Oleh
: Dhinar Ajeng Fitriany (7317150315), Goziyah (7317150265)
Paldy (7317150081)
ABSTRAK
Text is defined as a unit of unlimited length formed
by a sequence of utterances in which each following utterance repeats the
information introduced by the previous one and adds to it some new information.
This paper explained about the two criterias or standards of textuality, both
of them are informativity and situationality.
Informativity concern of the balance between the unknown and certain,
expected and unexpected in a text. Then, situationality concern of factors
which make a text relevant to a current situation or occurrence. These are
strategies of monitoring and management employed by the speaker to make sure
that the discourse develops according the expectations. The explanation of informativity and
situationality are focus on describing some significant ways, where text which
has correlate by discourse act can be applied on relate situation. In discourse
analysis, informativity and situtionality sometimes are not priority on a text
for reader.
Keywords: textuality, informativity, situationality.
A. Pendahuluan
Di
dalam makalah ini akan dibahas mengenai informativitas dan situasionalitas.
Adapun terdapat 43 hal yang berkaitan dengan informativitas yang akan dibahas
dalam makalah ini. Selain itu, berkaitan dengan situasionalitas, terdapat 27
hal yang menjadi cakupan di dalam situasionalitas. Berikut akan dijelaskan
mengenai 43 hal yang berkaitan dengan informativitas dan 28 hal yang berkaitan
dengan situasionalitas.
B. Pembahasan
1. Informativitas
1) Istilah informativitas digunakan untuk menunjukkan segala sesuatu yang
menyangkut kemunculan dari suatu teks yang diharapkan atau tidak diharapkan,
diketahui atau tidak diketahui oleh penerima. Adapun biasanya informativitas
dapat terlihat pada konten suatu teks. Akan tetapi, peristiwa dalam sistem bahasa
apapun bisa jadi informatif. Tekanan yang ada pada konten muncul dari peranan
koherensi yang dominan dalam tekstualitas. Sementara itu, sistem bahasa,
seperti fonem dan sintaks hanya bersifat sebagai tambahan, sehingga fonem dan
sintaks jarang menjadi fokus perhatian langsung dari penerima. Di dalam
informativitas, istilah ‘perhatian’ dapat didefinisikan sebagai pemrosesan
sumber daya yang membatasi potensi untuk tugas lainnya yang harus dilakukan
penerima pada waktu yang sama (Keele, 1973). Oleh karena itu, jika perhatian
difokuskan pada koherensi konsep dan hubungan, sistem lainnya tidak
ditonjolkan, kecuali sengaja ditangani dengan cara yang tidak diharapkan.
Adapun contohnya, beberapa puisi yang terkenal di abad 21, yang mengandung
unsur suara yang ganjil, yang tidak berbentuk kata yang dikenal, seperti pada
puisi Ernst Jandl :
lileo zunggi
Di dalam puisi tersebut karena
koherensinya tidak ditetapkan, maka perhatian penerima bebas hanya pada bunyi
tanpa berfokus pada makna puisi tersebut. Sintaksis juga dapat difokuskan pada
urutan nyata yang tidak ada di dalam kalimat pada umumnya, seperti perintah
Tuhan di dalam Paradise Lost :
Di dalam penukaran susunan kalimat,
konten {116} di atas cukup mudah.
2) Claude Shanon dan Warren (1949)
mengangkat sebuah teori informasi berdasarkan ide utama, yakni probabilitas statistikal. Semakin besar
ide alternatif yang diberikan, maka semakin tinggi nilai informasi yang
diperoleh si penerima ketika memilih salah satu dari ide alternatif tersebut.
Adapun metode yang paling tepat untuk menentukan alternatif apa yang bisa
muncul adalah melihat pada semua urutan bahasa yang ada dan menyebut semua
peristiwa pada elemen yang bersamaan secara berturut-turut. Adapun contohnya,
perkataan X diikuti oleh perkataan Y. Jika mempertimbangkan semua kesempatan di
mana X diikuti oleh sesuatu yang lain, dan si penerima memperoleh probabilitas
transisi untuk X akan Y (misalnya, kemungkinan bahwa pernyataan X akan masuk ke
dalam pernyataan Y), maka urutan yang terjadi itu berdasarkan transisi butir ke
butir dan disebut Markov Chain.
3) Terdapat kesepakatan bahwa model probabilitas statistikal ini tidak
dapat berlaku dalam komunikasi bahasa alami. Hal ini dikarenakan adanya
pertanyaan yang muncul mengenai penyebutan berurutan untuk semua urutan bahasa,
seperti bahasa Inggris. Bahkan jika tidak, peristiwa pada elemen yang paling
banyak terjadi tergantung pada faktor lainnya daripada peristiwa itu sendiri.
Contohnya, adanya ketergantungan gramatikal biasanya dapat memperluas ungkapan
yang tidak saling bersebelahan letaknya. Pendekatan statistikal ini sangat
menolak aspek pengertian dan tujuan teks dalam wacana.
4) Meskipun terdapat syarat atau keberatan
mengenai model probabilitas statistikal tersebut, namun secara realistis, teori
dan model teks tersebut dalam penggunaannya dapat membuang ide probabilitas.
Adapun gagasan tersebut dimaknai sebagai ‘ekspektasi’, ‘hipotesis’,
‘kegagalan’, ‘preferensi’, dan ‘prediksi’ yang berperan sebagai kontrol penting
pada apa yang muncul di dalam teks. Contohnya, transisi network yang biasanya mewakili sintaks dan hubungan
konseptual yang bekerja pada sesuai prinsip dan layak untuk diujicobakan pada
urutan tertentu lainnya. Penggunaan plan
dalam wacana juga membutuhkan perencanaan yang matang untuk mempertahankan
model terkini dan situasi yang akan datang, dan merancang kemungkinan peristiwa
yang sesuai.
5) Probabilitas
kontekstual merupakan langkah yang digunakan untuk menentukan perubahan gagasan
probabilitas statistikal. Hal tersebut berkaitan dengan adanya pertimbangan
penting kelas peristiwa apa yang cenderung lebih banyak atau lebih sedikit
mempengaruhi kumpulan sistem dari faktor-faktor terkini. Adapun berkaitan
dengan hal ini, pertanyaan yang dapat muncul ialah bagaimana sistem bahasa yang
beragam dapat berinterkasi untuk menentukan kemungkinan peristiwa yang belum
dipahami dengan baik.
6) Untuk
satu hal, kelebihan probabilitas mungkin tidak sama dalam beberapa sistem.
Adapun berkaitan dengan hal tersebut, adanya urutan dapati dibuat menjadi
elemen yang sintaktik. Hal ini dikarenakan informativitas yang rendah dalam
kohesi. Namun, secara konseptual mustahil terjadi karena memiliki
informativitas yang tinggi dalam koherensinya. Contohnya :
[117]
All our yesterday have lighted fools the way to dusty death.
Contoh
di atas sesuai dalam kohesinya, tetapi cukup unik dalam koherensinya. Adapun
contoh tersebut berbeda dengan sebuah pernyataan yang biasa ada dalam format
sintaksik yang sama:
[117a]
All our western agencies have guided tours to dusty Death Valley.
Semua agen barat kami telah menuntun tur
ke Death Valley yang berdebu.
Sebagai pengganti, suatu urutan seperti
yang telah dikutip dalam bait Milton :
[116]
Him who disobeys, me disobeys.
Contoh di atas sesuai dalam
koherensinya, tetapi tidak sesuai dalam kohesinya. Adapun sebagai lawan
penataan ulang sehari-hari seperti di bawah ini:
[116a]
Whoever disobeys him is disobeys me.
Barangsiapa yang menaati dia (Malaikat) maka ia menaati-Ku.
Contoh tersebut didukung dengan
pemrosesan yang mudah dan sesuai, sementara hal yang tidak sesuai membuat
pemrosesan menjadi suatu pertukaran yang menarik.
7)
Di dalam setiap level peristiwa
diperlukan penempatan nilai-nilai numerik yang tepat. Selain itu, hal yang
lebih logis akan menjadi asumsi pada ranah probabilitas umum, yakni pengukuran
lebih tinggi atau lebih rendahnya skala perkiraan. Adapun di dalam
informativitas terdapat tiga urutan informativitas, yang mana pada
masing-masing urutan, pengguna bahasa manusia dapat membedakannya selama
komunikasi aktual. Tiga urutan
informativitas tersebut, antara lain : (a) tingkat atas, (b) tingkat rendah,
dan (c) tingkat di luar keduanya.
8) Peristiwa pilihan pada tingkat atas
probabilitas, seperti apperceptibly, merupakan
kandidat yang dianggap paling mungkin dapat menyampaikan informativitas urutan pertama. Adapun contoh dari apperceptibly, seperti teks “STOP” yang
ditemui pada suatu rambu jalan. Hal tersebut dapat diprediksi dalam kohesi,
koherensi, perencanaan, situasi kejadian, dan tanda itu sendiri yang memiliki
bentuk dan warna yang unik dan dapat dikenali pada jarak tertentu yang telah
dipertimbangkan. Adanya prediktabilitas maksimal di dalam hal tersebut berperan
untuk menjaga kebebasan perhatian pengendara untuk kondisi lalu lintas saat
itu.
9) Di dalam peristiwa urutan pertama,
terdapat kata fungsi. Adapun di
dalam bahasa Inggris, kata fungsi, yakni berupa artikel, preposisi, dan
konjungsi, yang semuanya merupakan tanda dari isi atau konten. Kata fungsi
sering diucapkan tidak jelas, sehingga sulit diidentifikasi di luar konteks
(Woods & Makhoul, 1973). Selain itu, Clark dan Clark (1977: 275) juga
menyarankan bahwa selama proses produksi teks terjadi, kata-kata fungsi yang
dipilih hanya setelah ada kata isi. Dalam penerimaan teks, pembaca mungkin
melewatkan kata-kata fungsi dan potongan-potongan kata isi. Adapun kata-kata
fungsi sering terdapat di dalam teks seperti telegram, dan rambu-rambu jalan.
Menurut Goodglass & Blumstein (1973) penyakit afasia (kehilangan kemampuan
bahasa karena gangguan otak) dapat menyebabkan penderita afasia sering
menghilangkan kata-kata fungsi dalam berbicara.
10) Di sisi lain, kata-kata isi, umumnya bersifat lebih informatif. Adapun kata-kata
isi mengaktifkan ranah kognitif yang lebih luas dan beragam. Berkaitan dengan
kata-kata fungsi dan kata-kata isi, produsen teks mungkin dapat mengubah atau
membalikkan peran normal dari dua jenis kata tersebut. Contohnya seperti
kalimat di bawah ini :
[118] wish by spirit and if by yes (e.e. cummings 1972)
[119] long along the in and out of grey car (Myra Cohn
Livingston 1972)
Penempatan
kata-kata fungsi seperti ‘if’ pada [118] dan ‘in’ dan ‘out’ pada [119] menciptakan fokus perhatian di
mana konten khusus dapat ditetapkan pada masing-masing kalimat, misalnya ‘if’ sebagai ‘kemungkinan’ dan ‘in’ dan
‘out’ sebagai ‘entry’ dan ‘exit’.
11) Informativitas
urutan pertama akan selalu ada di dalam teks. Dalam hal ini, setiap
peristiwa harus memiliki sifat yang sama atau berbeda dengan peristiwa
sebelumnya ada sistem yang sama, serta menunjukkan adanya kesamaan antara
peristiwa gramatikal.
12)
Prosedur
standar yang ditetapkan untuk peristiwa urutan pertama dalam komunikasi
bersifat baku (operasi atau pilihan berasumsi diatur dalam ketiadaan
indikator yang bertentangan) dan preferensi (operasi atau pilihan yang rutin
diperlakukan pada alternatif lain). Di dalam prosedur ini, ketika pembakuan
atau preferensi yang diganti, misalnya, ketika peristiwa di bawah kisaran atas
probabilitas, kita memperoleh informativitas
urutan kedua. Adanya beberapa peristiwa urutan kedua setidaknya akan
menjadi standar normal untuk komunikasi tekstual, karena teks pada urutan
pertama akan sulit untuk dibangun dan dibuat menarik. Pada satu kesempatan,
peristiwa urutan pertama dapat dinaikkan dan urutan ketiganya diturunkan untuk
menjaga urutan tengahnya.
13) Peristiwa yang pada awalnya muncul untuk
mengatur bagian luar pada lebih atau kurangnya opsi disebut informativitas urutan ketiga. Adapun
informativitas urutan ketiga merupakan peristiwa yang relatif jarang mengundang
perhatian pembaca atau penerima. Di dalam informativitas urutan ketiga, adanya kesenjangan di mana pola teks disajikan
tidak sesuai pola pengetahuan yang tersimpan, akan menjadi jenis peristiwa
urutan ketiga yang biasa. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penerima teks
harus melakukan pencarian motivasi –
kasus pemecahan masalah yang khusus untuk mencari tahu apa yang menandakan
peristiwa tersebut, mengapa suatu masalah dipilih, dan bagaimana masalah
tersebut dapat diintegrasikan kembali ke dalam kontinuitas yang merupakan dasar komunikasi. Akibatnya, pencarian
yang sukses akan menunjukkan bahwa peristiwa dalam pertanyaan dengan berbagai
pilihan akhirnya dapat diakses melalui beberapa mediasi. Oleh karena itu,
pencarian telah menurunkan peristiwa urutan ketiga ke urutan kedua. Penurunan
status dapat memiliki beberapa direksionalitas.
Jika penerima teks kembali untuk menemukan motivasi dalam peristiwa sebelumnya,
mereka melakukan penurunan mundur.
Jika penerima teks menunggu untuk mempertimbangkan peristiwa selanjutnya, maka
penerima teks melakukan penurunan maju.
Jika penerima teks bergerak di luar teks atau wacana saat ini, maka penerima
teks melakukan penurunan keluar.
14) Pengolahan
tersebut juga dapat memperpanjang lebih jauh komunikasi tekstual dan reaksi
manusia terhadap dunia pada umumnya. Contohnya seperti, orang normal akan
terkejut menerima cek dalam surat untuk jumlah uang yang besar. Orang tersebut
mungkin akan berpikir kembali tentang hal apa yang dilakukan sebelumnya (penurunan mundur/ downgrading/masa lalu); orang tersebut mungkin menunggu untuk
melihat beberapa pemberitahuan (forward downgrading/masa depan);
atau orang tersebut mungkin menganggap bahwa kesalahan telah terjadi dengan
uang yang dimaksudkan untuk orang lain atau tujuan lain (outward downgrading).
Selain itu, kesia-siaan atau omong kosong akan menghasilkan
kurangnya kontinuitas antara peristiwa dan sisa pengetahuan, pengalaman, dan
kesulitan untuk mentolerir.
15) Sejauh mana peristiwa urutan ketiga yang
sebenarnya mengganggu akan bergantung pada kelebihan
pertalian atau hubungan yang dipengaruhi. Suatu peristiwa yang berlawanan
dengan pengetahuan yang sudah pasti, akan lebih membingungkan daripada yang
berlawanan dengan khas; dan
pelanggaran pengetahuan khas akan
lebih mengganggu daripada pengetahuan yang disengaja. Adapun contohnya terdapat
dalam bait yang cukup terkenal (Carroll, 1960: 234) :
[120]
Their coats were brushed, their faces washed,
Their shoes
were clean and neat
And this
was odd, because, you know,
They hadn’t
any feet.
[120] Mantel mereka disikat, wajah mereka dicuci
Sepatu
merea bersih dan rapi
Dan ini
aneh, karena, kau tahu,
Mereka tidak
memiliki kaki.
Efek
ini berasal dari pengetahuan yang sudah pasti bahwa sepatu harus dikenakan pada
kaki. Di sini, penyajiannya dimotivasi untuk menggambarkan istilah anak manusia
pada suatu liburan.
16) Pada bagian ini, akan diberikan contoh
kutipan adanya peregangan yang
menggangu pada teks :
[15]
The sea is water
Ternyata,
pengetahuan yang sudah pasti mengenai substansi laut hanya tidak bisa menjadi
laut jika disajikan tanpa tujuan. Dalam peristiwa ini, produsen teks mengklaim
bahwa ‘laut’ sebenarnya merupakan percampuran larutan gas dan garam [15a].
[15a]
The sea is not water. It is actually a solution of gases and salts.
[15b] Laut bukan air. Ia sebenarnya larutan gas dan
garam.
Adapun
selanjutnya, penerima dipertemukan langsung dengan peristiwa urutan ketiga yang
dapat diintegrasikan dengan forward
downgrading. Dalam kedua kasus pada [15a] dan [15b], pembukaan teks
menghadirkan pernyataan informasi yang tidak stabil, yang mungkin tidak nyaman
bagi penerima.
17) Harus
ada disposisi pengolahan yang mencegah pengguna teks dari mengungkapkan atau
menerima bacaan alternatif yang ganjil dari teks tunggal. Adapun contohnya
seperti pada Schank dan Wilensky (1977: 141) :
[121]
Time flies like an arrow.
[121] Waktu berlalu seperti panah.
Adapun
dapat terjadi dua kemungkinan alternatif
yang muncul dari pernyataan [121] di atas, antara lain: (1) seseorang
sedang diperintahkan untuk mengukur kecepatan lalat pada cara seperti panah,
atau (2) sebuah nama spesies aneh yang khusus bernama lalat gemar panah. Akan
tetapi, alternatif juga dapat menjadi urutan ketiga. Pada skala informativitas
yang lain, bacaan urutan pertama dari bait puisi (Richard Cory oleh Edward
Arlington robinson (1914: 35) hampir tidak mungkin terjadi pada penerima atau
pembaca :
[122]
And he was always human when he talked
[122] Dan dia selalu manusia ketika ia berbicara
Secara
jelas, ‘he’ tentunya akan menjadi
milik kelas ‘manusia’, dan manusia merupakan satu-satunya yang mungkin
berbicara dalam puisi. Selain itu, contoh bacaan urutan pertama juga terdapat
pada judul :
[58] San Juan Gunfire Kills One : tembakan San Juan
Tewaskan Satu
Melalui
pernyataan tersebut, pembaca normal akan memerhatikan bahwa informasi yang
diumumkan dalam pernyataan tersebut ialah bahwa tembakan fatal itu terdapat di
suatu kota.
18) Probabilitas
Kontekstual adalah campuran faktor
yang kompleks. Berkaitan dengan hal tersebut, manusia harus membedakan
perkembangan yang terus-menerus berjalan sesuai dengan harapan manusia yang berlaku di dalam berbagai tingkatan selama
komunikasi terjadi.
18.1)
Adanya
dunia nyata yang merupakan model dominan sosial dari situasi manusia dan
lingkungannya, dianggap sebagai sumber harapan pertama. Di dalam dunia
nyata, proposisi dianggap benar dan menjadi sebuah fakta. Fakta-fakta yang ada di dalam suatu kelompok atau individu
dipertimbangkan untuk dapat diberlakukan secara umum pada beberapa situasi atau
peristiwa yang “nyata” atau menjadi keyakinan
suatu masyarakat. Dunia nyata adalah
dunia yang sesuai sumber keyakinan istimewa yang mendasari komunikasi tekstual.
Manusia dapat memproduksi dan menerima banyak teks yang tidak faktual dengan
cara tersebut, namun manusia masih cenderung menggunakan dunia nyata sebagai
poin orientasinya. Beberapa fakta begitu tertanam kuat di dalam pikiran
manusia. Manusia berpikir bahwa penyebab memiliki efek atau akibat; sesuatu
yang tidak dapat menjadi benar dan salah; atau ada dan tidak ada, pada saat
yang sama dan dalam situasi yang sama; bahwa objek memiliki identitas, massa,
dan berat, dan sebagainya. Adapun jika fakta-fakta tersebut dilanggar dalam
dunia tekstual, harus ada eksplisit dan tanda yang jelas. Bahkan pada contoh
kasus [120], pernyataan tersebut dianggap ‘aneh’ karena persoalannya ialah
sepatu yang dikenakan tanpa kaki. Produksi dan penerimaan teks panjang di dunia
nyata, yang sebab dan akibatnya dihentikan, mungkin terbukti tidak layak –
dalam bahasa Inggris.
18.2) Manusia tampaknya menerapkan strategi yang
konsisten dalam menerima dan mengatur dunia nyata, sehingga kompleksitas yang
kurang menjadi besar. Manusia tidak
melihat dunia sebagai bom waktu yang merangsang individu, namun manusia
mengintegrasikan harapannya menjadi model dunia melalui tindakan dan perhatian
manusia yang sangat terampil (Miller & Johnson-Laird, 1976: 29). Apapun
pengetahuan yang diperoleh manusia digunakan sebagai jembatan untuk mendapatjan
pengetahuan lebih lanjut, Berkaitan dengan hal tersebut, adanya penggunaan pola global, seperti kerangka, skema, rencana, dan
skrips, ditujukan untuk mencocokkan, mengintegrasikan, dan mengendalikan
sejumlah pengetahuan yang ada saat ini. Selain itu, ada beberapa bukti
mengenai strategi urutan normal yang digunakan unuk membuktikan dan
membicarakan tentang dunia (nyata atau imajinasi). Jika diminta untuk memonitor
adegan visual, manusia cenderung untuk bergerak dari atas ke bawah (DeSoto,
London & Handel, 1965; Clark & Chase, 1974). Adapun contohnya, dalam
menggambarkan apartemen, manusia secara mental berjalan mengelilinginya,
menyebutkan setiap kamar dalam urutannya, menempatkan kamar utama dalam
ungkapan yang mengisi slot subjek kalimat, sedangkan kamar kecil yang lebih
sering dinyatakan dalam predikat (Linda & Labov, 1975).
18.3)
Sumber
harapan kedua adalah organisasi bahasa yang digunakan dalam teks. Dalam
bahasa, seperti bahasa Inggris, banyak kaidah untuk menggabungkan bentuk
tersebut, yaitu organisasi peristiwa dan situasi tidak tercermin langsung dalam
organisasi bahasa. Kaidah organisasi bahasa mendorong pembaca untuk
mempertimbangkan kelompok bunyi tertentu yang tidak dapat diucapkan karena
bahasa mereka tidak mencukupi. Misalnya, penutur bahasa Inggris, tidak akan
mencoba untuk mengucapkan kelompok, seperti ‘Ltd’, ‘bbl’, ‘FBI’ atau ‘lb’
seperti yang tertulis, namun penutur bahasa Inggris akan segera mengenali mereka
sebagai singkatan dari bentuk lama dengan pola bunyi yang lebih nyaman didengar
oleh telinga. Pada prinsip yang sama, urutan yang tidak teratur secara radikal
digunakan oleh ahli tata bahasa untuk menekankan pentingnya sintaks, misalnya
pada Dresher dan Hornstein (1976: 365) :
[123]
Tall man the hit small round ball a.
akan
hampir terjadi atau dapat diterima di luar perdebatan linguistik. Jika terdapat
konfigurasi yang aneh, seperti bunyi atau sintaks yang disajikan, maka akan
hadir peristiwa urutan ketiga yang non-dwongradable
untuk sebagian besar penerima. Jika bunyi dan sintaks yang digunakan hanya
untuk fungsi pengaturan konten, maka
penolakan organisasi tidak akan berguna , kecuali beberapa fungsi baru
ditemukan.
18.4)
Sumber harapan ketiga muncul dari teknik
untuk mengatur urutan sesuai dengan informativitas elemen atau kelompok elemen.
Terdapat sarana untuk menandai apa yang dianggap baru, penting, atau tidak
terduga dalam klausa atau kelompok nada, yakni perspektif kalimat fungsional dan intonasi. Adapun unsur-unsur yang
sangat informatif cenderung muncul menjelang akhir klausa dan menerima kata
kunci tinggi. Sebaliknya, unsur informativitas rendah cenderung muncul pada
klausa dan menerima kata kunci rendah, atau harus dipadatkan melalui PRO-FORM
atau dihilangkan melalui adanya ellipsis. Teknik ini memberikan keseimbangan
antara dua kecenderungan yang berlawanan, mempertahankan poin orientasi yang
jelas, dan menjaga informativitas yang cukup tinggi.
18.5) Dapat disimpulkan bahwa sumber harapan pertama tentang “dunia
nyata” dan “fakta” akan bersifat independen dalam bahasa secara keseluruhan,
sedangkan sumber kedua (kaidah formal) dan yang ketiga (penandaan
informativitas) akan bervariasi dari satu bahasa ke bahasa yang lain.
Namun, isu ini menjadi permasalahan yang besar. Adanya keragaman kaidah formal
antara bahasa itu tidak terbantahkan, tapi ada sedikit kesepakatan tentang
apakah keragaman tersebut juga mendorong pengguna bahasa untuk mengatur dunia
dengan cara yang berbeda, seperti yang disarankan oleh Whorf (1956). Demikian
pula, jika makna ungkapan dan pengertian teks yang sangat terkait dengan
akuisis dan penggunaan pengetahuan, maka manusia harus tunduk pada pengaruh
faktor budaya dan sosial yang dieksplorasi dalam semantik etnografi. Oleh
karena itu, ada interkasi substansi yang pasti antara tiga sumber harapkan yang
diuraikan di atas. Namun, masing-masing sumber menggunakan efek khas sesuai
dengan prinsip-prinsip organisasi bahasa yang khusus.
18.6) Sumber
harapan keempat adalah jenis teks (Text Type). Adapun jenis teks adalah
kerangka global yang mengendalikan berbagai pilihan yang mungkin akan
dimanfaatkan. Contohnya, seperti suara atau sintaks yang dapat diterima di
dalam teks-teks puisi, di mana kaidah ungkapan yang khas dimodifikasi. Hal
tersebut dapat dicontohkan pada jenis teks ilmiah di bawah ini:
[120a] This treatise
examines the data gathered at the Scripts Institute of Oceanographic Research
on cleanliness of shoes among footless mollusks of the genus Ostreidae.
Karya tulis ini meneliti
data yang dikumpulkan di Scripts Institute Penelitian Oseanografi mengenai
kebersihan sepatu antara moluska tanpa kaki dan genus Ostreidae.
Jenis
teks ilmiah tersebut menolak penangguhan dasar “fakta” dalam organisasi dunia,
contohnya benda (seperti “kaki”) yang ada maupun tidak ada.
18.7) Sumber
harapan kelima dan terakhir adalah konteks yang dekat (immediate context) di mana teks terjadi dan digunakan. Adanya
aktualisasi dapat mengganggu organisasi konvensional dari sistem yang sesungguhnya.
Adapun sumber ini mungkin mengubah harapan yang diambil dari empat sumber lain.
Gagasan gaya (style) telah digunakan untuk menggambarkan asumsi bahwa teks
tunggal atau serangkaian teks memunculkan kecenderungan pemilihan yang khas.
Dengan demikian, penerima dapat mengharapkan beberapa macam peristiwa yang
lebih dominan dan sering muncul daripada yang lain. Teks sastra dan puisi akan
menggambarkan fokus khusus mengenai gaya, sehingga produsen harus mengeluarkan
kepedulian dan perhatian yang cukup pada produsen seleksi. Namun,
informativitas dapat ditingkatkan pada kesempatan melanggar dari gaya pemikiran
pengarang (Riffaterre, 1959, 1960). Adapun jika taktik ini sering diikuti
secara intens dan penerima sering menjadi bingung di mana penerima tidak mampu
menggunakan teks, msalnya dalam Novel James Joyce yang berjudul Ulysses, di mana mungkin tidak ada pola
tetap yang dapat membentuk latar belakang peristiwa di dalamnya, sehingga
menggunakan downgrading.
19)
Pengaruh yang nyata dari suatu peristiwa dalam konteksnya selalu dapat
ditingkatkan (upgrade) atau
diturunkan (downgraded) melalui
pengaturan yang direncanakan dengan tepat. Oleh karena itu, frekuensi berperan
penting di dalam hal ini, baik dalam kumpulan teks yang banyak maupun yang
tidak.
20) Perbandingan
jumlah frekuensi tidak diragukan lagi di dalam teks yang ringkas dan sederhana.
Di sisi lain, adanya harapan pengguna teks menjadi persoalan yang rumit. Hal
ini dikarenakan pada saat-saat tertentu, orang-orang benar menyatakan apa yang
menjadi harapannya. Oleh karena itu, setelah melakukan proses idetifikasi
teknik bahasa yang berfungsi untuk menunjukkan harapan, penerima dapat
menelusuri bukti tekstual. Adapun contoh terkait penjelasan tersebut, yakni
terdapat sebuah ilustrasi yang cukup sederhana mengenai penggunaan kata
“ingkar”, yang biasanya hanya ditemukan ketika terdapat beberapa motif untuk
mempercayai sesuatu yang dinyatakan “benar”.
21)
Di bawah ini merupakan salah satu kutipan singkat dari media cetak TIME yang
terbit pada tanggal 22 Januari 1979 :
[3] [1] Twenty-year-old Willie B is a diehard TV addict. [2] He
hates news and talk
Shows, but he loves
football and gets so excited pver food commercials that he sometimes charges at
the set waving a fist. [3] Says a friend: [4] “He’s like a little child.”
[5] Willie B is a
450-lb gorilla at the Atlanta Zoo. [6] In December a Tennesse TV dealer heard
about Willie B’s lonely life as the zoo’s only gorilla and gave him a TV set.
Berkaitan
dengan kutipan di atas, penerima dapat memilah-milah harapan yang sesuai dengan
apa yang bisa diperoleh penerima dari kutipan tersebut.
22)
Salah satu faktor penting di dalam teks
ialah definiteness (kepastian) dan
status entitas (keutuhan atau kesungguhan) dunia teks yang dapat
diidentifikasi, diakses, dan diperoleh kembali. Perihal tersebut secara
konvensional ditandai dalam teks-teks bahasa Inggris dengan artikel yang
“pasti”, sementara artikel yang “tidak pasti” disajikan untuk entitas yang
sedang diaktifkan saja. Berkaitan dengan entitas “pasti”, sebuah entitas
dianggap “pasti” karena semua orang sudah mengetahui tentang hal tersebut,
misalnya “matahari” dan “bulan”. Beberapa entitas dapat terbatas dikarenakan
mereka merupakan anggota kelas yang tidak ditentukan. Contohnya, seperti “Kebun
Binatang Atlanta” [5] yang terkenal dan unik. “Kebun binatang” [6] adalah
sebuah entitas yang telah disebutkan dan keduanya pasti. Ketidakpastiannya
biasanya ditentukan untuk entitas pada penyebutan pertama, seperti “pecandu”
[1], “tinju/kepalan tangan”[2], “teman” [3], “anak” [4], “gorilla” [5], dan
“agen”[6]. Namun, terdapat penjelasan lain di sini selain penyebutan pertama,
yakni bahwa “anak” dan “gorilla” adalah sebutan baru bagi kata yang sudah
disebutkan “Willie B”. Di sisi lain, “TV Set” adalah tidak pasti dalam [6]
meskipun penyebutan sebelumnya “sekumpulan (set) yang pasti pada [2].
23)
Penggunaan definiteness (kepastian)
ini menunjukkan bahwa kepastian dan ketidakpastian mungkin lebih memadai untuk
dibicarakan dalam hal akses prosedur. Jika entitas dalam penyimpanan aktif maka
pengetahuan yang tentu dan khas tentang entitas mudah untuk diakses, atau
bahkan mungkin sudah diakses oleh aktivasi
penyebaran. Dengan demikian, kata ‘pecandu TV’ [1] diharapkan memiliki
‘set’ yang menghasilkan kepastian dalam [2]. Sebaliknya, ‘a fist’ dan ‘a
friend’ adalah anggota kelas yang disengaja. Kata ‘a child’ [4] adalah
penyebutan pertama dan sebuah contoh yang disengaja. Kata ‘ a gorilla’ adalah
penyebutan pertama, tetapi bukan anggota yang disengaja, karena hanya ada satu
gorilla unik di kebun binatang.
24)
Selain kepastian, urutan kalimat dan
klausa dapat pula dibahas. Penempatan ‘Willie B’ dalam posisi subjek
menandakan bahwa ‘Willie’ akan menjadi tokoh dalam topik. Adapun persoalan
mengenai urutan kalimat dan klausa diatur dengan Junctives, seperti kata ‘but’ dalam bahasa Inggris yang berguna
untuk menghaluskan transisi.
25)
Adanya dua paragraf yang mendukung
koherensi teks, sehingga produksi dan penerimaan setidaknya akan didukung
dengan penyebaran aktivasi. Klausa ‘diehar TV addict’ [1] mengandung unsur
‘kesukaan dan ketidaksukaan yang rinci’ untuk mendapatkan kata ‘excited’ pada
beberapa jenis program TV [2].
26)
Bertentangan dengan latar belakang
kohesi dan koherensi yang terorganisir dengan baik, produsen teks mampu menghadirkan
kejutan besar bagi penerima teks, yakni bahwa ‘Willie B’ bukan manusia – yang
dijelaskan di seluruh paragraf pertama. Nama ‘Willie B’ itu sendiri
menandakan ciri sugestif. Hal ini dikarenakan setidaknya di Amerika, hewan
lebih cenderung memiliki nama terakhir dibandingkan manusia. Selain itu,
istilah ‘addict’, ‘talk’, ‘fist’, ‘friend’, dan ‘child’, semuanya menunjukkan
status manusia.
27)
Di dalam paragraf kedua, ‘a 450-lb
gorilla at the Atlanta Zoo’ [5] mengungkapkan serangkaian ekspresi yang isinya
meruntuhkan persepsi penerima teks. Adanya efek langsung di dalam teks disebut
dengan informativitas urutan ketiga, dilanjutkan dengan backward downgrading. Adanya
forward downgrading juga disediakan
melalui isi teks yang diungkapkan dalam kalimat akhir [6]. Adapun downgrading ini mencegah teks dari hal
yang menyulitkan penerima teks.
28)
Adanya penggunaan teks telah menciptakan
ketertarikan terhadap teks oleh penerima teks. Paragraf kedua telah
ditempatkan sebelum paragraf pertama oleh produsen teks, tetapi efektivtas teks
akan akan jauh lebih rendah. Strategi ini sering terjadi pada produksi teks
jurnalistik, di mana minat penerima teks harus dibangun, bahkan ketika
peristiwa atau situasi yang digambarkan tidak penting. Selain itu, produsen teks
tertentu ini memiliki motivasi khusus sebagai strategi bacaan.
29)
Penggunaan informativitas sehari-hari
berlaku utama untuk isi kalimat. Berkaitan dengan hal tersebut, di bawah
ini akan diberikan contoh gagasan yang berguna untuk beberapa sistem bahasa dalam
interaksi manusia.
[6] GHOSTS
[1]
Those houses haunt in which we leave
[2] Something undone. It
is not those
[3] Great words or
silence of love
[4] That spread their
echoes thorugh a place
[5] And fill the
locked-up unbreathed gloom
[6] Ghosts do not haunt
with any face
[7] That we have known;
they only come
[8] With arrogance to
thrust at us
[9] Our own omissions in
a room
[10] The words we would
not speak they use
[11] The deeds we dared
not act they flaunt
[12] Our nervous
silences they brulse
[13] It is our
helplessness the choose
[14] And our refusals
that they haunt
30)
Format teks akan mengaktifkan harapan
penerima teks mengenai jenis teks. Sebuah teks puitis berguna untuk motif
khusus yang mana pemilihan dan pemetaan pilihan bahasa biasanya dimodifikasi
dibandingkan dengan organisasi bahasa konvensional secara keseluruhan. Di dalam
sebuah soneta, susunan empat belas baris pada panjang sebanding dengan irama
sudah menunjukkan jenis bagian ‘soneta’. Soneta
Italia atau Petrarchian mencakup delapan baris yang terdiri dari dua bait
empat baris. Soneta Shakespeare
mencakup dua belas baris yang terdiri dari tiga bait empat baris. Pola sajak
juga berbeda dengan pola sonata, yakni sajak baru muncul antara dua baris
dengan sajak sebelumnya.
31)
Perkembangan sajak juga menjadi topik
menarik untuk dibahas pada tingkat bahasa. Adapun sajak terkait dengan
ketidakteraturan dan ketidakrataan di bagian pertama cerita (biasanya baris
1-9), dan penerima teks baru memahami pesan sajak pada bagian terakhir
(biasanya baris 10-14).
32)
Tata bahasa atau sintaks dari sebuah
teks harus tersusun dengan baik. Tujuan dari sebuah kalimat pembuka,
seperti pada kata ‘those houses’ secara langsung mendahului kata kerja ‘haunt’.
Kata ‘those houses’ merupakan objek langsung yang diganti dari slot
konvensional setelah kata kerja.
33)
Adanya istilah ‘Konstruksi Terbelah’
dinamakan demikian karena ‘membelah’ apa yang bisa menjadi dua kalimat dalam
dua klausa, masing-masing dengan subjek dan kata kerjanya sendiri. Klausa
pertama biasanya dibuka dengan ungkapan kosong secara konseptual, yaitu “it is’
sehingga unsur yang terfokus dapat memiliki sisa plot predikat di mana hal-hal
yang sangat informasional muncul. Materi yang berhubungan dengan elemen fokus
ditambahkan dalam klausa relatif, yakni dengan kata ‘who’, ‘which’, ‘that’ atau
sejenisnya.
34)
Di dalam sebuah paragraf, kalimat
pembuka harus mengandung judul dan mengisi satu setengah baris. Sebuah
transisi yang sama dari satu klausa utama ke berikutnya di tengah-tengah baris,
biasanya dapat ditemukan dalam bait ketiga. Bahkan ketergantungan tata bahasa
biasanya muncul pada baris akhir, yang mencakup objek langsung kata kerja dalam
(baris 1-2), kepala penentu dalam (baris 2-3), dan kepala (kata kerja)
modifikasi (baris 7-8). Sebaliknya, baris lima terakhir menunjukkan kesepakatan
antar unit sintaksi dan organisasi bahasa. Setiap
klausa utama dalam bait keempat mengisi tepat satu baris baris, dengan
baris-baris 10 dan 11 yang bersifat paralel.
35)
Dua kelompok kata diungkapkan melalui
pro-forma. Adapun contohnya, kata
‘we’ dibandingkan ‘they’. Kapanpun salah satu dari kelompok-kelompok kata
tersebut diuraikan ke dalam subjek kata kerja, maka kelompok kata yang lain
dikaitkan dengan gramatikal dengan objek kata kerja langsung: (a) ‘ghost’ haunt
the ‘houses’ ‘in which we leave
something undone’, (b) they do so
with no ‘face’ that ‘we have known’,
(c) they ‘thrust at us our omissions’, (d) ‘they’ use the words
we would not speak’, (e) ‘they’ flaunt the ‘deeds we dared not act’, (f) ‘they’ bruise ‘our’ silence, (g) they choose
‘our helplessness’, (h) ‘they’ ‘haunt’ ‘our refusals’.
36)
Pola dibentuk oleh jumlah kata per baris
yang bergeser antara bagian awal dan akhir dari teks. Tiga bait pertama
memiliki jumlah kata 7-6-6, 7-6-7, 7-6-8 dan menghasilkan sebuah keseimbangan
pada bait pertama dan ketiga , serta bait tengah seimbang secara internal.
Adapun baris-baris ini sebagain besar terdiri dari kata-kata satu suku kata,
dengan suku kata multi merata. Sebaliknya, bagian terakhir dibuka dengan dua
baris kata-kata bersuku kata secara eksklusif (biasanya pada baris 10-11) yang
menambahkan hingga beberapa jumlah kata.
37)
Pemilihan ungkapan leksikal untuk teks
awal juga direncanakan dengan saksama dan teliti. Contohnya, seperti
peristiwa pertama ‘words’ dan ‘silences’ pada baris 3 yang segera diikuti oleh
‘echoes’ pada baris 4.
38)
Di dalam pembahasan mengenai
informativitas, dapat diketahui berbagai tingkatan, yaitu sintaks atau tata
bahasa, ungkapan leksikal dan korelasinya, yang nyata dan mendukung argumen di
dalam teks. Judul yang mengumumkan ‘ghost atau hantu’ sebagai topik,
mengaktifkan konfigurasi pengetahuan global penerima teks yang disebut dengan frame atau bingkai. Bingkai ‘ghost’
mungkin mengandung unsur: (a) bahwa hantu mnegantui rumah, di mana sesuatu yang
mengerikan telah dilakukan, (b) bahwa hantu menanggung wajah orang-orang yang
terlibat dalam peristiwa mengerikan, dan (c) bahwa hantu memberlakukan kembali
suatu peristiwa. Keyakinan penerima teks mengenai hal tersebut tentu tidak
disebutkan di dalam teks, tapi penyangkalan dari mereka dalam baris 1-7
menunjukkan seseorang akan cenderung memegang keyakinan tersebut.
39)
Oleh karena adanya penolakan keyakinan
umum terhadap isi teks, maka diperlukan adanya ‘motivasi mencari’ untuk
menurunkan penolakan keyakinan tersebut. Adapun motivasi untuk pernyataan
teks yang tidak bisa ‘faktual, harus ditemukan dalam dunia teks itu sendiri.
40)
Ketidaksesuaian dapat muncul atau tidak
muncul di dalam sebuah teks. Adapun contohnya, seperti pada puisi di bawah
ini:
[124] People who fail to act
at the proper moment will keep on re-enacting those occasions in their minds.
Puisi
tersebut disusun berdasarkan urutan langkah-langkah, yakni: (a) judul dan
beberapa ungkapa terkait mengaktifikan bingkai-bingkai ‘ghost’; (b) beberapa
keyakinan dasar dalam bingkai yang dihilangkan; (c) ketidaksesuaian berkaitan
dengan peristiwa dalam teks yang dihilangkan;
(d) pencarian motivasi diadakan untuk downgrade (menurunkan) perbedaan dalam (b) dan (c); (e) identitas
‘ghost’ dan ‘we’ itu direkonstruksi dari materi yang tersedia; (f) baik
peristiwa dan hantu diidentifikasi sebagaimana diposisikan dalam pikiran
penerima teks yang gagal memaknai teks. Proses tersebut memerlukan outward downgrading daripada backward dan forward downgrading yang dicatat dalam teks ‘gorila’ di awal.
41)
Berkaitan dengan penjelasan nomor 40) di atas, adapun argumen yang dihasilkan
sebagai berikut. Baris pertama menyatakan jenis rumah hantu yang menghantui
(baris 1-2). Kesempatan yang lain untuk menghantui ditolak (bari 2-7), dan
kemudian pembukaan kembali dalam parafrase (baris 7-9). Baris lima terakhir
digunakan untuk mengembangkan dan menegaskan ulang apa yang telah dinyatakan
‘words’ dan ‘silences’ di sini digambarkan untuk menggantikan penolakan ‘ghost’
(baris 2-5). ‘The deeds we dared not act’ (baris 11) melihat kembali ke
‘something undone’ (baris 2). ‘The helplessness’ (baris 13) dan ‘refusals’
(baris 14) merupakan alasan yang diprediksi untuk berbagai ‘omissions’. Adanya
motivasi pola harapan yang terperinci pada tingkat suara, sintaks atau tata
bahasa, dan ungkapan sekarang menjadi jelas. Dalam potongan pembukaan teks
(baris 1-9), penerima harus termotivasi untuk menyelesaikan ketidaksesuaian.
42)
Di dalam teks ‘gorilla’, sesuatu yang terlihat seperti ‘manusia’ membuktikan
‘bukan manusia’. Sebaliknya, dalam teks ‘ghosts’, sesuatu yang terlihat ‘bukan
manusia’ membuktikan ‘manusia’. Dalam kedua teks tersebut, ketidaksesuaian
digunakan untuk memaksa adanya pengenalan
analogi. Hal ini bertujuan agar wawasan penerima teks semakin bertambah.
Teks ‘gorilla’ adalah laporan berita yang faktual – melibatkan organisasi
‘dunia nyata’. Sementara, teks ‘ghost’ trmasuk jenis sastra yang bebas
menyajikan perbedaan yang fundamental, yakni dunia alternatif.
43)
Pembahasan mengenai informativitas diharapkan mampu mengangkat beberapa isu
dalam studi teks. Adapun informativitas masih merupakan hal yang baru dalam
studi teks. Standar ukuran informativitas adalah tingkat menengah yang disebut
dengan ‘urutan kedua’, peristiwa dari urutan pertama dapat ditingkatkan dan
peristiwa dari urutan ketiga diturunkan. Berkaitan dengan informativitas,
produsen teks mampu meningkatkan harapan penerima teks yang direncanakan untuk
menegakkan kepentingan dan memenuhi maksud penerima teks terhadap teks bacaan,
serta untuk menggambarkan klaim penerima teks terhadap dua teks yang sangat
berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa informativitas menjadi faktor
yang sangat penting untuk membatasi dan memotivasi penggunaan pilihan makna
tertentu dalam semua jenis konteks.
2. Situasionalitas
1)
Istilah situasional adalah sebutan umum untuk faktor-faktor yang
menjadikan sebuah teks relevan dengan situasi saat ini atau dapat diperoleh
kembali dari kejadian. Adanya efek dari pengaturan situasional sangat
jarang diberikan tanpa adanya mediasi yang menciptakan adanya keyakinan dan
tujuan penerima teks itu sendiri ke dalam model situasi komunikatif saat ini.
Adapun bukti yang bisa diakses dalam situasi tersebut dimasukkan bersama dengan
pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dan harapan tentang bagaimana “dunia
nyata” yang diatur oleh penerima teks. Jika fungsi dominan teks adalah untuk
memberikan laporan model situasi yang tidak termediasi dengan layak, maka
pemantauan situasi dilakukan jika fungsi dominan adalah mengarahkan situasi
dengan cara yang menguntungkan tujuan produsen teks, sehingga perlu dilakukan
manajemen situasi.
Batasan antara pemantauan dan
pengelolaan sangat bias dan dapat bervariasi sesuai dengan pandangan
masing-masing individual. Memang, produsen teks cenderung lebih memilih untuk
menyamarkan pengelolaannya sebagai pemantauan untuk menciptakan kesan bahwa hal
tersebut terjadi dengan cara yang diinginkan dalam peristiwa normal. Adapun
contohnya, bibi gadis tua mengelola
situasi dengan pria yang meminangnya. Di
sini berarti bibi gadis tua
berpura-pura hanya memantau situasi keponakannya.
2) Satu
ragam pemantauan hanya akan menjelaskan satu peristiwa. Osgood (1971) menjelaskan
perihal penggambaran objek dan peristiwa yang akan disajikan penerima teks
sebelum ia benar-benar membaca keseluruhan teks. Untuk satu hal, penerima teks
telah membentuk keyakinan tentang apa yang perlu dicatat, seperti mencurahkan
sumber daya pengolahan untuk menunjukkan dan mengidentifikasi sesuatu yang
disajikan. Adapun Erving Goffman (1974) menyarankan bahwa situasi diurutkan ke
dalam berbagai tingkatan dari nilai objek atau peristiwa yang “hadir” atau
“tidak hadir”. Sebagai contoh, beberapa gerak tubuh pembicara dianggap penting,
misalnya menunjuk ke suatu benda atau menunjukkan arah, sementara yang lain
tidak, misalnya menggaruk hidungnya. Akan tetapi, strategi dan urutan normal
untuk mengeksplorasi perhatian dapat diganti oleh beberapa objek atau kejadian
yang sangat tidak mungkin, sehingga berubah menjadi informatif.
3)
Satu jenis improbabilitas dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam
frekuensi. Contohnya, seperti yang ditekankan oleh pendekatan statistikal
untuk teori informasi. Jika terdapat orang yang melakukan sesuatu yang jauh
lebih sering dari biasanya, adapun kemungkinan pemantauannya sebagai berikut:
[125] “Damn that boy,” said
the old gentlemen, ‘he’s gone to sleep again.”
“Very extraordinary boy,
that,” said Mr. Pickwick, “does he always sleep in this way?” “Sleep!” said the
old gentlemen, “he’s always asleep. Goes on errands fast asleep, and snores as
he waits at table.” “How very odd!” said Mr. Pickwick. “Ah! Odd indeed,”
returned the old gentlemen. (Dickens 1836-1837:
55).
Pemantauan bisa disertai oleh
beberapa upaya untuk menjelaskan frekuensi yang tidak biasa dari peristiwa atau
benda dan harus melakukan downgrade:
[126] “Look here, Sir;
here’s oyster stall to every half-dozen houses. The street’s lined with ‘em.
Blessed if I don’t think that when a man’s very poor, he rushes out of his
lodgings, and eats oysters in regular desperation. (Dickens
1836-1837: 301f).
Pemantauan juga dapat berfungsi
untuk menunjukkan beberapa kekurangan kontinuitas yang akan diturunkan (downgraded), misalnya ketika tindakan
orang tampaknya tidak memiliki alasan :
[127] The twelve jurors were
all writing very busily on slates. “What are they doing?” Alice whisphered to
the Gryphon. “They can’t have anything to put down yet, before “the trial’s
begun.” “They’re putting down their names, the Gryphon whisphered in reply, for
fear they should forget them before the end of the trial.” “Stupid things!”
Alice began in al loud indignant voice. (Carroll 1960: 144f).
Gryphon
menurunkan tindakan yang tidak termotivasi dan memunculkan pemantauan lain.
Seruan Alice “hal bodoh!” merupakan cara khas bagaimana pentingnya suatu benda
atau peristiwa itu dipantau. Adapun arti ‘penting’ di sini dapat diturunkan
menjadi standar yang diprediksi sebagai berikut.
[128] “What curious
attitudes he goes into!” (For the Messenger kept skipping up and down, and
wriggling like an eel)… “Not at all”, said the King. “He’s an Anglo-Saxon
Messenger and those are Anglo-Saxon attitudes.” (Carroll 1960: 279).
Fillmore
(1977) menyarankan bahwa arti ‘penting’ itu sendiri akan mempengaruhi
pembentukan kalimat. Benda atau peristiwa yang menonjol dapat ditugaskan
sebagai subjek atau objek langsung pada kalimat bahasa Inggris.
4) Adanya
produsen teks berperan dalam memberitahukan beberapa objek atau kejadian yang
tidak diharapkan dan objek atau kejadian yang menjadi topik teks. Adapun
dalam menanggapi kejadian yang tidak diharapkan dari teks, penerima teks harus
berupaya menegaskan standar penerimaan mereka dengan penerimaan dari orang lain
untuk mencapai kesamaan penerimaan terhadap suatu teks. Berkaitan dengan hal
tersebut, adanya pemantauan situasai sangat mungkin terjadi meskipun penerima
teks yang berbeda telah menentang gagasan teks yang ada, contohnya seperti:
[129] 1st Servant : Will’t please your lordship drink a cup of sack?
2st Servant : Will’t please your honour taste of these
conserves?
3st Servant : What raiment will your honour wear to-day?
SLY : I
am Christophero Sly; call not me ‘honour’ nor ‘lordship.”
I ne’er drank sack in my life; and if
you give me any conserves,
give me conserves of beef. Ne’er ask me
what raiment I’ll wear; for I have no more doublets than backs, no more
stockings than legs, nor no more shoes than feet…
LORD : Heaven cease this idle humour in your
honour! O that a mighty man of such descent, of such possessions and so high
esteem,
Should be infused with so foul a spirit!
SLY : What, would you make me mad?
(Taming of the Shrew,
Induction 2-17)
Melalui
contoh di atas dapat diketahui bahwa baru beberapa kesepakatan tercapai, bahkan
tujuan manusia yang mendasar dalam [129], penyediaan minuman, makanan, dan
pakaian dapat ditangguhkan, sementara penerima teks tetap menyatakan pemikiran
mereka sendiri.
5) Adanya
bukti situasi dapat juga ditemukan di dalam teks dramatis. Sebagai bagian
dari teks sastra, teks dramatis memiliki hak prerogatif dalam menyajikan
organisasi alternatif untuk objek dan peristiwa, dikarenakan teks dramatis
mampu menarik penerima teks ke dalam situasi pemantauannya dengan mediasi yang
sangat tinggi. Adapun teks dramatis biasanya memberikan penjelasan di bagian
awal teks untuk menentukan jenis mediasi yang diperlukan oleh penerima teks
dalam memahami teks. Contoh yang terkenal, ialah prolog Shakespeare kepada Raja
Henry ke-V.
[130] Suppose within the girdle of these walls
Are now confin’d two mighty monarchies
Whose high upreared and abutting fronts
The perilous narrow ocean parts asunder
Piece out our imperfections with your thoughts
Into a thousand parts divide one man
And make imaginary puissance
Think, when we talk of horses, that you see them
Printing their proud hoofs I ‘th’ receiving earth
For ‘tis your thoughts that now must deck our kings
Carry them here and there, jumping o’er times
Turning th’ accomplishment of many years
Into an hour-glass
Meskipun
teks dramatis adalah jenis bagian khusus, namun teks dramatis tetap menyediakan
penjelasan tentang bagaimana bukti situasional dapat dinegosiasikan oleh
penerima teks dalam interaksi sosial.
6) Adanya
pemantauan situasi terhadap teks dapat disederhanakan pada penggunaan pro-form untuk benda atau peristiwa yang
disajikan di dalam teks. Halliday dan Hasan (1976) menyarankan istilah exophora di dalam penggunaan ini (dalam
analogi untuk ‘anapora’ dan ‘katapora’). Exophora
tidak sepenuhnya co-referensi, karena tidak ada ungkapan lain dalam teks
selain pro-form. Dalam hal tersebut,
orang dapat saja berargumentasi bahwa ada beberapa ungkapan yang ada di dalam
penyimpanan aktif tanpa diucapkan, tetapi argumen ini dapat saja ditentang.
7)
Kata ganti orang pertama dan kedua adalah bersifat exophoric, yang
mengkhususkan pada produsen dan penerima teks dan kadang-kadang menunjukkan
hubungan sosial di antara keduanya:
[131] 2nd Citizen :
Nay, I beseech you, Sir, be not out with me, yet if you be
put, I can mend you.
Marullus : What mean’st thou by that? Mend me, thou saucy fellow!
(Julius Caesar, 16-19)
Berdasarkan
contoh di atas, dapat diketahui bahwa pekerja harus mengatakan ‘you (Anda)’
kepada pejabat pemerintah, yang merespon dengan ‘you (kamu)’ untuk menunjukkan
dominansi sosial. Exophora dapat menetapkan anggota lain selain produsen teks
dan penerima teks, misalnya melalui kata ganti orang ketiga atau deiksis (kata
penunjuk), seperti ‘ini’ dan ‘itu’.
[132]
Cassius :
This is Trebonius.
Brutus :
He is welcome hither.
Cassius :
This, Decius Brutus.
Brutus :
He is welcome too.
Cassius :
This, Casca; this, Cinna; and this Metellus Cimber
Brutus :
They all are welcome. (Julius Caesar 194-197)
Dalam
contoh [132], Cassius pertama mengidentifikasi pria yang tidak dapat dikenali
dari bukti yang tampak dari luar, yakni ‘topi mereka menutupi telinga’ dan
‘separuh wajah mereka disembunyikan di dalam mantel mereka’. Setelah identitas
diklarifikasi, Brutus dapat menggunakan pro-form
anaforis sederhana he (dia) dan they (mereka). Adapun deiksis berguna
untuk menunjuk ke dalam situasi keseluruhan atau sekumpulan kejadian:
[133]
Hardcastle : This may be modern modesty,
but I never saw anything look so much like old-fashioneds impudence.
(Goldsmith, 1773: 29)
Melalui
contoh di atas, dapat diketahui bahwa Mr. Hardcastle menunjuk semua tindakan
tamunya sejak waktu kedatangan mereka.
8) Adanya
istilah pengelolaan situasi pada penggunaan teks dalam wacana untuk mengarahkan
situasi ke arah tujuan penerima teks. Batasan antara monitoring dan
manajemen teks menjadi kabur dan hal tersebut dapat digambarkan dalam dominances
(kekuasaan). Pemantauan teks biasanya dilakukan ketika
situasi gagal dalam mencocokkan harapan, sehingga tujuan produsen teks
didominasi untuk menyelesaikan perbedaan dan diskontinuitas untuk menegaskan
kembali harapan penerima teks. Contohnya, tujuan menyediakan mediasi yang berat
ketika monitoring benar-benar berbeda dibuat dari situasi atau kejadian yang
sama. Hal ini dapat dicontohkan dalam Gainesville Sun 15 Oktober 1979.
[134]
Kennedy supporters term the Florid
showing “one of the greatest political upsets of the century”.
[135]
They put in the best they had and we put
in the best we had and we beat them and beat them bad,” offired Jody Powell
[Carter supporter].
Melalui
contoh di atas, secara jelas kedua pihak tidak ada yang benar, dan tujuan
mereka sangat jelas bahwa manajemen teks mendominasi pemantauan teks di
dalamnya. Adapun terdapat contoh lain yang menggambarkan orang-orang bersenjata
menghadang pengemudi yang membawa banyak uang (Gainsville Sun 20 Desember
1978).
[136] This is a hold up. We’re not kidding.
Ini adalah perampokan. Kami tidak main-main.
Contoh
di atas menggambarkan situasi di mana orang-orang bersenjata berencana merampok
pengemudi yang membawa banyak uang, berharap bahwa senjata api akan memberi
versi lain kepada tokoh lainnya.
9)
Adapun contoh-contoh yang telah
dijelaskan dapat menyimpulkan bahwa manajemen situasi dapat dieksplorasi secara
menguntungkan dalam hal teori rencana. Rencana
yang stabil sering disebut skrip yang dikembangkan hanya untuk situasi yang
manajemennya sering dituntut dalam situasi masyarakat tertentu.
10)
Terdapat banyak tujuan di dalam suatu
teks yang tidak dapat diperoleh melalui tindakan satu tokoh, sehingga
membutuhkan negosiasi tujuan teks yang menerapkan manajemen situasi. Adapun
Schank dan Abelson (1977) menawarkan suatu rencana terkait hal tersebut yang
dinamakan negosiasi tujuan. Di dalam
negosiasi tujuan, penerima teks dapat meminta orang lain untuk melakukan
hal-hal atau memberikan sesuatu terkait teks bacaan.
11) Di
dalam negosiasi tujuan diperlukan adanya trade-off (tukar-menukar). Perencana
tujuan harus menemukan keseimbangan antara efisiensi (kemudahan, usaha minimal)
dan efektivitas (peluang keberhasilan maksimum) yang akan sesuai dengan situasi
dan peran penerima teks.
12) Negosiasi
tujuan merupakan respon normal terhadap kegagalan yang berkelanjutan di dalam
menerima teks. Namun, seorang penerima teks tetap harus berada dalam
batas-batas. Wilensky (1978a-28) mengusulkan model pemahaman cerita sederhana
mengenai komputer terkait perkembangan teknologi dan pengetahuan.
[137]
John wanted Bill’s bicycle. He walked over
to Bill and asked him if he would give it to him. Bill refused. Then John told
Bill he would give him five dollars for it, but Bill would not agree. John told
Bill he would break his arm if he didn’t let him have it. Bill let John have
the bicycle.
Pemblokiran Bill yang berkelanjutan
tentang tujuan John ‘memiliki sepeda’ mengarah
eskalasi
stabil (kenaikan yang stabil) dari meminta objek hingga ke bagian pengancaman.
Tom
Sawyer juga memberikan contoh [138] mengenai perihal memaksa nama anak
laki-laki, dan setelah penolakan, timbulah pengancaman.
[138] “What’s your name?”
“Tisn’t any of your business, maybe.”
“Well I allow I’ll make it my business.”
“Well why don’t you?”
“If you say much, I will.”
“Much-much-much. There now.”
“Oh, you think you’re
mighty smart, don’t ou? I culd lick you with one hand tied behind me, if I
wanted to.”
“Well why don’t you
do it? You say you can do it.” (Twain, 1922: 71)
Melalui
contoh tersebut, dapat ditebak bahwa pertemuan itu berakhir dengan baku hantam
antar kedua tokoh. Meskipun Tom akhirnya benar-benar memukul tokoh yang lain,
nama tokoh yang lain itu tidak akan pernah terungkap. Seharusnya, meminta
dengan hormat dan penuh rasa persahabatan akan menghasilkan perundingan yang
baik.
13) Adapun
penerima teks juga dapat melakukan esai untuk menggambarkan situasi manajemen
dalam hal negosiasi dan eskalasi yang direncanakan. Dengan menganalisis
percakapan yang diarahkan pada tujuan, penerima teks akan berusaha untuk
mengambil beberapa strategi yang logis dari manajemen situasi. Adapun strategi
ini tidak selalu bekerja untuk semua kasus di dalam teks atau semua tindakan
wacana. Penerapan satu strategi apapun mungkin bisa saja dilakukan dengan
berbagai kemungkinan teks atau bahkan tindakan non-verbal. Pencocokan strategi
untuk situasi yang aktual dapat dilakukan oleh setiap penerima teks.
14) Di dalam teks The Adventures of Tom Sawyer, di mana Tom diperintahkan untuk
mengapuri pagar di hari Sabtu, saat dia rindu untuk berekreasi. Tom bukan anak
yang tekun untuk memulai suatu pekerjaan, dan ia juga harus menanggung siksaan
tambahan dari laki-laki yang lewat di jalan dekat pagar untuk berolahraga.
Melalui teks tersebut, diperoleh poin bahwa Tom telah mulai mengapur, dan anak
tetangga (Ben) datang.
[139] [1] Ben stared a moment, and said:
[2] “Hi-yi! You’re up a stump, ain’t you?
[3} No answer. [4]
Tom surveyed his last touch with the eye of an artist, then he gave his brush
another sweep and surveyed the result, as before. [5] Ben ranged up alongside
of him. [6] Tom’s mouth watered for Ben’s apple. [7] but he stuck to his work.
[8] Ben said : [9}
“Hello, old chap.
[10] you got to work,
hey?”
[11] Tom wheeled
suddenly and said:
[12] “Why, it’s you,
Ben! I warn’t noticing.”
[13] “Say, I’m going
in a-swimming, I am. [14] Don’t you wish you could? [15] But of course you’d
druther work wouldn’t you? ‘Course you would?!”
[16] Tom contemplated
the boy a bit, and said:
[17] “What do you
call work”
[18]
“Why, ain’t that work?”
[19]
Tom resumed his whitewashing.
[20]
and answered carelessly
[21] “Well, maybe it
is, and maybe if ain’t. [22] All I know is, [23] if suits Tom Sawyer.”
[24]
“Oh come now, you don’t mean to let on that you like it?”
[25] The brush continued to move.
[26] “Like it? [27]
Well, I don’t see why I oughtn’t to like it. [28] Does a boy get a chance to
whitewash a fence every day?”
[29] That put things
in a new light. [30] Ben stopped nibbling his apple.
[31] Tom swept his
brush daintily back and forth stepped back to note the effect – added a touch
here and there – criticized the effect, again [32] Ben watching every move and
getting more and more interested, more and more absorbed. [33] Presently he
said:
[34] “Say, Tom, let
me whitewash a little.”
[35] Tom considered,
[36] was about to consent, [37] but he altered his mind:
[38] “No—no—I reckon
it would hardly do, Ben. [39] You see, Aunt Polly’s awful particular about this
fence – right here on the street, you know but if it was back fence I wouldn’t
mind and she wouldn’t. [40] Yes, she’s awful particular about this fence. [41]
It’s got to be done very careful. [42] I reckon there ain’t one boy in a
thousand, maybe two thousand, that can do it the way it’s got to be done.”
[43] “No—is that so?
[44] Oh come now – [45] lemme just try [46] Only just a little – [47] I’d let
you, if it was me, Tom.”
[48] “Ben, I’d like
to, honest injun, [49] but Aunt Polly – [50] well, Jim wanted to do it, but she
wouldn’t let him, [51] Sid wanted to do it, but she wouldn’t let Sid. [52] Now
don’t you see how I’m fixed? [53] If you was to tackle this fence and anything
was to happen to it.
[54] “Oh shucks, I’ll
be just as careful. [55] Now lemme try. [56] Say – I’ll give you the core of my
apple.
[57] “Well, here –
[58] “No, Ben, now don’t. [59] I’m afeard –“
[60] “I’ll give you
all of it!”
[61] Tom gave up the
brush with reluctance in his face, but alacrity in his heart.
15) Berkaitan
dengan contoh di atas, dapat dijelaskan bahwa tokoh Tom harus mengelola situasi
sedemikian rupa di mana Ben akan mengatur tujuan untuk mengapuri pagar.
16) Untuk
membuka situasi interaktif, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
penerima teks melihat satu sama lain. Dalam arti, seperti contoh ‘Ben
menatap Tom sesaat’ sebelum pembicaraan antar kedua tokoh tersebut dimulai.
Adapun teks awal menggambarkan strategi umum:
Strategi 1 : Gunakan
pemantauan situasi untuk memulai wacana
Salah
satu contoh yang sangat umum adalah membuka dengan komentar mengenai cuaca.
Komentar tersebut rendah informativitas, karena sebagian besar orang dapat
melihat sendiri seperti apa cuacanya. Namun, setidaknya pendapat yang saling
bertentangan tidak mungkin terjadi. Sebuah pemantauan cuaca dapat ditingkatkan
dengan berasumsi bahwa kejadian yang lebih informative akan dipastikan, seperti
yang dicontohkan di bawah ini.
[140] Jack :
Charming day it has been, Miss Fairfax.
Gwendolyn : Pray
don’t talk to me about the weather, Mr. Worthing.
Whenever people talk to me about the
weather, I always feel certain that they mean something else. And that makes me
so nervous.
Jack : I do mean something else.
17) Teks
pemantauan tokoh Ben pada contoh sebelumnya sangat dimediasi oleh perihal
pekerjaan.
[139.2a] “Hi! You got to
whitewash that fence, don’t you?”
Pemantauan
yang dimediasi itu menjadi masalah ketika penerima tidak dapat berbagi
pandangan produsen teks. Berkaitan dengan hal tersebut, penerima teks dapat
melakukan strategi 2.
Strategi 2: Jika pemantauan
orang lain tidak sesuai dengan pendangan produsen teks, janganlah diterima.
Penerima teks dapat melakukan hal : (a) menolak mentah-mentah, dan (b)
mempertanyakannya, (c) mengabaikannya, atau (d) menggantinya dengan pemantauan
sendiri.
Pemilihan
salah satu pilihan (a) melalui (d) akan tergantung pada dominasi sosial di
antara penerima teks dan tingkat eskalasi teks yang dibutuhkan. Seorang
penerima teks sangat dominan tidak akan khawatir mengenai kemungkinan eskalasi
yang cenderung menggunakan penolakan langsung (a) :
[141] “Being
so many different sizes in a day a very confusing.”
“It
isn’t,” said the Caterpillar. (Carroll, 1960:68)
Adanya
ucapan penolakan langsung yang paling umum, antara lain:
[142] Nonsense!
[143} You’re way off!
[144] Are you out of your mind?
Dalam
jenis kelompok yang lain, penolakan tidak langsung biasanya dilakukan dengan
opsi pertanyaan, seperti:
[145] Are you sure?
[146] What makes you think
so?
[147] Couldn’t we see that
another way?
18) Dalam contoh Tom dan Ben yang ada, karena
tujuan Tom membutuhkan kerjasama dengan Ben, maka ia tidak cocok dengan pilihan
penolakan (a) strategi 2 ke dalam rencananya. Sebaliknya, ia memilih tiga
lainnya, yakni menolak pemantauan, menanyakannya, dan akhirnya menggantikannya.
Adapun opsi “mengabaikan” sangat cocok untuk tahap pembukaan percakapan, karena
salah satu tokoh dapat selalu mengklaim untuk tidak diperhatikan oleh peserta
lain. Terdapat strategi 3 yang dapat
digunakan untuk memutuskan kapan seharusnya melakukan upgrade.
Strategi 3 : Untuk mendorong
eskalasi teks, meng-upgrade objek atau peristiwa yang diminta untuk dilakukan.
19)
Dalam contoh, Ben menyadari bahwa
pemantauannya tidak diakui. “He ranges up
alongside of Tom” dibuat untuk memperhatikan kemungkinan yang akan terjadi
dalam teks.
Strategi 4 : Jika pemantauan
penerima teks tidak diterima, gantilah dengan versi yang kurang dimediasi.
Strategi
ini didasarkan pada asumsi bahwa penerima teks cenderung setuju bila teks
mengikuti bukti yang tersedia. Dalam contoh yang ada, Ben mengulangi sapaannya
dan kemudian menggantikan pemantauannya dengan versi yang kurang dimediasi.
20) Di saat percakapan antara Tom dan Ben
berlangsung, Ben memantau situasinya dan rencananya sendiri. Dalam hal seperti
ini, tokoh Ben menerapkan strategi 5.
Strategi 5 : Perhitungkan
keinginan dan tujuan penerima teks kepada penerima teks yang lain, kecuali ada
bukti yang lain.
Dalam
contoh, karena merasa aman dengan pendapatnya, ironisnya Ben menunjukkan Tom
suatu pandangan yang dianggap sangat tidak mungkin. Ben menjawab pertanyaannya
sendiri Wouldn’t you? Course you would!” untuk
memperkuat kemustahilannya. Pada pola ini, Tom bergeser ke opsi pertanyaan (b)
strategi 2 dan memberlakukan dalam kombinasi strategi yang lain.
Strategi 6 : Ketika
pemantauan penerima teks gagal untuk dicocokkan, negosiasikan konsep topik yang
terlibat.
Dalam
hal ini, konsep topik yang akan dinegosiasikan adalah ‘bekerja’ sebagai
deskripsi yang diusulkan pada aktivitas Tom saat itu. Tom tidak bisa menolak
konsep ini seketika (strategi 2 (a) karena ia akan mengorbankan
kepercayaannya).
Strategi 7 : Jika pemantauan
yang mengarahkan rencana tidak dipercaya, jangan diajukan, tetapi jangan pula
memberi komitmen pada diri penerima teks.
Pemantauan
tidak dapat dibantah asalkan belum ditegaskan. Ternyata, penerima teks lebih
mudah dibujuk oleh konten di mana mereka harus simpulkan. Dalam contoh, Tom
telah melanjutkan pengapurannya, seolah-olah ia tidak tahan untuk dihilangkan
sejenak.
21) Dalam contoh, tokoh Ben menerapkan opsi
“menanyakan” (b) strategi 2 karena gagasan bahwa Tom ‘menyukai’ pekerjaan yang
tidak sesuai dengan strategi 5 serta dengan pengetahuan umum tentang disposisi
Tom yang bermalas-malasan.
Strategi 8 : Jika pemantauan
penerima teks tidak dipercaya, jangan diajukan secara langsung, tetapi minta
pendapat penerima teks yang lain mengapa hal tersebut tidak logis.
Dalam
contoh yang ada, Tom menyatakan sendiri ketidakmampuannya dalam menemukan
alasan mengapa ‘bukankah seharusnya menyukai itu’, lalu ia melakukan upgrade.
Pilihan upgrade menyarankan bahwa tugas Tom merupakan suatu kesenangan daripada
sebuah tugas.
22) Dalam
contoh, pemantauan Tom berbeda dengan Ben. Tom berhasil menempatkan situasi
seakan tidak melakukan apa-apa. Hasilnya adalah di mana kedua peserta ingin Ben
melakukan pengapuran tersebut.
23) Dalam contoh, Ben lebih dulu mengajukan
tujuan barunya dengan meminta suatu benda.
Strategi 9 : Jika tokoh
menginginkan objek atau bantuan dari orang-orang, tolak permintaan apapun,
permohonan tema dan penginformasian alasan sampai eskalasi teks tercapai.
Strategi
ini harus diterapkan dengan hati-hati untuk mencegah dua hasil yang tidak
diinginkan, yakni (a) orang-orang mungkin meninggalkan tujuan mereka sekaligus,
atau (b) eskalasi teks dapat melewati tahap tawar-menawar ke dalam bentuk
kekerasan yang ekstrem. Dalam contoh [137] Bill mempertahankan sepedanya begitu
lama sehingga ia hampir terluka dan kehilangan hal itu.
Strategi 10 : Cegahlah
tujuan atau eskalasi ekstrem yang terlambat dengan menunjukkan keraguan dalam
penolakan.
Dalam
contoh, Tom menunjukkan keraguannya oleh gerakan tubuh atau ekspresi wajah dan
dengan ucapan-ucapan.
24) Dalam contoh, untuk memotivasi penolakan
awalnya dari permintaan Ben, Tom meminta tema dan menginformasikan alasan.
Alasan pertamanya adalah keprihatinan yang kuat dari Bibi Polly terhadap
mengecat pagar sepanjang jalan di depan rumahnya.
Strategi 11 : Untuk
meng-upgrade peranan penerima teks dan mengarahkan eskalasi untuk mencapai
kesepakatan, mintalah informasi atau pendapat dari orang yang tidak hadir dan
tidak bertentangan dengan penerima teks.
Pandangan
yang diakui Bibi Polly mendukung tema tentang keterampilan dan kesenian yang
dibutuhkan Tom dalam mengapuri pagar.
25)
Melalui pengembangan teks yang luas
dari tema yang upgrading, Ben menunjukkan sikap skeptis yang ditampilkannya
sesaat. Hal ini mendorong strategi 12 untuk dilakukan.
Strategi 12 : Untuk
mendorong kerjasama, turunkan pengeluaran waktu dan sumber daya terkait tujuan
teks.
Dalam
[137] John mungkin membujuk Bill untuk melepaskan sepeda selama beberapa menit.
26) Dalam aksi wacana tokoh Ben [139] mungkin
keduanya memohon tema (bahwa Ben dan Tom adalah teman lama) dan
menginformasikan alasan (Tom harus murah hati seperti orang lain yang akan
berada di situasi yang sama).
27) Di dalam contoh, semua tindakan wacana Tom
dirancang untuk mendorong Ben menjadi objek tawar-menawar dengan apel. Tokoh
Ben tetap melakukan kebodohan selama satu menit, yakni dengan memperbaharui
permintannya dengan berjanji ‘untuk hati-hati’ dengan Tom. Akhirnya,
tawar-menawar apel pun terjadi, meskipun apel di dalam teks sendiri dimengerti
penerima teks bukan tujuan Tom.
C. Penutup
Di dalam makalah ini, pembahasan mengenai
informativitas dan situasionalitas dikhususkan untuk menggambarkan beberapa
cara yang signifikan di mana teks yang berkorelasi dengan tindakan wacana dapat
diterapkan pada situasi terkait.
Istilah informativitas digunakan untuk
menunjukkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemunculan dari suatu teks
yang diharapkan atau diharapkan, diketahui atau tidak diketahui oleh penerima
teks. Adapun di dalam informativitas mencakup beberapa hal berikut, antara
lain: 1) Bisa saja suatu teks hanya merupakan suatu informasi saja, 2) ‘Konten
teks’ muncul karena adanya koherensi yang dominan. Namun, ‘sistem bahasa’,
seperti fonem, morfem, morfologi, dianggap sebagai pelengkap atau pendukung,
sehingga tidak menjadi fokus perhatian langsung bagi penerima teks, 3)
Informativitas menjadi standar teks yang tekstual, dan 4) Informativitas
mencakup tingkatan apakah suatu peristiwa teks yang diharapkan atau tidak
diharapkan; dikenal atau tidak dikenal oleh penerima teks. Adapun istilah
situasional adalah sebutan umum untuk faktor-faktor yang menjadikan sebuah teks
relevan dengan situasi saat ini atau dapat diperoleh kembali dari kejadian.
Selain itu, situasionalitas juga mencakup perihal exophora dan anaphora.
Berkaitan dengan informativitas dan
situasionalitas di dalam suatu teks, terdapat syarat-syarat teks yang
dikategorikan sebagai teks yang informativitas dan situasionalitas, yang dapat
diintisarikan antara lain: 1) Teks tersebut harus mengandung pengetahuan yang
khas bagi penerima teks, 2) Teks tersebut mudah dikenal, 3) Teks tersebut
sesuai dengan konteks, 4) Teks tersebut tentu harus mudah dipahami oleh
penerima teks, dan 5) Teks tersebut tidak boleh mengandung unsur ambiguitas.
Jadi, berdasarkan pembahasan
mengenai informativitas dan situasionalitas dapat dipahami bahwa informativitas
dan situasionalitas berfungsi untuk menghubungkan teks yang ada dengan tindakan
wacana yang dilakukan oleh “peserta” (tokoh di dalam cerita atau pembicara)
agar memperoleh kesamaan gagasan dengan penerima teks (tulis dan lisan). Adapun
menghubungkan teks dapat dilakukan dengan berbagai cara yang signifikan, yakni
strategi-strategi yang ada di dalam prinsip informativitas dan situasionalitas.
Daftar Pustaka
Beaugrande,
Robert-Alain de. Introduction to Text
Linguistics. New York: Longman.
1981.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar