepastian dan ketidakpastian mungkin lebih memadai untuk dibicarakan dalam hal akses prosedur. Jika entitas dalam penyimpanan aktif maka pengetahuan yang tentu dan khas tentang entitas mudah untuk diakses, atau bahkan mungkin sudah diakses oleh aktivasi penyebaran. Dengan demikian, kata ‘pecandu TV’ [1] diharapkan memiliki ‘set’ yang menghasilkan kepastian dalam [2]. Sebaliknya, ‘a fist’ dan ‘a friend’ adalah anggota kelas yang disengaja. Kata ‘a child’ [4] adalah penyebutan pertama dan sebuah contoh yang disengaja. Kata ‘ a gorilla’ adalah penyebutan pertama, tetapi bukan anggota yang disengaja, karena hanya ada satu gorilla unik di kebun binatang.

24) Selain kepastian, urutan kalimat dan klausa dapat pula dibahas. Penempatan ‘Willie B’ dalam posisi subjek menandakan bahwa ‘Willie’ akan menjadi tokoh dalam topik. Adapun persoalan mengenai urutan kalimat dan klausa diatur dengan Junctives, seperti kata ‘but’ dalam bahasa Inggris yang berguna untuk menghaluskan transisi.

25) Adanya dua paragraf yang mendukung koherensi teks, sehingga produksi dan penerimaan setidaknya akan didukung dengan penyebaran aktivasi. Klausa ‘diehar TV addict’ [1] mengandung unsur ‘kesukaan dan ketidaksukaan yang rinci’ untuk mendapatkan kata ‘excited’ pada beberapa jenis program TV [2].

26) Bertentangan dengan latar belakang kohesi dan koherensi yang terorganisir dengan baik, produsen teks mampu menghadirkan kejutan besar bagi penerima teks, yakni bahwa ‘Willie B’ bukan manusia – yang dijelaskan di seluruh paragraf pertama. Nama ‘Willie B’ itu sendiri menandakan ciri sugestif. Hal ini dikarenakan setidaknya di Amerika, hewan lebih cenderung memiliki nama terakhir dibandingkan manusia. Selain itu, istilah ‘addict’, ‘talk’, ‘fist’, ‘friend’, dan ‘child’, semuanya menunjukkan status manusia.

27) Di dalam paragraf kedua, ‘a 450-lb gorilla at the Atlanta Zoo’ [5] mengungkapkan serangkaian ekspresi yang isinya meruntuhkan persepsi penerima teks. Adanya efek langsung di dalam teks disebut dengan informativitas urutan ketiga, dilanjutkan dengan backward downgrading. Adanya forward downgrading juga disediakan melalui isi teks yang diungkapkan dalam kalimat akhir [6]. Adapun downgrading ini mencegah teks dari hal yang menyulitkan penerima teks.

28) Adanya penggunaan teks telah menciptakan ketertarikan terhadap teks oleh penerima teks. Paragraf kedua telah ditempatkan sebelum paragraf pertama oleh produsen teks, tetapi efektivtas teks akan akan jauh lebih rendah. Strategi ini sering terjadi pada produksi teks jurnalistik, di mana minat penerima teks harus dibangun, bahkan ketika peristiwa atau situasi yang digambarkan tidak penting. Selain itu, produsen teks tertentu ini memiliki motivasi khusus sebagai strategi bacaan.

29) Penggunaan informativitas sehari-hari berlaku utama untuk isi kalimat. Berkaitan dengan hal tersebut, di bawah ini akan diberikan contoh gagasan yang berguna untuk beberapa sistem bahasa dalam interaksi manusia.
            [6] GHOSTS
                        [1] Those houses haunt in which we leave
                        [2] Something undone. It is not those
                        [3] Great words or silence of love
                        [4] That spread their echoes thorugh a place
                        [5] And fill the locked-up unbreathed gloom
                        [6] Ghosts do not haunt with any face
                        [7] That we have known; they only come           
                        [8] With arrogance to thrust at us
                        [9] Our own omissions in a room
                        [10] The words we would not speak they use
                        [11] The deeds we dared not act they flaunt
                        [12] Our nervous silences they brulse
                        [13] It is our helplessness the choose
                        [14] And our refusals that they haunt

30) Format teks akan mengaktifkan harapan penerima teks mengenai jenis teks. Sebuah teks puitis berguna untuk motif khusus yang mana pemilihan dan pemetaan pilihan bahasa biasanya dimodifikasi dibandingkan dengan organisasi bahasa konvensional secara keseluruhan. Di dalam sebuah soneta, susunan empat belas baris pada panjang sebanding dengan irama sudah menunjukkan jenis bagian ‘soneta’. Soneta Italia atau Petrarchian mencakup delapan baris yang terdiri dari dua bait empat baris. Soneta Shakespeare mencakup dua belas baris yang terdiri dari tiga bait empat baris. Pola sajak juga berbeda dengan pola sonata, yakni sajak baru muncul antara dua baris dengan sajak sebelumnya.

31) Perkembangan sajak juga menjadi topik menarik untuk dibahas pada tingkat bahasa. Adapun sajak terkait dengan ketidakteraturan dan ketidakrataan di bagian pertama cerita (biasanya baris 1-9), dan penerima teks baru memahami pesan sajak pada bagian terakhir (biasanya baris 10-14).

32) Tata bahasa atau sintaks dari sebuah teks harus tersusun dengan baik. Tujuan dari sebuah kalimat pembuka, seperti pada kata ‘those houses’ secara langsung mendahului kata kerja ‘haunt’. Kata ‘those houses’ merupakan objek langsung yang diganti dari slot konvensional setelah kata kerja.

33) Adanya istilah ‘Konstruksi Terbelah’ dinamakan demikian karena ‘membelah’ apa yang bisa menjadi dua kalimat dalam dua klausa, masing-masing dengan subjek dan kata kerjanya sendiri. Klausa pertama biasanya dibuka dengan ungkapan kosong secara konseptual, yaitu “it is’ sehingga unsur yang terfokus dapat memiliki sisa plot predikat di mana hal-hal yang sangat informasional muncul. Materi yang berhubungan dengan elemen fokus ditambahkan dalam klausa relatif, yakni dengan kata ‘who’, ‘which’, ‘that’ atau sejenisnya.

34) Di dalam sebuah paragraf, kalimat pembuka harus mengandung judul dan mengisi satu setengah baris. Sebuah transisi yang sama dari satu klausa utama ke berikutnya di tengah-tengah baris, biasanya dapat ditemukan dalam bait ketiga. Bahkan ketergantungan tata bahasa biasanya muncul pada baris akhir, yang mencakup objek langsung kata kerja dalam (baris 1-2), kepala penentu dalam (baris 2-3), dan kepala (kata kerja) modifikasi (baris 7-8). Sebaliknya, baris lima terakhir menunjukkan kesepakatan antar unit sintaksi dan organisasi bahasa. Setiap klausa utama dalam bait keempat mengisi tepat satu baris baris, dengan baris-baris 10 dan 11 yang bersifat paralel.

35) Dua kelompok kata diungkapkan melalui pro-forma. Adapun contohnya, kata ‘we’ dibandingkan ‘they’. Kapanpun salah satu dari kelompok-kelompok kata tersebut diuraikan ke dalam subjek kata kerja, maka kelompok kata yang lain dikaitkan dengan gramatikal dengan objek kata kerja langsung: (a) ‘ghost’ haunt the ‘houses’ ‘in which we leave something undone’, (b) they do so with no ‘face’ that ‘we have known’, (c) they ‘thrust at us our omissions’, (d) ‘they’ use the words we would not speak’, (e) ‘they’ flaunt the ‘deeds we dared not act’, (f) ‘they’ bruise ‘our’ silence, (g) they choose ‘our helplessness’, (h) ‘they’ ‘haunt’ ‘our refusals’.

36) Pola dibentuk oleh jumlah kata per baris yang bergeser antara bagian awal dan akhir dari teks. Tiga bait pertama memiliki jumlah kata 7-6-6, 7-6-7, 7-6-8 dan menghasilkan sebuah keseimbangan pada bait pertama dan ketiga , serta bait tengah seimbang secara internal. Adapun baris-baris ini sebagain besar terdiri dari kata-kata satu suku kata, dengan suku kata multi merata. Sebaliknya, bagian terakhir dibuka dengan dua baris kata-kata bersuku kata secara eksklusif (biasanya pada baris 10-11) yang menambahkan hingga beberapa jumlah kata.

37) Pemilihan ungkapan leksikal untuk teks awal juga direncanakan dengan saksama dan teliti. Contohnya, seperti peristiwa pertama ‘words’ dan ‘silences’ pada baris 3 yang segera diikuti oleh ‘echoes’ pada baris 4.

38) Di dalam pembahasan mengenai informativitas, dapat diketahui berbagai tingkatan, yaitu sintaks atau tata bahasa, ungkapan leksikal dan korelasinya, yang nyata dan mendukung argumen di dalam teks. Judul yang mengumumkan ‘ghost atau hantu’ sebagai topik, mengaktifkan konfigurasi pengetahuan global penerima teks yang disebut dengan frame atau bingkai. Bingkai ‘ghost’ mungkin mengandung unsur: (a) bahwa hantu mnegantui rumah, di mana sesuatu yang mengerikan telah dilakukan, (b) bahwa hantu menanggung wajah orang-orang yang terlibat dalam peristiwa mengerikan, dan (c) bahwa hantu memberlakukan kembali suatu peristiwa. Keyakinan penerima teks mengenai hal tersebut tentu tidak disebutkan di dalam teks, tapi penyangkalan dari mereka dalam baris 1-7 menunjukkan seseorang akan cenderung memegang keyakinan tersebut.

39) Oleh karena adanya penolakan keyakinan umum terhadap isi teks, maka diperlukan adanya ‘motivasi mencari’ untuk menurunkan penolakan keyakinan tersebut. Adapun motivasi untuk pernyataan teks yang tidak bisa ‘faktual, harus ditemukan dalam dunia teks itu sendiri.

40) Ketidaksesuaian dapat muncul atau tidak muncul di dalam sebuah teks. Adapun contohnya, seperti pada puisi di bawah ini:

[124] People who fail to act at the proper moment will keep on re-enacting those occasions in their minds.

Puisi tersebut disusun berdasarkan urutan langkah-langkah, yakni: (a) judul dan beberapa ungkapa terkait mengaktifikan bingkai-bingkai ‘ghost’; (b) beberapa keyakinan dasar dalam bingkai yang dihilangkan; (c) ketidaksesuaian berkaitan dengan peristiwa dalam teks yang dihilangkan;  (d) pencarian motivasi diadakan untuk downgrade (menurunkan) perbedaan dalam (b) dan (c); (e) identitas ‘ghost’ dan ‘we’ itu direkonstruksi dari materi yang tersedia; (f) baik peristiwa dan hantu diidentifikasi sebagaimana diposisikan dalam pikiran penerima teks yang gagal memaknai teks. Proses tersebut memerlukan outward downgrading daripada backward dan forward downgrading yang dicatat dalam teks ‘gorila’ di awal.

41) Berkaitan dengan penjelasan nomor 40) di atas, adapun argumen yang dihasilkan sebagai berikut. Baris pertama menyatakan jenis rumah hantu yang menghantui (baris 1-2). Kesempatan yang lain untuk menghantui ditolak (bari 2-7), dan kemudian pembukaan kembali dalam parafrase (baris 7-9). Baris lima terakhir digunakan untuk mengembangkan dan menegaskan ulang apa yang telah dinyatakan ‘words’ dan ‘silences’ di sini digambarkan untuk menggantikan penolakan ‘ghost’ (baris 2-5). ‘The deeds we dared not act’ (baris 11) melihat kembali ke ‘something undone’ (baris 2). ‘The helplessness’ (baris 13) dan ‘refusals’ (baris 14) merupakan alasan yang diprediksi untuk berbagai ‘omissions’. Adanya motivasi pola harapan yang terperinci pada tingkat suara, sintaks atau tata bahasa, dan ungkapan sekarang menjadi jelas. Dalam potongan pembukaan teks (baris 1-9), penerima harus termotivasi untuk menyelesaikan ketidaksesuaian.  

42) Di dalam teks ‘gorilla’, sesuatu yang terlihat seperti ‘manusia’ membuktikan ‘bukan manusia’. Sebaliknya, dalam teks ‘ghosts’, sesuatu yang terlihat ‘bukan manusia’ membuktikan ‘manusia’. Dalam kedua teks tersebut, ketidaksesuaian digunakan untuk memaksa adanya pengenalan analogi. Hal ini bertujuan agar wawasan penerima teks semakin bertambah. Teks ‘gorilla’ adalah laporan berita yang faktual – melibatkan organisasi ‘dunia nyata’. Sementara, teks ‘ghost’ trmasuk jenis sastra yang bebas menyajikan perbedaan yang fundamental, yakni dunia alternatif.

43) Pembahasan mengenai informativitas diharapkan mampu mengangkat beberapa isu dalam studi teks. Adapun informativitas masih merupakan hal yang baru dalam studi teks. Standar ukuran informativitas adalah tingkat menengah yang disebut dengan ‘urutan kedua’, peristiwa dari urutan pertama dapat ditingkatkan dan peristiwa dari urutan ketiga diturunkan. Berkaitan dengan informativitas, produsen teks mampu meningkatkan harapan penerima teks yang direncanakan untuk menegakkan kepentingan dan memenuhi maksud penerima teks terhadap teks bacaan, serta untuk menggambarkan klaim penerima teks terhadap dua teks yang sangat berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa informativitas menjadi faktor yang sangat penting untuk membatasi dan memotivasi penggunaan pilihan makna tertentu dalam semua jenis konteks.

2.    Situasionalitas
1)         Istilah situasional adalah sebutan umum untuk faktor-faktor yang menjadikan sebuah teks relevan dengan situasi saat ini atau dapat diperoleh kembali dari kejadian. Adanya efek dari pengaturan situasional sangat jarang diberikan tanpa adanya mediasi yang menciptakan adanya keyakinan dan tujuan penerima teks itu sendiri ke dalam model situasi komunikatif saat ini. Adapun bukti yang bisa diakses dalam situasi tersebut dimasukkan bersama dengan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dan harapan tentang bagaimana “dunia nyata” yang diatur oleh penerima teks. Jika fungsi dominan teks adalah untuk memberikan laporan model situasi yang tidak termediasi dengan layak, maka pemantauan situasi dilakukan jika fungsi dominan adalah mengarahkan situasi dengan cara yang menguntungkan tujuan produsen teks, sehingga perlu dilakukan manajemen situasi.
            Batasan antara pemantauan dan pengelolaan sangat bias dan dapat bervariasi sesuai dengan pandangan masing-masing individual. Memang, produsen teks cenderung lebih memilih untuk menyamarkan pengelolaannya sebagai pemantauan untuk menciptakan kesan bahwa hal tersebut terjadi dengan cara yang diinginkan dalam peristiwa normal. Adapun contohnya, bibi gadis tua mengelola situasi dengan pria yang meminangnya. Di sini berarti bibi gadis tua berpura-pura hanya memantau situasi keponakannya.

2)         Satu ragam pemantauan hanya akan menjelaskan satu peristiwa. Osgood (1971) menjelaskan perihal penggambaran objek dan peristiwa yang akan disajikan penerima teks sebelum ia benar-benar membaca keseluruhan teks. Untuk satu hal, penerima teks telah membentuk keyakinan tentang apa yang perlu dicatat, seperti mencurahkan sumber daya pengolahan untuk menunjukkan dan mengidentifikasi sesuatu yang disajikan. Adapun Erving Goffman (1974) menyarankan bahwa situasi diurutkan ke dalam berbagai tingkatan dari nilai objek atau peristiwa yang “hadir” atau “tidak hadir”. Sebagai contoh, beberapa gerak tubuh pembicara dianggap penting, misalnya menunjuk ke suatu benda atau menunjukkan arah, sementara yang lain tidak, misalnya menggaruk hidungnya. Akan tetapi, strategi dan urutan normal untuk mengeksplorasi perhatian dapat diganti oleh beberapa objek atau kejadian yang sangat tidak mungkin, sehingga berubah menjadi informatif.

3)         Satu jenis improbabilitas dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam frekuensi. Contohnya, seperti yang ditekankan oleh pendekatan statistikal untuk teori informasi. Jika terdapat orang yang melakukan sesuatu yang jauh lebih sering dari biasanya, adapun kemungkinan pemantauannya sebagai berikut:

[125] “Damn that boy,” said the old gentlemen, ‘he’s gone to sleep again.”
“Very extraordinary boy, that,” said Mr. Pickwick, “does he always sleep in this way?” “Sleep!” said the old gentlemen, “he’s always asleep. Goes on errands fast asleep, and snores as he waits at table.” “How very odd!” said Mr. Pickwick. “Ah! Odd indeed,” returned the old gentlemen. (Dickens 1836-1837: 55). 

            Pemantauan bisa disertai oleh beberapa upaya untuk menjelaskan frekuensi yang tidak biasa dari peristiwa atau benda dan harus melakukan downgrade:

[126] “Look here, Sir; here’s oyster stall to every half-dozen houses. The street’s lined with ‘em. Blessed if I don’t think that when a man’s very poor, he rushes out of his lodgings, and eats oysters in regular desperation. (Dickens 1836-1837: 301f). 

            Pemantauan juga dapat berfungsi untuk menunjukkan beberapa kekurangan kontinuitas yang akan diturunkan (downgraded), misalnya ketika tindakan orang tampaknya tidak memiliki alasan :

[127] The twelve jurors were all writing very busily on slates. “What are they doing?” Alice whisphered to the Gryphon. “They can’t have anything to put down yet, before “the trial’s begun.” “They’re putting down their names, the Gryphon whisphered in reply, for fear they should forget them before the end of the trial.” “Stupid things!” Alice began in al loud indignant voice. (Carroll 1960: 144f).

Gryphon menurunkan tindakan yang tidak termotivasi dan memunculkan pemantauan lain. Seruan Alice “hal bodoh!” merupakan cara khas bagaimana pentingnya suatu benda atau peristiwa itu dipantau. Adapun arti ‘penting’ di sini dapat diturunkan menjadi standar yang diprediksi sebagai berikut.

[128] “What curious attitudes he goes into!” (For the Messenger kept skipping up and down, and wriggling like an eel)… “Not at all”, said the King. “He’s an Anglo-Saxon Messenger and those are Anglo-Saxon attitudes.” (Carroll 1960: 279).

Fillmore (1977) menyarankan bahwa arti ‘penting’ itu sendiri akan mempengaruhi pembentukan kalimat. Benda atau peristiwa yang menonjol dapat ditugaskan sebagai subjek atau objek langsung pada kalimat bahasa Inggris.

4)         Adanya produsen teks berperan dalam memberitahukan beberapa objek atau kejadian yang tidak diharapkan dan objek atau kejadian yang menjadi topik teks. Adapun dalam menanggapi kejadian yang tidak diharapkan dari teks, penerima teks harus berupaya menegaskan standar penerimaan mereka dengan penerimaan dari orang lain untuk mencapai kesamaan penerimaan terhadap suatu teks. Berkaitan dengan hal tersebut, adanya pemantauan situasai sangat mungkin terjadi meskipun penerima teks yang berbeda telah menentang gagasan teks yang ada, contohnya seperti:

[129]   1st Servant : Will’t please your lordship drink a cup of sack?
            2st Servant : Will’t please your honour taste of these conserves?
            3st Servant : What raiment will your honour wear to-day?

            SLY :              I am Christophero Sly; call not me ‘honour’ nor ‘lordship.”
I ne’er drank sack in my life; and if you give me any conserves,
give me conserves of beef. Ne’er ask me what raiment I’ll wear; for I have no more doublets than backs, no more stockings than legs, nor no more shoes than feet…
LORD :           Heaven cease this idle humour in your honour! O that a mighty man of such descent, of such possessions and so high esteem,
                        Should be infused with so foul a spirit!
SLY :              What, would you make me mad?
(Taming of the Shrew, Induction 2-17)

Melalui contoh di atas dapat diketahui bahwa baru beberapa kesepakatan tercapai, bahkan tujuan manusia yang mendasar dalam [129], penyediaan minuman, makanan, dan pakaian dapat ditangguhkan, sementara penerima teks tetap menyatakan pemikiran mereka sendiri.

5)         Adanya bukti situasi dapat juga ditemukan di dalam teks dramatis. Sebagai bagian dari teks sastra, teks dramatis memiliki hak prerogatif dalam menyajikan organisasi alternatif untuk objek dan peristiwa, dikarenakan teks dramatis mampu menarik penerima teks ke dalam situasi pemantauannya dengan mediasi yang sangat tinggi. Adapun teks dramatis biasanya memberikan penjelasan di bagian awal teks untuk menentukan jenis mediasi yang diperlukan oleh penerima teks dalam memahami teks. Contoh yang terkenal, ialah prolog Shakespeare kepada Raja Henry ke-V.

[130]   Suppose within the girdle of these walls
            Are now confin’d two mighty monarchies
            Whose high upreared and abutting fronts
            The perilous narrow ocean parts asunder
            Piece out our imperfections with your thoughts
            Into a thousand parts divide one man
            And make imaginary puissance
            Think, when we talk of horses, that you see them
            Printing their proud hoofs I ‘th’ receiving earth
            For ‘tis your thoughts that now must deck our kings
            Carry them here and there, jumping o’er times
            Turning th’ accomplishment of many years
            Into an hour-glass

Meskipun teks dramatis adalah jenis bagian khusus, namun teks dramatis tetap menyediakan penjelasan tentang bagaimana bukti situasional dapat dinegosiasikan oleh penerima teks dalam interaksi sosial.

6)         Adanya pemantauan situasi terhadap teks dapat disederhanakan pada penggunaan pro-form untuk benda atau peristiwa yang disajikan di dalam teks. Halliday dan Hasan (1976) menyarankan istilah exophora di dalam penggunaan ini (dalam analogi untuk ‘anapora’ dan ‘katapora’). Exophora tidak sepenuhnya co-referensi, karena tidak ada ungkapan lain dalam teks selain pro-form. Dalam hal tersebut, orang dapat saja berargumentasi bahwa ada beberapa ungkapan yang ada di dalam penyimpanan aktif tanpa diucapkan, tetapi argumen ini dapat saja ditentang.

7)         Kata ganti orang pertama dan kedua adalah bersifat exophoric, yang mengkhususkan pada produsen dan penerima teks dan kadang-kadang menunjukkan hubungan sosial di antara keduanya:

[131]   2nd Citizen    : Nay, I beseech you, Sir, be not out with me, yet if you be
put, I can mend you.
Marullus         : What mean’st thou  by that? Mend me, thou saucy fellow!
(Julius Caesar, 16-19)

Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa pekerja harus mengatakan ‘you (Anda)’ kepada pejabat pemerintah, yang merespon dengan ‘you (kamu)’ untuk menunjukkan dominansi sosial. Exophora dapat menetapkan anggota lain selain produsen teks dan penerima teks, misalnya melalui kata ganti orang ketiga atau deiksis (kata penunjuk), seperti ‘ini’ dan ‘itu’.

            [132]   Cassius          : This is Trebonius.
                        Brutus             : He is welcome hither.
                        Cassius          : This, Decius Brutus.
                        Brutus             : He is welcome too.
                        Cassius          : This, Casca; this, Cinna; and this Metellus Cimber
                        Brutus             : They all are welcome. (Julius Caesar 194-197)

Dalam contoh [132], Cassius pertama mengidentifikasi pria yang tidak dapat dikenali dari bukti yang tampak dari luar, yakni ‘topi mereka menutupi telinga’ dan ‘separuh wajah mereka disembunyikan di dalam mantel mereka’. Setelah identitas diklarifikasi, Brutus dapat menggunakan pro-form anaforis sederhana he (dia) dan they (mereka). Adapun deiksis berguna untuk menunjuk ke dalam situasi keseluruhan atau sekumpulan kejadian:

[133]   Hardcastle : This may be modern modesty, but I never saw anything look so much like old-fashioneds impudence. (Goldsmith, 1773: 29)

Melalui contoh di atas, dapat diketahui bahwa Mr. Hardcastle menunjuk semua tindakan tamunya sejak waktu kedatangan mereka.

8)         Adanya istilah pengelolaan situasi pada penggunaan teks dalam wacana untuk mengarahkan situasi ke arah tujuan penerima teks. Batasan antara monitoring dan manajemen teks menjadi kabur dan hal tersebut dapat digambarkan dalam dominances (kekuasaan).  Pemantauan teks biasanya dilakukan ketika situasi gagal dalam mencocokkan harapan, sehingga tujuan produsen teks didominasi untuk menyelesaikan perbedaan dan diskontinuitas untuk menegaskan kembali harapan penerima teks. Contohnya, tujuan menyediakan mediasi yang berat ketika monitoring benar-benar berbeda dibuat dari situasi atau kejadian yang sama. Hal ini dapat dicontohkan dalam Gainesville Sun 15 Oktober 1979.

[134]   Kennedy supporters term the Florid showing “one of the greatest political upsets of the century”.
[135]   They put in the best they had and we put in the best we had and we beat them and beat them bad,” offired Jody Powell [Carter supporter].

Melalui contoh di atas, secara jelas kedua pihak tidak ada yang benar, dan tujuan mereka sangat jelas bahwa manajemen teks mendominasi pemantauan teks di dalamnya. Adapun terdapat contoh lain yang menggambarkan orang-orang bersenjata menghadang pengemudi yang membawa banyak uang (Gainsville Sun 20 Desember 1978).

[136]   This is a hold up. We’re not kidding.
            Ini adalah perampokan. Kami tidak main-main.

Contoh di atas menggambarkan situasi di mana orang-orang bersenjata berencana merampok pengemudi yang membawa banyak uang, berharap bahwa senjata api akan memberi versi lain kepada tokoh lainnya.

9)         Adapun contoh-contoh yang telah dijelaskan dapat menyimpulkan bahwa manajemen situasi dapat dieksplorasi secara menguntungkan dalam hal teori rencana. Rencana yang stabil sering disebut skrip yang dikembangkan hanya untuk situasi yang manajemennya sering dituntut dalam situasi masyarakat tertentu.

10)      Terdapat banyak tujuan di dalam suatu teks yang tidak dapat diperoleh melalui tindakan satu tokoh, sehingga membutuhkan negosiasi tujuan teks yang menerapkan manajemen situasi. Adapun Schank dan Abelson (1977) menawarkan suatu rencana terkait hal tersebut yang dinamakan negosiasi tujuan. Di dalam negosiasi tujuan, penerima teks dapat meminta orang lain untuk melakukan hal-hal atau memberikan sesuatu terkait teks bacaan.

11)      Di dalam negosiasi tujuan diperlukan adanya trade-off (tukar-menukar). Perencana tujuan harus menemukan keseimbangan antara efisiensi (kemudahan, usaha minimal) dan efektivitas (peluang keberhasilan maksimum) yang akan sesuai dengan situasi dan peran penerima teks.

12)      Negosiasi tujuan merupakan respon normal terhadap kegagalan yang berkelanjutan di dalam menerima teks. Namun, seorang penerima teks tetap harus berada dalam batas-batas. Wilensky (1978a-28) mengusulkan model pemahaman cerita sederhana mengenai komputer terkait perkembangan teknologi dan pengetahuan.

[137]   John wanted Bill’s bicycle. He walked over to Bill and asked him if he would give it to him. Bill refused. Then John told Bill he would give him five dollars for it, but Bill would not agree. John told Bill he would break his arm if he didn’t let him have it. Bill let John have the bicycle.

Pemblokiran Bill yang berkelanjutan tentang tujuan John ‘memiliki sepeda’ mengarah
eskalasi stabil (kenaikan yang stabil) dari meminta objek hingga ke bagian pengancaman.

Tom Sawyer juga memberikan contoh [138] mengenai perihal memaksa nama anak laki-laki, dan setelah penolakan, timbulah pengancaman.

[138]   “What’s your name?”
            “Tisn’t any of your business, maybe.”
            “Well I allow I’ll make it my business.”
            “Well why don’t you?”
            “If you say much, I will.”
            “Much-much-much. There now.”
“Oh, you think you’re mighty smart, don’t ou? I culd lick you with one hand tied behind me, if I wanted to.”
“Well why don’t you do it? You say you can do it.” (Twain, 1922: 71)

Melalui contoh tersebut, dapat ditebak bahwa pertemuan itu berakhir dengan baku hantam antar kedua tokoh. Meskipun Tom akhirnya benar-benar memukul tokoh yang lain, nama tokoh yang lain itu tidak akan pernah terungkap. Seharusnya, meminta dengan hormat dan penuh rasa persahabatan akan menghasilkan perundingan yang baik.

13)      Adapun penerima teks juga dapat melakukan esai untuk menggambarkan situasi manajemen dalam hal negosiasi dan eskalasi yang direncanakan. Dengan menganalisis percakapan yang diarahkan pada tujuan, penerima teks akan berusaha untuk mengambil beberapa strategi yang logis dari manajemen situasi. Adapun strategi ini tidak selalu bekerja untuk semua kasus di dalam teks atau semua tindakan wacana. Penerapan satu strategi apapun mungkin bisa saja dilakukan dengan berbagai kemungkinan teks atau bahkan tindakan non-verbal. Pencocokan strategi untuk situasi yang aktual dapat dilakukan oleh setiap penerima teks.

14)      Di dalam teks The Adventures of Tom Sawyer, di mana Tom diperintahkan untuk mengapuri pagar di hari Sabtu, saat dia rindu untuk berekreasi. Tom bukan anak yang tekun untuk memulai suatu pekerjaan, dan ia juga harus menanggung siksaan tambahan dari laki-laki yang lewat di jalan dekat pagar untuk berolahraga. Melalui teks tersebut, diperoleh poin bahwa Tom telah mulai mengapur, dan anak tetangga (Ben) datang.

[139]   [1] Ben stared a moment, and said:
            [2] “Hi-yi! You’re up a stump, ain’t you?
[3} No answer. [4] Tom surveyed his last touch with the eye of an artist, then he gave his brush another sweep and surveyed the result, as before. [5] Ben ranged up alongside of him. [6] Tom’s mouth watered for Ben’s apple. [7] but he stuck to his work.
[8] Ben said : [9} “Hello, old chap.
[10] you got to work, hey?”
[11] Tom wheeled suddenly and said:
[12] “Why, it’s you, Ben! I warn’t noticing.”
[13] “Say, I’m going in a-swimming, I am. [14] Don’t you wish you could? [15] But of course you’d druther work wouldn’t you? ‘Course you would?!”
[16] Tom contemplated the boy a bit, and said:
[17] “What do you call work”
[18] “Why, ain’t that work?”
[19] Tom resumed his whitewashing.
[20] and answered carelessly
[21] “Well, maybe it is, and maybe if ain’t. [22] All I know is, [23] if suits Tom Sawyer.”
            [24] “Oh come now, you don’t mean to let on that you like it?”
            [25] The brush continued to move.
[26] “Like it? [27] Well, I don’t see why I oughtn’t to like it. [28] Does a boy get a chance to whitewash a fence every day?”
[29] That put things in a new light. [30] Ben stopped nibbling his apple.
[31] Tom swept his brush daintily back and forth stepped back to note the effect – added a touch here and there – criticized the effect, again [32] Ben watching every move and getting more and more interested, more and more absorbed. [33] Presently he said:
[34] “Say, Tom, let me whitewash a little.”
[35] Tom considered, [36] was about to consent, [37] but he altered his mind:
[38] “No—no—I reckon it would hardly do, Ben. [39] You see, Aunt Polly’s awful particular about this fence – right here on the street, you know but if it was back fence I wouldn’t mind and she wouldn’t. [40] Yes, she’s awful particular about this fence. [41] It’s got to be done very careful. [42] I reckon there ain’t one boy in a thousand, maybe two thousand, that can do it the way it’s got to be done.”
[43] “No—is that so? [44] Oh come now – [45] lemme just try [46] Only just a little – [47] I’d let you, if it was me, Tom.”
[48] “Ben, I’d like to, honest injun, [49] but Aunt Polly – [50] well, Jim wanted to do it, but she wouldn’t let him, [51] Sid wanted to do it, but she wouldn’t let Sid. [52] Now don’t you see how I’m fixed? [53] If you was to tackle this fence and anything was to happen to it.
[54] “Oh shucks, I’ll be just as careful. [55] Now lemme try. [56] Say – I’ll give you the core of my apple.
[57] “Well, here – [58] “No, Ben, now don’t. [59] I’m afeard –“
[60] “I’ll give you all of it!”
[61] Tom gave up the brush with reluctance in his face, but alacrity in his heart.

15)      Berkaitan dengan contoh di atas, dapat dijelaskan bahwa tokoh Tom harus mengelola situasi sedemikian rupa di mana Ben akan mengatur tujuan untuk mengapuri pagar.

16)      Untuk membuka situasi interaktif, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penerima teks melihat satu sama lain. Dalam arti, seperti contoh ‘Ben menatap Tom sesaat’ sebelum pembicaraan antar kedua tokoh tersebut dimulai. Adapun teks awal menggambarkan strategi umum:

Strategi 1 : Gunakan pemantauan situasi untuk memulai wacana
Salah satu contoh yang sangat umum adalah membuka dengan komentar mengenai cuaca. Komentar tersebut rendah informativitas, karena sebagian besar orang dapat melihat sendiri seperti apa cuacanya. Namun, setidaknya pendapat yang saling bertentangan tidak mungkin terjadi. Sebuah pemantauan cuaca dapat ditingkatkan dengan berasumsi bahwa kejadian yang lebih informative akan dipastikan, seperti yang dicontohkan di bawah ini.

[140]   Jack                : Charming day it has been, Miss Fairfax.
            Gwendolyn    : Pray don’t talk to me about the weather, Mr. Worthing.
Whenever people talk to me about the weather, I always feel certain that they mean something else. And that makes me so nervous.
Jack                : I do mean something else.


17)      Teks pemantauan tokoh Ben pada contoh sebelumnya sangat dimediasi oleh perihal pekerjaan.

[139.2a] “Hi! You got to whitewash that fence, don’t you?”

Pemantauan yang dimediasi itu menjadi masalah ketika penerima tidak dapat berbagi pandangan produsen teks. Berkaitan dengan hal tersebut, penerima teks dapat melakukan strategi 2.

Strategi 2: Jika pemantauan orang lain tidak sesuai dengan pendangan produsen teks, janganlah diterima. Penerima teks dapat melakukan hal : (a) menolak mentah-mentah, dan (b) mempertanyakannya, (c) mengabaikannya, atau (d) menggantinya dengan pemantauan sendiri.

Pemilihan salah satu pilihan (a) melalui (d) akan tergantung pada dominasi sosial di antara penerima teks dan tingkat eskalasi teks yang dibutuhkan. Seorang penerima teks sangat dominan tidak akan khawatir mengenai kemungkinan eskalasi yang cenderung menggunakan penolakan langsung (a) :

[141]   “Being so many different sizes in a day a very confusing.”
            “It isn’t,” said the Caterpillar. (Carroll, 1960:68)

Adanya ucapan penolakan langsung yang paling umum, antara lain:
[142] Nonsense!
[143} You’re way off!
[144] Are you out of your mind?

Dalam jenis kelompok yang lain, penolakan tidak langsung biasanya dilakukan dengan opsi pertanyaan, seperti:
[145] Are you sure?
[146] What makes you think so?
[147] Couldn’t we see that another way?

18)      Dalam contoh Tom dan Ben yang ada, karena tujuan Tom membutuhkan kerjasama dengan Ben, maka ia tidak cocok dengan pilihan penolakan (a) strategi 2 ke dalam rencananya. Sebaliknya, ia memilih tiga lainnya, yakni menolak pemantauan, menanyakannya, dan akhirnya menggantikannya. Adapun opsi “mengabaikan” sangat cocok untuk tahap pembukaan percakapan, karena salah satu tokoh dapat selalu mengklaim untuk tidak diperhatikan oleh peserta lain. Terdapat strategi 3 yang dapat digunakan untuk memutuskan kapan seharusnya melakukan upgrade.

Strategi 3 : Untuk mendorong eskalasi teks, meng-upgrade objek atau peristiwa yang diminta untuk dilakukan.

19)      Dalam contoh, Ben menyadari bahwa pemantauannya tidak diakui. “He ranges up alongside of Tom” dibuat untuk memperhatikan kemungkinan yang akan terjadi dalam teks.

Strategi 4 : Jika pemantauan penerima teks tidak diterima, gantilah dengan versi yang kurang dimediasi.
Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa penerima teks cenderung setuju bila teks mengikuti bukti yang tersedia. Dalam contoh yang ada, Ben mengulangi sapaannya dan kemudian menggantikan pemantauannya dengan versi yang kurang dimediasi.
20)      Di saat percakapan antara Tom dan Ben berlangsung, Ben memantau situasinya dan rencananya sendiri. Dalam hal seperti ini, tokoh Ben menerapkan strategi 5.

Strategi 5 : Perhitungkan keinginan dan tujuan penerima teks kepada penerima teks yang lain, kecuali ada bukti yang lain.
Dalam contoh, karena merasa aman dengan pendapatnya, ironisnya Ben menunjukkan Tom suatu pandangan yang dianggap sangat tidak mungkin. Ben menjawab pertanyaannya sendiri Wouldn’t you? Course you would!” untuk memperkuat kemustahilannya. Pada pola ini, Tom bergeser ke opsi pertanyaan (b) strategi 2 dan memberlakukan dalam kombinasi strategi yang lain.

Strategi 6 : Ketika pemantauan penerima teks gagal untuk dicocokkan, negosiasikan konsep topik yang terlibat.
Dalam hal ini, konsep topik yang akan dinegosiasikan adalah ‘bekerja’ sebagai deskripsi yang diusulkan pada aktivitas Tom saat itu. Tom tidak bisa menolak konsep ini seketika (strategi 2 (a) karena ia akan mengorbankan kepercayaannya).

Strategi 7 : Jika pemantauan yang mengarahkan rencana tidak dipercaya, jangan diajukan, tetapi jangan pula memberi komitmen pada diri penerima teks.
Pemantauan tidak dapat dibantah asalkan belum ditegaskan. Ternyata, penerima teks lebih mudah dibujuk oleh konten di mana mereka harus simpulkan. Dalam contoh, Tom telah melanjutkan pengapurannya, seolah-olah ia tidak tahan untuk dihilangkan sejenak.

21)      Dalam contoh, tokoh Ben menerapkan opsi “menanyakan” (b) strategi 2 karena gagasan bahwa Tom ‘menyukai’ pekerjaan yang tidak sesuai dengan strategi 5 serta dengan pengetahuan umum tentang disposisi Tom yang bermalas-malasan.

Strategi 8 : Jika pemantauan penerima teks tidak dipercaya, jangan diajukan secara langsung, tetapi minta pendapat penerima teks yang lain mengapa hal tersebut tidak logis.
Dalam contoh yang ada, Tom menyatakan sendiri ketidakmampuannya dalam menemukan alasan mengapa ‘bukankah seharusnya menyukai itu’, lalu ia melakukan upgrade. Pilihan upgrade menyarankan bahwa tugas Tom merupakan suatu kesenangan daripada sebuah tugas.

22)      Dalam contoh, pemantauan Tom berbeda dengan Ben. Tom berhasil menempatkan situasi seakan tidak melakukan apa-apa. Hasilnya adalah di mana kedua peserta ingin Ben melakukan pengapuran tersebut.

23)      Dalam contoh, Ben lebih dulu mengajukan tujuan barunya dengan meminta suatu benda.

Strategi 9 : Jika tokoh menginginkan objek atau bantuan dari orang-orang, tolak permintaan apapun, permohonan tema dan penginformasian alasan sampai eskalasi teks tercapai.
Strategi ini harus diterapkan dengan hati-hati untuk mencegah dua hasil yang tidak diinginkan, yakni (a) orang-orang mungkin meninggalkan tujuan mereka sekaligus, atau (b) eskalasi teks dapat melewati tahap tawar-menawar ke dalam bentuk kekerasan yang ekstrem. Dalam contoh [137] Bill mempertahankan sepedanya begitu lama sehingga ia hampir terluka dan kehilangan hal itu.

Strategi 10 : Cegahlah tujuan atau eskalasi ekstrem yang terlambat dengan menunjukkan keraguan dalam penolakan.
Dalam contoh, Tom menunjukkan keraguannya oleh gerakan tubuh atau ekspresi wajah dan dengan ucapan-ucapan.

24)      Dalam contoh, untuk memotivasi penolakan awalnya dari permintaan Ben, Tom meminta tema dan menginformasikan alasan. Alasan pertamanya adalah keprihatinan yang kuat dari Bibi Polly terhadap mengecat pagar sepanjang jalan di depan rumahnya.

Strategi 11 : Untuk meng-upgrade peranan penerima teks dan mengarahkan eskalasi untuk mencapai kesepakatan, mintalah informasi atau pendapat dari orang yang tidak hadir dan tidak bertentangan dengan penerima teks.
Pandangan yang diakui Bibi Polly mendukung tema tentang keterampilan dan kesenian yang dibutuhkan Tom dalam mengapuri pagar.

25)      Melalui pengembangan teks yang luas dari tema yang upgrading, Ben menunjukkan sikap skeptis yang ditampilkannya sesaat. Hal ini mendorong strategi 12 untuk dilakukan.

Strategi 12 : Untuk mendorong kerjasama, turunkan pengeluaran waktu dan sumber daya terkait tujuan teks.
Dalam [137] John mungkin membujuk Bill untuk melepaskan sepeda selama beberapa menit.

26)      Dalam aksi wacana tokoh Ben [139] mungkin keduanya memohon tema (bahwa Ben dan Tom adalah teman lama) dan menginformasikan alasan (Tom harus murah hati seperti orang lain yang akan berada di situasi yang sama).

27)      Di dalam contoh, semua tindakan wacana Tom dirancang untuk mendorong Ben menjadi objek tawar-menawar dengan apel. Tokoh Ben tetap melakukan kebodohan selama satu menit, yakni dengan memperbaharui permintannya dengan berjanji ‘untuk hati-hati’ dengan Tom. Akhirnya, tawar-menawar apel pun terjadi, meskipun apel di dalam teks sendiri dimengerti penerima teks bukan tujuan Tom.

C.   Penutup
Di dalam makalah ini, pembahasan mengenai informativitas dan situasionalitas dikhususkan untuk menggambarkan beberapa cara yang signifikan di mana teks yang berkorelasi dengan tindakan wacana dapat diterapkan pada situasi terkait.
Istilah informativitas digunakan untuk menunjukkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemunculan dari suatu teks yang diharapkan atau diharapkan, diketahui atau tidak diketahui oleh penerima teks. Adapun di dalam informativitas mencakup beberapa hal berikut, antara lain: 1) Bisa saja suatu teks hanya merupakan suatu informasi saja, 2) ‘Konten teks’ muncul karena adanya koherensi yang dominan. Namun, ‘sistem bahasa’, seperti fonem, morfem, morfologi, dianggap sebagai pelengkap atau pendukung, sehingga tidak menjadi fokus perhatian langsung bagi penerima teks, 3) Informativitas menjadi standar teks yang tekstual, dan 4) Informativitas mencakup tingkatan apakah suatu peristiwa teks yang diharapkan atau tidak diharapkan; dikenal atau tidak dikenal oleh penerima teks. Adapun istilah situasional adalah sebutan umum untuk faktor-faktor yang menjadikan sebuah teks relevan dengan situasi saat ini atau dapat diperoleh kembali dari kejadian. Selain itu, situasionalitas juga mencakup perihal exophora dan anaphora.
Berkaitan dengan informativitas dan situasionalitas di dalam suatu teks, terdapat syarat-syarat teks yang dikategorikan sebagai teks yang informativitas dan situasionalitas, yang dapat diintisarikan antara lain: 1) Teks tersebut harus mengandung pengetahuan yang khas bagi penerima teks, 2) Teks tersebut mudah dikenal, 3) Teks tersebut sesuai dengan konteks, 4) Teks tersebut tentu harus mudah dipahami oleh penerima teks, dan 5) Teks tersebut tidak boleh mengandung unsur ambiguitas.
            Jadi, berdasarkan pembahasan mengenai informativitas dan situasionalitas dapat dipahami bahwa informativitas dan situasionalitas berfungsi untuk menghubungkan teks yang ada dengan tindakan wacana yang dilakukan oleh “peserta” (tokoh di dalam cerita atau pembicara) agar memperoleh kesamaan gagasan dengan penerima teks (tulis dan lisan). Adapun menghubungkan teks dapat dilakukan dengan berbagai cara yang signifikan, yakni strategi-strategi yang ada di dalam prinsip informativitas dan situasionalitas.

Daftar Pustaka
Beaugrande, Robert-Alain de. Introduction to Text Linguistics. New York: Longman.

1981.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar