Oleh:
Agus Sulaeman (7317150063), Bejo Sutrisno (7317150069),
dan Momon Adriwinata (7317150267)
ABSTRAK
Makalah
ini membahas etnografi komunikasi yang diawali dengan
ancangan terhadap wacana berdasarkan pada antropologi dan linguistik. Definisi
etnografi komunikasi sebagai suatu cara
penyelidikan tertentu yang berasal dari observasi Hymnes tentang teoritis dan
metodologis, kesulitan-kesulitan pada dua bidang yang berbeda: antropolgi dan
linguistik. Etnografi komunikasi membentuk suatu kerangka kerja yang terpadu. Komunikasi mempunyai
suatu peranan penting dalam studi-studi antropologis dan linguistik.
Etnografi suatu ancangan terhadap wacana
yang mengaji tentang kompetensi komunikatif. Ini dilakukan dengan menemukan dan
menganalisis pola-pola dan fungsi-fungsi tentang berkomunikasi yang
mengorganisir fungsi bahasa dalam perilaku kehidupan sosial. Bagian ini
merupakan ancangan etnografis terhadap analisis tentang satu tindak tutur
tertentu di dalam dua variasi peristiwa tutur.
A.PENDAHULUAN
Etnografi
komunikasi adalah ancangan terhadap wacana yang berdasarkan pada antropolgi dan
linguistik . Ancangan ini adalah
meliputi semua yang dipertimbangkan. Ancangan ini tidak hanya berfokus pada
seperangkat perilaku komunikatif jika dibandingkan dengan ancangan lainnya,
namun ancangan ini dibangun mulai teori hingga metodologinya bersifat terbuka
untuk menemukan varietas bentuk dan fungsi yang ada dalam komunikasi, varietas
bentuk dan fungsi seperti itu adalah bagian dari kehidupan yang berbeda sebagai
tambahan, etnografi komunikasi bukan merupakan suatu ancangan yang hanya dapat memisahkan hasil-hasil dari
linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi,seperti yang ada serta berusaha
untuk mengorelasikannya.
Etnografi
komunikasi merupakan suatu ancangan yang berusaha untuk membuka
kemungkinan-kemungkinan analitis yang baru dan mengajukan teori-teori yang
baru. Etnografi komunikasi berusaha untuk melakukan hal tersebut dengan
menganalisis pola-pola komunikasi sebagai bagian dari pengetahuan cultural dan
perilaku: pendapat ini berimplikasi pada pengkuan terhadap adanya keragaman
komunikasi dan praktik komunikasi, serta fakta adanya keragaman praktik
komunikasi itu merupakan bagian yang terpadu tentang apa yang kita ketahui dan
kita lakukan sebagai anggota dari suatu kultur khusus. Pandangan holistic
tentang kepercayaan-kepercayaan dan tindakan-tindakan manusia.
Kajian hubungan bahasa dengan budaya
merupakan titik awal dicetuskannya metode etnografi dalam metode analisis
wacana. Para pakar budaya tidak membantah bahwa bahasa itu berada dalam konteks
budaya dan tetap terbuka kemungkinan mengenai penjelasan hubungannya dengan
budaya, apakah bahasa berfungsi sebagai ungkapan budaya atau apakah bahasa bisa
ditentukan oleh sifat-sifat nonlinguistik. Metode etnografi mencoba memberi
penjelasan secara lengkap tentang makna dan prilaku yang tertanam dalam sebuah
struktur nilai, tindakan, dan norma yang luas.
Adapun
tujuan metode etnografi dalam analisis wacana adalah menginterpretasikan teks
berdasarkan latar belakang struktur budaya atau menggunakan teks sebagai alat
untuk mengkonstruksi budaya masyarakat. Oleh Hymes (1995 : 20) dikatakan bahwa dalam menggunakan metode
etnografi kita harus tahu pola-pola apa yang ada dalam konteks apa dan
bagaimana, di mana, dan kapan pola-pola itu muncul (dalam Titscher[1],
dkk. 2009 : 151).
Penekanan pada metode etnografi adalah
pada pengumpulan data. Pengumpulan data yang penting adalah dengan metode
observasi partisipan. Dalam analisis data dengan metode etnografi ini tak bisa
terpisah dengan metode pengumpulan datanya. Dalam analisis teks, cara kerja
metode etnografi ini dengan cara mengajukan pertanyaan mengenai teks yang
dianalisis. Oleh Cicourel teknik ini disebut analisis wawancara psikiatris
(dalam Titscher, dkk. 2009 : 152).
Selain itu, dengan metode etnografi, konteks merupakan hal yang sangat penting
karena konteks di sisni tidak hanya konteks linguistik tetapi juga konteks
nonlinguistik yang bersifat situasional (Malinowski,
1966 : 22, dalam Titscher, dkk. 2009
: 153).
B.
PEMBAHASAN
1.
Definisi Etnografi Komunikasi
Meskipun
etnografi komunikasi dikembangkan oleh Hymes dalam suatu makalah berseri yang
ditulis pada tahun 1960-an dan 1970-an (banyak yang dikoleksi dalam karyanya
tahun 1974 Foundation in Sociolinguistik:
An Etnographic approach), akar dari ancangan ini berorientasi pada gerakan
Edward Sapir (1933) yaitu meninggalkan
studi tentang bentuk dan isi sosiokultural sebagai produk “produk” kearah studi
bentuk dan isi sosiokultural sebagai “proses” (Hymnes 1974:20). Begitu juga
perhatian linguistik aliran praha pada penetrasi atau masuknya struktur bahasa
oleh fungsi sangatlah penting. Dorongan yang lebih kontemporer untuk etnografi
komunikasi sebagai suatu cara
penyelidikan tertentu yang berasal dari observasi Hymnes tentang teoritis dan
metodologis: kesulitan-kesulitan pada dua bidang yang berbeda: antropolgi dan linguistik.
Setelah penjelasan tentang bagaimana
asumsi sentral dan konstruk etnografi komunikasi yang berasal dari kedua bidang ini.
1.1 “Komunikasi” dalam Antropolgi dan Linguistik
Etnografi komunikasi membentuk suatu
kerangka kerja yang terpadu di mana komunikasi
mempunyai suatu peranan penting dalam studi-studi antropologis dan lingistik.
Linguistik dan antropologi adalah disiplin ilmu baik kata, problema, metode
maupun teori sering kali dianggap berbeda satu sama lain. Namun demikian, satu
bidang yang menjadi perhatian kedua disiplin ilmu tersebut itu adalah “komunikasi”.
Karena bahasa adalah makna yang terpenting di mana orang berkomunikasi atau
dengan yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari , memahami komunikasi adalah
tujuan yang penting bagi para ahli bahasa. Pemahaman tentang komunikasi. Juga
penting bagi para antropolog: cara kita berkomunikasi merupakan suatu bagian
dari repertoar cultural untuk membuat
makna (sense) dan berinteraksi dengan
duania.bagaimana juga, seperti yang diamati Hymnes, para antropolog sering
mengabaikan bahasa sebagai perilaku kultural dan/atau pengetahuan.mengabaikan
cara-cara bahwa bahasa adalah suatu sistem fungsi yang aturan-aturan dan
kaidah-kaidahnya sebagai bagian yang integral dari kultur seperti sistem
pengetahuan dan perilaku lainnya (yaitusistem kekeluargaan atau politik). Dengan demikian, status
komunikasi linguistik sebagai suatu sistem gramatika yang digunakan untuk
komunikasi dan merupakan bagian dari kultur dan suatu kerangka kerja untuk
menganalisisnya seperti itu sebelumnya telah dilupakan dalam karya-karya Hymnes secara mengejutkan.
1.2 Metodologi: Etik Grid dalam Etnografi
Suatu
tujuan penting adalah mempelajari apa yang diketahui oleh para anggota
Kultur tentang bagaimana “membut makna (sense)” di luar pengalaman dan bagaimana
mereka mengomunikasikan interpretasi-interpretasi tersebut. Untuk tujuan ini,
Hymes mengusulkan suatu metodologi di mana untuk menemukan “apa yang tergolong”
sebagai peristiwa komunikatif. Metodologi tersebut berdasarkan pada perbedan
antara emic dan etic. para ahli bahasa mengkaji sistem bunyi dari suatu bahasa yang
tidak terkenal berusaha untuk mendapatkan pola-pola fonemik(yaitu bunyi apa
yang “bermakna” dalam bahasa khusus) dengan bantuan klasifikasi fonetik ( yaitu bunyi apa yang secara fisik
memungkinkan) demikian juga, kita dapat memperoleh unit-unit komunikatif dengan
bantuan dari suatu sistem klasifikasi yang membagi-bagi secara teliti
komunikasi ke dalam komponen-komponen yang mungkin secara potensial terbentuk.
Selanjutnya, kita juga dapat memperoleh pola-pola komunikatif (yaitu
inventarisasi tentang peristiwa yang membedakannya secara sistematis ) yang
dibentuk dari keterkaitan di antara komponen-komponen tersebut.
Klasifikasi
kisi-kisi yang diajukan Hymnes (1972)
diketahui sebagai grid speaking : masing-masing huruf merupakan sebuah
singkatan untuk sebuah komponen komunikasi yang mungkin berbeda
S setting (latar) keadaan fisik
scene (suasana) definisi subjektif dari
suatu peristiwa
P participant (peserta) pembicara
/pengirim/yang dituju
mitra tutur/penerima /audien
yang dikirim
E ends (tujuan) tujuan-tujuan
dan sasaran-sasaran
hasil-hasil
A act sequence (urutan tindakan) bentuk pesan dan isi
K key
(kunci) nada,cara
I instrumentalitis (sarana) saluran (verbal,non
verbal, fisik )
bentuk-bentuk tuturan yang diambil dari
repertoar masyarakat
N norms of interaction and interpretation
(norma interaksi dan interpretasi)
Kesopanan
tertentu yang digunakan
dalam berbicara
interpretasi
tentang norma-norma di dalam sistem kepercayaan kultural
G genre (jenis) kategori-kategori
tekstual.
Grid SPEAKING
dapat digunakan untuk menemukan suatu tasonomi local (yaitu relative secara
kultural) tentang “unit-unit” komunikaitif yang “dalam cara yang dapat
diketahui terikat atau terpadu” (Hymes 1972b:56). Unit seperti itu yang
terbesar adalah situasi tutur. Meskipun
situasi-situasi tutur bisa memberikan setting
di mana tuturan terjadi, situasi-situasi itu sendiri tidak diatur oleh
seperangkat aturan-aturan tunggal. Unit berikutnya adalah peristiwa tutur: “
aktivitas-aktivitas, atau aspek-aspek dari aktivitas-aktivitas, yang secara
langsung diatur oleh norma-norma tindak tutur” (Hymes 1972b:56)
1.3 Rangkuman: Penggabungan dari Perbedaan
Etnografi
komunikasi dimasukan dalam paradigma fungsionalis: tepatnya, sajian berikut merupakan premis dasar ancangan etnografi
komunikasi yang didasarkan pada
paradigma berikut.
1. Struktur
tutur (tindakan, peristiwa) sebagai cara berbicara.
2. Analisis
tentang prioritas fungsi mengenai analsis kode: organisasi tentang fungsi
gambaran-gambaran, dan hubungan-hubungan tambahan yang membuka; menunjukan kode
dan menggunakan hubungan integral (dialektika)
3. Tangga
nada (gamut) stilistik ( berhubngan dengan gaya bahasa) atau fungsi-fungsi
social.
4. Unsur-unsur
dan struktur-struktur sebagai kewajaran etnografis.
5. Pembedaan-pembedaan
fungsional (adaptif) tentang bahasa, keragaman, gaya-gaya bahasa; ini secara
eksistensialis (sebenarnya) tidak perlu ekuivalen.
6. Masyarakat
tutur sebagai matriks tentang repertoire kode, atau gaya-gaya tutur (diversitas
organisasi).
7. Konsep-konsep
fundamental yang diambil sebagai problematis dan diinvestigasi.
Seperti yang telah disebutkan pada
ciri-ciri tersebut, etnografi komunikasi berat untuk memperkirakan seperangkat
fungsi-fungsi Bahasa yang tertutup yang menerapkan secara sama pada semua Bahasa dan semua
masyarakat. Ini merupakan
kategori-kategori penggunaan Bahasa, misalnya, tindakan-tindakan,
peristiwa-peristiwa, bukan struktur Bahasa, yang mempunyai prioritas teoritis:
fungsi Bahasa itu sendiri dipolakan dan disusun (1) dan regularitas-regularitas
ini adalah penting bagi penemuan seseorang tentang property-properti mengenai
kode linguistic (2). Seperti dibahas di atas, apa yang dapat diasumsikan
sebagai perbedaan: struktur-struktur dan fungsi-fungsi adalah relative
adaptasi-adaptasi terhadap sistem-sistem kultural yang berbeda; suatu
masyarakat tutur tunggal itu sendiri adalah suatu “diversitas organisasi” (6).
(Hakikat tetang perbedaan seperti itu, sudah barang tentu, perlu ditemukan
secara empiris sebelum generalisasi dapat diajukan). Meskipun konsep-konsep
yang kelihatannya paling fundamental – adalah “problematis” dan memerlukan
investigasi (7).
2.
Analisis Sampel : Pertanyaan Sebagai
Tindak Tutur dalam Peristiwa Tutur
Etnografi adalah suatu ancangan terhadap wacana yang
mengkaji tentang kompetensi komunikatif. Ini dilakukan dengan menemukan dan
menganalisis pola-pola dan fungsi-fungsi tentang berkomunikasi yang
mengorganisir fungsi bahasa dalam perilaku kehidupan sosial. Bagian ini
merupakan ancangan etnografis terhadap analisis tentang satu tindak tutur
tertentu di dalam dua variasi peristiwa tutur.
Setelah secara singkat menggunakan grid SPEAKING untuk menggambarkan dua variasi
tentang peristiwa tutur “wawancara”, dijelasan beberapa cara di mana
pertanyaan-pertanyaan ditempatkan di dalam periwtiwa tutur ini dan dikaitkan
dengan property-properti komunikatif: pertanyaan-pertanyaan selama wawancara di
perpusakaan; pertanyaan-pertanyaan selama wawancara-wawancara penelitian sosiolinguistik.
Analisis berjalan dengan baik di luar diskusi tentang bentu, makna, dan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan itu sendiri.
2.1
Wawancara sebagai Peristiwa Tutur
Wawancara
adalah suatu peristiwa tutur yang mana
banyak orang di masyarakat Amerika telah menjadikannya budaya dalam
keluarga. Wawancara telah menjadi suatu kekuatan yang sangat kuat dimasyarakat
modern. Hamper dimulai sejak lahir, kita dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh para pendidik, psikolog, praktisi-praktisi medis, dan para
majikan, dan kita mendengarkan wawancara-wawancara parlente di radio dan
televise (Briggs 1986:1). Meskipun semua wawancara bisa berbagai dengan sangat
baik beberapa inti yang umum –yang memungkinkan semua menjadi paham karena
varian-varian yang berbeda dari peristiwa tutur yang sama wawancara-wawancara
yang berperan suatu fungsi penjagaan itu. Sebagai contoh, apakah situasi tutur
yang tidak simetris selama seseorang yang memiliki sebuah lembaga social berusaha untuk memperoleh
informasi tentang kehidupan, kepercayaan, dan praktik-praktik orang-orang di
luar institusi agar dapat memberikan jaminan tentang pengakuan dari suatu hak
istimewa kelembagaan. Pada wawancara-wawancara lainnya (misalnya wawancara
survey penelitian, jajak pendapat), seorang perwakilan lembaga masih mencari
informasi dari dan tentang orang-orang luar, namun informasi tersebut akan
diambil kembali ke para anggota dari lembaga-lembaga tersebut, dengan tanpa
pengaruh atau akibat langsung pada kehidupan bagi mereka yang telah memberikan
informasi. Wawancara-wawancara yang disiarkan di radio atau audiens televisi
mempunyai fungsi-fungsi tambahan, yang menciptakan hambatn-hambatan yang sama
sekali berbeda mengenai apa yang dikatakan, misalnya mengadakan pembicara tamu
kepada para audiens tentang hal-hal yang ingin diketahui oleh para audiens.
Disamping, perbedaan-perbedan seperti itu, pertanyaan-pertanyaan adalah penting
sekali bagi fungsi perolehan informasi dari semua wawancara.
2.2
Wawancara Referensi
Perpustakaan–perpustakaan
umum di Amerika mempunyai departemen khusus dalam materi referensi. Informasi
yang relative teknis, atau informasi yang menarik minat bagi seorang mitra
tutur tertentu, yang disimpan dalam format-format misalnya ensiklopedia, buku-buku pedoman,
jurnal-jurnal khusus, arsip-arsip, disket-disket computer. Tidak selalu
tersedia di luar tempat perpustakaan. Akses publik terhadap bahan-bahan seperti
itu sering kali dikontrol oleh seoran pustakawan yang mendapatkan diklat
khusus, yang ditugaskan di sebuah meja khusus.
Wawancara
referensi adalah lebih pendek dan berfokus pada dua jenis wawancara yang
ditentukan di sini. Tingkatan ACT
(TINDAKAN), KEY (KUNCI), dan GENRES (JENIS) semuanya adalah
relatif sempit. Akan tetapi L dan P
mengarahkan pembicaraan mereka kearah pemecahaan masalah-masalah yang dibawakan
ke meja oleh P; tujuan akhir (ENDS)
dari masing-masing partisipan sama-sama diketahui. Meskipun lebih banyak
tujuan-tujuan tertentu berdasarkan pada banyaknya informasi tentang apakah
kebutuhan-kebutuhan informasional dari sumber-sumber perpustakaan secara
kontemporer atau sementara menyimpang dari tujuan utama selama berlangsungnya
wawancara, tujuan-tujuan khusus ini adalah semuanya di bawah tujuan-tujuan
utama.
2.2.1
Membuka
Wawancara
Bagian-bagian
pembukaan dari wawancara referensi adalah serupa dengan pembukaan dalam menghadapi pelayanan. Setelah P (sama
dengan pelanggan) membuat L menyadari akan kehadirannya (yaitu menggunakan
kontak pandang) di meja referensi (tempat pelayanan), pertemuan dapat dibuka
secara verbal: L dapat mengajukan sebuah pertanyaan yang membuka suatu
pertanyaan. Kita akan mengetahui bahwa fungsi dari memulai pertanyaan jelas
membentuk peran-peran yang terinstitusionalisasikan dari L dan P.
(1) menggambarkan penawaran L memulai dan respons-respons P untuk penawaran
tersebut.
(1) Pustakawan
menayakan inisial pertanyaan
(A) L :(a) may I help you? Anda memerlukan bantuan?
P :
(b) sure’ ya ,memang’.
(c) Um
if don’t find an indication in the card catalog of which branch the
book is to be found ‘Um jika saya tidak menemukan suatu
petunjuk
dalam kartu catalog di mana cabang
ilmu dari buku tersebut harus
ditemukan.
L :
(d) uh huh
P: (e)
= what do I do next. Apa yang
harus saya lakukan selanutnya ?
(B) L:
(a) May I help you ? bolehkah saya
membantu anda ?
P:
(b) yes
(c) I’m
looking for …. Fanny Mae, and Fanny
Mac? Saya sedang mencari
Fanny Mae, dan Fanny Mac?
(d) And Freddie Mac, regulations, (federal)
banks. Dan Freddie Mac,
Peraturan-peraturan, Bank (Federal).
L :
(e) Okay ‘Baiklah’
(C) L:
(a) can I help you ? Dapatkah saya membantu anda?
P:
(b) Yeh,maybe ‘yah , mungkin’
(c)
I’m uh-Ivebeen working up in New York
city in theater doing acting and
stage managing and one thing and another.
Saya , uh, telah bekerja di New York City
dalam teater melaksanakan
‘akting ‘ dan pengelolaan tentang satu
hal dan hal-hal lainnya.
(d) And
I’m looking to try and get over to public relation which is why I’m
down here. Saya telah berusaha untuk mencari dan
mendapatkan
tentang hubungan kemasyarakatan oleh sebab
itu saya kemari.
L: (e) Okey. (Baiklah).
Setiap wawancara referensi dalam (1)
secara verbal; terbuka oleh sebuat tuturan (May/can
I help you? [Bolehkan saya membantu Anda?] yang secara konvensional telah
banyak dipahami sebagai suatu penawaran. Namun perhatikan bahwa tuturan
pembukaan seolah-olah juga seperti pertanyaan-pertanyaan, keduanya secara
sintaktis (pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah kalimat Tanya) dan dalam hal
intonasi (kalimat-kalimat tersebut mempunyai intonasi naik).
2.2.2 Pertanyaan Bagaimana Diisukan, Diklarifikasi,
dan Diyakinkan
Formulasi dan pemenuhan suatu
pertanyaan adalah ENDS (tujuan) dari
wawancara referensi :pertanyaan P
mencari informasi dan ini tergantung pada L untuk membantu P mendapatkan
informasi tersebut pertanyaan tersebut dengan demikian mempunyai suatu peran
yang sangat penting dalam mengorganisasi Norms (norma) di mana ACT SEQUENCE (urutan tindakan) dilakukan.
Bahwa meskipun pertanyaan tidak memulai dengan pertemuan, pertanyaan di
mana permulaan dari suatu wawancara
terarahkan. Kita melihat pada bagian ini bahwa pertanyaan-pertanyaan dari L dan
P berjalan kearah klarifikasi lokal dari pertanyaan (dengan dasar secara
bergiliran) dan resolusi global mengenal pertanyaan ( pada level dari seluruh
peristiwa tutur): L dan P menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk disampaikan,
diklarifikasi, dan berusaha untuk memecahkan pertanyaan tersebut. Bentuk-bentuk lain dapat digunakan untuk
beberapa ENDS (tujuan akhir) yang
sama.
Dimulai
dengan sebuat contoh yang digunakan P untuk meminta suatu item tertentu yang
kemudian diberikan oleh L.
(3) P: (a)
I would like the um Mansfield Chart Sick chart.
L: (b) [gives it to P]
Pernyataan pada (a) adalah sebuat
pertanyaan meskipun tidak menggunakan sebuah bentuk pertanyaan utuk meminta
informasi. Karena P mengetahui secara khusus apa yang dia inginkan dan di mana
dia dapat memperolehnya (di meja L), dia dapat menggunakan sebuat bentuk
permintaan yang bagus; untuk mencari item tersebut dari L. karena L dapat
memberikan item yang diminta oleh P maka tidak ada permintaan untuk klarifikasi
dari pertanyaan tersebut dan pertanyaan tersebut telah terpenuhi.
Pada
percakapan (4) di bawah ini, P juga mengetahui apa yang dia inginkan tetapi
kurang begitu mengetahui baik tentang lokasi ataupun aturan-aturan tentang
penggunaanya. P menjelaskan pertanyaanya sebagai suatu pertanyaan (can you tell
me) yang menanyakan tentang kemampuan L untuk memenuhi pertanyaan terebut
(yaitu, pertanyaan-pertanyaan tentang suatu kondisi permintaan persiapan.
(4)
P: (a) Yes. can you tell me where
I might find a numismatic catalog and if it can be taken from the library for a
couple of days?
‘Ya. Dapatkan memberitahuku di mana saya bisa mendapatkan
sebuat katalog tentang mata uang dan jika dapat dipinjam untuk dibawa ke luar
perpustakaan selama beberapa hari?’
L: (b) Is numismatics coins? ‘Apakah tentang mata uang koin?
P: (c) Yeah. (ya)
L: (d) Yes there – we do have some
circulating books. ‘ya ada – kita memang mempunyai sebagian buku-buku yang
dapat di pinjamkan.’
(e) it
would be in the second floor. ‘Buku-buku itu ada di lanai dua’.
(f) And
the call number for the coin books is 737 ‘Dan nomor panggil ujtuk
buku-buku koin adalah 737’.
(g) There’s
a stairway to the left of the front door and there’s someone up there who can
help find …. (Ada tangga di sebelah kiri dari pintu depan dan ada seseorang
di atas sana yang dapat Anda mintai bantuan untukmendapatkan ….)
P: (h) Thank you. ‘Terima kasihh’.
L: (i) You’re welcome. ‘Kembali’.
Di
samping segera memberi P dengan informasi yang diperlukan, L mengecek makna
dari pengetahuan atau cara pengumpulan mata uang (numismatics) (b), segera
mengajukan suatu definisi tentang numismatics setelah pertanyaan tersebut.
Setelah P merasa pasti makna dari numismatics dengan yeah (b), L memberikan
bagian-bagian informasi yang diminta oleh P tersebut: lokasi (where I might
find …. (a) dan bagaimana mendapatkannya (d hingga g). dan kenyatan bahwa
sebagian adalah buku-buku yang dapat disirkulasikan (dipinjamkan) (d). meskipun
informasi ini tidak ditujukan pada item
tertentu yang sedang dicari (suatu katalog buku tentang mata uang (a)),
ini akan memberikan informasi P bagaimana dia bisa mendapatkan (a) item itu
dengan sendirinya. Dengan demikian L telah memenuhi pertanyaan P (d) hingga g),
namun demikian permintaan-permintaan (b) dan menerima (c) klarifikasi tentang
pertanyaan sebelum melakukan hal tersebut.
2.2.3
Rangkuman: Pertanyaan-pertanyaan dalam Wawancara Referensi
Kita
memulai pembahasan tentang wawancara referensi dengan menggunakan kisi-kisi SPEAKING Hymes untuk mendiskripsikan
komponen-komponen komunikatif yang
meliputi peristiwa tutur ini. Dengan cara mengambil kesimpulan, ita dapat
menghubungkan pertanyaan-pertanyaan di dalam wawancara-wawancara referensi pada
komponen-komponen komunikatif ini. Pertanyaan-pertanaan di dalam wawancara
referensi didistribusikan di antara para partisipan dengan cara-cara yang
menyataka peranan-peranan PARTICIPANT
(penutur dan mitra tutur) yang asimetris dan simetris. Kita mencatat suatu
dasar pemikiran asimetri seluruh wawancara. P meminta suatu layanan dan L
memberikan suatu layanan. Namun demikian, kita juga mencarat bahwa urut-urutan
klarifikasi yang membantu untuk merumuskan dan akhirnya memenuhi suatu
pertanyaan didistribusikan secara simetris. Pengalokasian tindakan-tindakan ini
bagi actor-aktor menggambarkan suatu usaha yang lebih kolaboratif daripada yang
mungkin dinyatakan denganistilah ‘wawancara’. Simetris ini dapat juga
mencerminkan kenyataan bahwa L dan P berbagi ENDS (tujuan) (dan keudanya mengetahui bahwa mereka melakukan hal
tertentu). Dan berbagi tujuan dapat membantu untuk memperhitungkan terhadap ACT SEQUENCE (urutan tindakan): suatu
seri pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban, saling menukar di antara para
partisipan, yang bekerja secara kumulatif kea rah pemenuhan tugas pokok dari
wawancara tersebut.
2.3 Pertanyaan-pertanyaan di dalam Wawancara Sosiolinguistik
Bagian
ini memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan dalam variasi wawancara lain:
wawancara-wawancara penelitian sosiolinguistik. Wawancara sosiolinguistik
mempunyai beberapa bentuk tipikal dari suatu wawancara. salah satu bentuk yag
penting adalah ENDS (tujuannya)
karena satu orang (seseorang ahli
sosiolinguistik, S) berusaha untuk memperoleh informasi khusus dari orang lain
(seseorang responden, R), struktur aktivitas dan harapan-harapan untuk
pemikiran perilaku mereka, setidakya secara parcial, di sekitar keinginannya
adalah untuk memecahkan suatu distribusi informasi asimetris atau tidak
simetri. ENDS (tujuan) ini serupa
dengan yang ada pada wawancara-wawancara lainnya. Dengan cara seperti ini
adalah penting karena seperti yang dinyatakan oleh Cameron et al. (1992:13): “ interaksi antara
peneliti dan yang diteliti tidak menghasilkan beberapa bentuk komunikasi yang
menyimpang yang aneh pada situasi penelitian dan salah arah ketika sampai pada
sifat ‘realitas’. Namun interaksi seperti itu komunikasi normal dalam salah
satu bentuknya”. Dengan deikian, untuk menjelaskan kembali poin tersebut dari
atas dalam hal-hal Cameron et al., kita dapat mengatakan bahwa
“wawancara-wawancara” adalah salah satu bentuk komunikasi ‘normal’ di mana
wawancara-wawancara spsiolinguistik adalah sama. Bisa kita amati bahwa apa yang
memengaruhi bentuk dan fungsi dari pertanyaan-pertanyaan dalam
wawancara-wawancara sosiolinguitik adalah komponen-komponen komunikatif
berikut: PARTICIPANTS, ENDS, ACT SEQUENCE,
dan GENRE.
2.3.1 Pertanyaan-Pertanyaan Pencarian-Informasi
Mayoritas
dari pertanyaan-pertanyaan tentang pencarian informasi yang membingungkan
ditanyakan oleh S. S secara tipikal menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk
mencari informasi baik tentang topic-topik umum (“What kind of games did you play as a kid?”) [‘Pertmainan jenis apa
yang kamu mainkan ketika masih anak-anak?] atau informasi khusus (misalnya “How did you play Jacks?”) [‘Bagaimana
kamu memainkan Jack?’] informasi yang dikeluarkan oleh suatu pertanyaan pencarianinformasi
bisa dihubungkan dengan wacana sebelumnya. Misalnya, S merespon den mendaftar
sejumlah permainan termasuk “Jack”. Dan kemudian S menanyakan bagaimana R
memainkan Jacks. Kedua pertanyaan S tersebut akan dianggap sebagai
pertanyaan-pertanyaan untuk mencari informasi – meskipun pertanyaan yang kedua
mengusahakan suatu topic yang terbuka dengan jawaban R pada pertanyaan yang
pertama.
Ketika
R menanyakan kepada R pertanyaan-pertanyaan untuk mencari informasi,
pertanyaan-pertanyaan tersebut sering kali mempunyai efek-efek yang tidak
diharapkan (yaitu aspek “hasil-hasil” dari ENDS.
Pertama, pertanyaan-pertanyaan pencarian informasi R dapat mengarahkan pada
saling tukar yang kelihatannya kurang mirip wawancara daripada
percakapan-percakapan.
Perhatikan,
pertama, bagaimana pertanyaan-pertanyaan R membantu mengubah interpretasi kita
tentang suatu kegiatan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat merupakan bagian dari saling tukar yang agak
kurang mirip wawancara-wawancara jika dibndingkan dengan percakapan-percakapan.
Dapat kita bandingkan percakapan (9) dan (10). (9) adalah sebuah segmen dari
salah satu wawancara-wawancara penulis di mana penulis mengajukan pertanyaan
pencarian informasi.
(9) S : (a)
Is the – are there ever block parties on this block? [Pernahkah Ada
pihak-pihak yang menghambat pada hambatan ini?]
R1: (b) No. [Tidak]
S :
(c) No? [Tidak]
R2: (d) Ump um.
S : (e) Did
you ever go to a block party any where? [Apakah Anda pernah pergi ke sebuat
pesta kelompok dimana?]
R3: (f) No
R1: (g) Years
ago, yeh. [tahun-tahun lalu]
S : Did
you ever go to one? [Apakah Anda pernah pergi ke suatu?
R2: (i) No.
[Tidak]
S : (j) They’re
supposed to be fun. I’ve never been to me. [Mereka telah mengira
bersenag-senang].
(9)
sangat tampak “wawancara” seperti sesuatu yang ekstrem sejak respons diberikan
oleh pertanyaan yang berupa pernyatan tunggal atau penolakan.
(10)
adalah wawancara berikutnya dengan
seseorang pembicara yang sama (R3, yang diidentifikasikan di sini sebagai R).
dan lagi perlu diketahui pertanyaan-peranyaan R, dicatat secara pasti beberapa
keistimewaan yang lebih banyak menunjukkan tipe percakapan daripada wawancara.
(10) R : (a) So probably my other ones will call me that. [jadi mungkin orang
lain menyebutku demikian].
(b) I think Grandmom’s nice [Saya kira nenek baik-baik saja]
S : (c) I think it’s nice too
[saya kira demikian]
R : (d) I like it. [Saya suka
itu]
S : (e) Yeh. I call my- [Yah
saya panggil …]
R : (f) Does your baby talk? [Apakah bayimu berbicara
S : (g) Uh, he doesn’t t –say my
name yet [Oh dia belum bisa panggil saya]
R : (h) Oh
S : (i) Um … he makes a lot of
noises! [Um .. dia berisik]
R : (j) Yeh
S : (k) And he has a very deep
voice for his age [Dan dia banyak berbicara untuk seumuran dia]
R: (l) Does he? [Betulkah?]
S (m) hh It’s really funny t’hear
him! [hh sangat lucu mendengarnya]
(n) Because he’s so little,
y’know, and his voice is deep, [karena dia masih kecil dan suaranya sangat
jelas]
(o) It sounds like it’s coming
from an older person. [sepertinya berasal dari orang yang lebih tua]
R : (p) Right [benar]
S (q) And huh:
R : (r) He’ll probably have a deep
voice. [Dia mungkin akan sudah memiliki suara yang jelas]
S : (s) Yeh I bet he will.
[saya yakin dia akan begitu]
...
(10)
adalah suatu bagian yang kurang mirip wawancara dan lebih mirip sebuat
percakapan. Dapat dilihat tidak hanya dengan mengamati pertanyaan-pertanyaan R
(f,l dll;)
2.3.2 Pertanyaan-pertanyaan untuk Mengecek
Informasi
Salah
satu tipe pertanyaan yang diajukan oleh keduanya S dan R adalah pertanyaan untuk mengecek informasi.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa mempunyai keberagaman bentuk:
kalimat-kalimat Tanya, pertanyaan-pertanyaan “tag” di mana “tag” adalah suatu
inversi subjek pelengkap dengan membalik polaritas (misalnya “ You can do it, can’t you) [Anda dapat
melakukannya bukan? Partikel seperti “tag” (yaitu seperti “see?”, y’know?”) pada akhir suatu peryataan deklaratif,
partikel-partikel denganintonasi naik (misalnya, “really?”, “oh?”, “right?”) intonasi naik pad suatu pernyataan
deklaratif atau bagian dari suatu pernyataan dengan intonasi akhir yang naik.
Sebagian besar karena makna yang berhubungan dengan intonasi akhir yang naik,
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek informasi memenuhi menghormat, persiapan,
dan kondisi-kondisi penting tentang pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek
informasi. Kualitas utama yang membedakan pengecekan informasi dengan pertanyaan-pertanyaan
mencari informasi adalah ruang lingkup dari apa yang sedang ditanyakan dan tipe
respon mencari: informasi yang dicari bukan
pemenuhan suatu pernyataan, tetapi penerimaan dari suatu penunjukan atau
pernyataan.
2.3.4 Ringkasan: Pertanyaan-pertanyaan dalam
Wawancara Sosiolinguistik
Pertanyaan
yang digunakan dalam wawancara
sosiolinguistik: pertanyaan-pertanyaan yang secara primer diajukan oleh S untuk
mencari informasi, pertanyaan-pertanyaan baik oleh S dana tau R untuk mengecek
informasi yang telah diberkan dan meminta klarifikasi. Walaupun pembagian dari
gaya-gaya ini secara umum merupakan pertanyaan yang mendukung norma-norma dari
struktur wawancara, para partisipan juga memanfaatkan harapan-harapan
konvensional ini sebagai cara untuk menambah hubungan antar peran mereka dan
definisi mereka terhadap situasi tersebut. Norma-norma yang menggariwbawahi
penggunaan pertanyaan-pertanyaan selama wawancara sosiolinguistik paling banyak
dipengaruhi oleh ENDS (TUJUAN AKHIR),
dan PARTICIPANTS (PARA PARTISIPAN)
dari peristiwa tutur. Tetapi juga perbedaan penting dalam hubungan di antara
pertanyaan-pertanyaan dan ACT SEQUENCE
(URUTAN TINDAKAN) secara keseluruhan dari awancara tersebut.
Wawancara-wawancara sumber dipusatkan pada akhir gabungan dari sebuat
pertanyaan tinggal (atau pertanyaan ganda).
C.
SIMPULAN
Telah
diketahui bahwa ancangan etnografi terhadap wawancara diperlukan untuk
menemukan dan menganalisis struktur-struktur dan fungsi-fungsi dari komunikasi
yang mengatur penggunaan Bahasa dalam situasi tutur, peristiwa tutur, dan
tindak tutur. Pengetahuan dari struktur dan fungsi merupakan bagian dari
keberhasilan suatu komunikasi: apa yang kita katakana dan kerjakan hanya
memiliki arti dalam suatu kerangka kerja dari pengetahuan kultural.
Walaupun
ancangan etnografi menyediakan analisis Bahasa, hal tersebut membuat Bahasa
menjadi satu bagia dari pola rumit peristiwa dan tindakan yang memberikan arti
pada kehidupan manusia. Analisis contoh tidak berpusat pada pertanyaan dan berbagai macam wawancara
namun pada tujuan, bentuk, partisipan dan tindakan lain yang dibentuk oleh
peristiwa tutur. Jadi, dapat dicatat bahwa pertanyaan itu sendiri memberikan
kontribusi peristiwa tutur “wawancara”. Maka, pembicaran selalu merupakan
bagian dari berbagai realita yang menghadirkan sesuatu yang sudah ada ataupun
membuat sesuatu yang baru (Duranti, 1988:225)
DAFTAR
PUSTAKA
Bakat,
Paul dan Sibonele Ellege.Key Term in Discourse Analysis, New York: Contuum,2011.
Beaugrande
Robert de dan Wolfgang Dreseler. Introduction
to Text Linguistik New York:
Longman Group Limited.1981.
Hymes,
D. Toward ethnographies of Comunication:
Americcan anthropologist. 1972.
Hymes.D.
Why Linguistics needs the sociologist.
In foundation in sociolinguistics.: an ethnographic approach. Philadelphia:
University of Pennsylvania.1974.
Jorgense,
Marianne dan loise J. Phillip. Discourse
Analysis as Theory and Method.London :SAGE Publications Ltd. 2002.
Schiffrin,
Deborah. Approaches to Discourse. Cambridge: Blackwell Publisher, 1994.
Titscher,
Stefan, dkk. 2009. Metode Analisis Teks
dan Wacana (penerjemah Gazali, dkk.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[1] Stefan Titscher, dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana (penerjemah Gazali, dkk.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar