Kamis, 14 Juli 2016

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

Oleh: Agus Sulaeman (7317150063), Bejo Sutrisno (7317150069),
 dan Momon Adriwinata (7317150267)

ABSTRAK
Makalah ini  membahas  etnografi komunikasi yang diawali dengan ancangan terhadap wacana berdasarkan pada antropologi dan linguistik. Definisi etnografi komunikasi   sebagai suatu cara penyelidikan tertentu yang berasal dari observasi Hymnes tentang teoritis dan metodologis, kesulitan-kesulitan pada dua bidang yang berbeda: antropolgi dan linguistik. Etnografi komunikasi membentuk suatu kerangka  kerja yang terpadu. Komunikasi mempunyai suatu peranan penting dalam studi-studi antropologis dan linguistik. Etnografi  suatu ancangan terhadap wacana yang mengaji tentang kompetensi komunikatif. Ini dilakukan dengan menemukan dan menganalisis pola-pola dan fungsi-fungsi tentang berkomunikasi yang mengorganisir fungsi bahasa dalam perilaku kehidupan sosial. Bagian ini merupakan ancangan etnografis terhadap analisis tentang satu tindak tutur tertentu di dalam dua variasi peristiwa tutur.

A.PENDAHULUAN
                Etnografi komunikasi adalah ancangan terhadap wacana yang berdasarkan pada antropolgi dan linguistik .  Ancangan ini adalah meliputi semua yang dipertimbangkan. Ancangan ini tidak hanya berfokus pada seperangkat perilaku komunikatif jika dibandingkan dengan ancangan lainnya, namun ancangan ini dibangun mulai teori hingga metodologinya bersifat terbuka untuk menemukan varietas bentuk dan fungsi yang ada dalam komunikasi, varietas bentuk dan fungsi seperti itu adalah bagian dari kehidupan yang berbeda sebagai tambahan, etnografi komunikasi bukan merupakan suatu ancangan  yang hanya dapat memisahkan hasil-hasil dari linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi,seperti yang ada serta berusaha untuk mengorelasikannya.
            Etnografi komunikasi merupakan suatu ancangan yang berusaha untuk membuka kemungkinan-kemungkinan analitis yang baru dan mengajukan teori-teori yang baru. Etnografi komunikasi berusaha untuk melakukan hal tersebut dengan menganalisis pola-pola komunikasi sebagai bagian dari pengetahuan cultural dan perilaku: pendapat ini berimplikasi pada pengkuan terhadap adanya keragaman komunikasi dan praktik komunikasi, serta fakta adanya keragaman praktik komunikasi itu merupakan bagian yang terpadu tentang apa yang kita ketahui dan kita lakukan sebagai anggota dari suatu kultur khusus. Pandangan holistic tentang kepercayaan-kepercayaan dan tindakan-tindakan manusia.       
Kajian hubungan bahasa dengan budaya merupakan titik awal dicetuskannya metode etnografi dalam metode analisis wacana. Para pakar budaya tidak membantah bahwa bahasa itu berada dalam konteks budaya dan tetap terbuka kemungkinan mengenai penjelasan hubungannya dengan budaya, apakah bahasa berfungsi sebagai ungkapan budaya atau apakah bahasa bisa ditentukan oleh sifat-sifat nonlinguistik. Metode etnografi mencoba memberi penjelasan secara lengkap tentang makna dan prilaku yang tertanam dalam sebuah struktur nilai, tindakan, dan norma yang luas.
Adapun tujuan metode etnografi dalam analisis wacana adalah menginterpretasikan teks berdasarkan latar belakang struktur budaya atau menggunakan teks sebagai alat untuk mengkonstruksi budaya masyarakat. Oleh Hymes (1995 : 20) dikatakan bahwa dalam menggunakan metode etnografi kita harus tahu pola-pola apa yang ada dalam konteks apa dan bagaimana, di mana, dan kapan pola-pola itu muncul (dalam Titscher[1], dkk. 2009 : 151).
Penekanan pada metode etnografi adalah pada pengumpulan data. Pengumpulan data yang penting adalah dengan metode observasi partisipan. Dalam analisis data dengan metode etnografi ini tak bisa terpisah dengan metode pengumpulan datanya. Dalam analisis teks, cara kerja metode etnografi ini dengan cara mengajukan pertanyaan mengenai teks yang dianalisis. Oleh Cicourel teknik ini disebut analisis wawancara psikiatris (dalam Titscher, dkk. 2009 : 152). Selain itu, dengan metode etnografi, konteks merupakan hal yang sangat penting karena konteks di sisni tidak hanya konteks linguistik tetapi juga konteks nonlinguistik yang bersifat situasional (Malinowski, 1966 : 22, dalam Titscher, dkk. 2009 : 153).

B. PEMBAHASAN
1. Definisi Etnografi Komunikasi
            Meskipun etnografi komunikasi dikembangkan oleh Hymes dalam suatu makalah berseri yang ditulis pada tahun 1960-an dan 1970-an (banyak yang dikoleksi dalam karyanya tahun 1974 Foundation in Sociolinguistik: An Etnographic approach), akar dari ancangan ini berorientasi pada gerakan Edward Sapir (1933)  yaitu meninggalkan studi tentang bentuk dan isi sosiokultural sebagai produk “produk” kearah studi bentuk dan isi sosiokultural sebagai “proses” (Hymnes 1974:20). Begitu juga perhatian linguistik aliran praha pada penetrasi atau masuknya struktur bahasa oleh fungsi sangatlah penting. Dorongan yang lebih kontemporer untuk etnografi komunikasi  sebagai suatu cara penyelidikan tertentu yang berasal dari observasi Hymnes tentang teoritis dan metodologis: kesulitan-kesulitan pada dua bidang yang berbeda: antropolgi dan linguistik. Setelah penjelasan  tentang bagaimana asumsi sentral dan konstruk etnografi komunikasi  yang berasal dari kedua bidang ini.

1.1   “Komunikasi” dalam Antropolgi dan Linguistik
Etnografi komunikasi membentuk suatu kerangka  kerja yang terpadu di mana komunikasi mempunyai suatu peranan penting dalam studi-studi antropologis dan lingistik. Linguistik dan antropologi adalah disiplin ilmu baik kata, problema, metode maupun teori sering kali dianggap berbeda satu sama lain. Namun demikian, satu bidang yang menjadi perhatian kedua disiplin ilmu tersebut itu adalah “komunikasi”. Karena bahasa adalah makna yang terpenting di mana orang berkomunikasi atau dengan yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari , memahami komunikasi adalah tujuan yang penting bagi para ahli bahasa. Pemahaman tentang komunikasi. Juga penting bagi para antropolog: cara kita berkomunikasi merupakan suatu bagian dari repertoar cultural untuk  membuat makna (sense) dan berinteraksi dengan duania.bagaimana juga, seperti yang diamati Hymnes, para antropolog sering mengabaikan bahasa sebagai perilaku kultural dan/atau pengetahuan.mengabaikan cara-cara bahwa bahasa adalah suatu sistem fungsi yang aturan-aturan dan kaidah-kaidahnya sebagai bagian yang integral dari kultur seperti sistem pengetahuan dan perilaku lainnya (yaitusistem kekeluargaan  atau politik). Dengan demikian, status komunikasi linguistik sebagai suatu sistem gramatika yang digunakan untuk komunikasi dan merupakan bagian dari kultur dan suatu kerangka kerja untuk menganalisisnya seperti itu sebelumnya telah dilupakan dalam karya-karya  Hymnes secara mengejutkan.         

1.2  Metodologi: Etik Grid dalam Etnografi
Suatu tujuan penting adalah mempelajari apa yang diketahui oleh para anggota Kultur  tentang bagaimana “membut makna (sense)” di luar pengalaman dan bagaimana mereka mengomunikasikan interpretasi-interpretasi tersebut. Untuk tujuan ini, Hymes mengusulkan suatu metodologi di mana untuk menemukan “apa yang tergolong” sebagai peristiwa komunikatif. Metodologi tersebut berdasarkan pada perbedan antara emic dan etic. para ahli bahasa mengkaji sistem bunyi dari suatu bahasa yang tidak terkenal berusaha untuk mendapatkan pola-pola fonemik(yaitu bunyi apa yang “bermakna” dalam bahasa khusus) dengan bantuan klasifikasi fonetik  ( yaitu bunyi apa yang secara fisik memungkinkan) demikian juga, kita dapat memperoleh unit-unit komunikatif dengan bantuan dari suatu sistem klasifikasi yang membagi-bagi secara teliti komunikasi ke dalam komponen-komponen yang mungkin secara potensial terbentuk. Selanjutnya, kita juga dapat memperoleh pola-pola komunikatif (yaitu inventarisasi tentang peristiwa yang membedakannya secara sistematis ) yang dibentuk dari keterkaitan di antara komponen-komponen tersebut.
            Klasifikasi kisi-kisi yang diajukan Hymnes (1972)  diketahui sebagai grid speaking : masing-masing huruf merupakan sebuah singkatan untuk sebuah komponen komunikasi yang mungkin berbeda
S         setting (latar)                                                 keadaan fisik
            scene (suasana)                                          definisi subjektif dari suatu peristiwa
P         participant (peserta)                                     pembicara /pengirim/yang dituju  
mitra tutur/penerima /audien    
yang dikirim
E         ends (tujuan)                                                            tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
hasil-hasil
A         act sequence (urutan tindakan)                bentuk pesan dan isi
K         key (kunci)                                                    nada,cara
I           instrumentalitis (sarana)                             saluran (verbal,non verbal, fisik )
bentuk-bentuk tuturan yang diambil dari
repertoar masyarakat
N         norms of interaction and interpretation (norma interaksi dan interpretasi)
                                                                                    Kesopanan tertentu yang digunakan
dalam berbicara
interpretasi tentang norma-norma di dalam sistem kepercayaan kultural
G         genre (jenis)                                                  kategori-kategori tekstual.

Grid SPEAKING dapat digunakan untuk menemukan suatu tasonomi local (yaitu relative secara kultural) tentang “unit-unit” komunikaitif yang “dalam cara yang dapat diketahui terikat atau terpadu” (Hymes 1972b:56). Unit seperti itu yang terbesar adalah situasi tutur.  Meskipun situasi-situasi tutur bisa memberikan setting di mana tuturan terjadi, situasi-situasi itu sendiri tidak diatur oleh seperangkat aturan-aturan tunggal. Unit berikutnya adalah peristiwa tutur: “ aktivitas-aktivitas, atau aspek-aspek dari aktivitas-aktivitas, yang secara langsung diatur oleh norma-norma tindak tutur” (Hymes 1972b:56)

1.3  Rangkuman: Penggabungan dari Perbedaan
Etnografi komunikasi dimasukan dalam paradigma fungsionalis: tepatnya, sajian berikut  merupakan premis dasar ancangan etnografi komunikasi yang didasarkan pada  paradigma berikut.
1.    Struktur tutur (tindakan, peristiwa) sebagai cara berbicara.
2.    Analisis tentang prioritas fungsi mengenai analsis kode: organisasi tentang fungsi gambaran-gambaran, dan hubungan-hubungan tambahan yang membuka; menunjukan kode dan menggunakan hubungan integral (dialektika)
3.    Tangga nada (gamut) stilistik ( berhubngan dengan gaya bahasa) atau fungsi-fungsi social.
4.    Unsur-unsur dan struktur-struktur sebagai kewajaran etnografis.
5.    Pembedaan-pembedaan fungsional (adaptif) tentang bahasa, keragaman, gaya-gaya bahasa; ini secara eksistensialis (sebenarnya) tidak perlu ekuivalen.
6.    Masyarakat tutur sebagai matriks tentang repertoire kode, atau gaya-gaya tutur (diversitas organisasi).
7.    Konsep-konsep fundamental yang diambil sebagai problematis dan diinvestigasi.
Seperti yang telah disebutkan pada ciri-ciri tersebut, etnografi komunikasi berat untuk memperkirakan seperangkat fungsi-fungsi Bahasa yang tertutup yang menerapkan  secara sama pada semua Bahasa dan semua masyarakat.  Ini merupakan kategori-kategori penggunaan Bahasa, misalnya, tindakan-tindakan, peristiwa-peristiwa, bukan struktur Bahasa, yang mempunyai prioritas teoritis: fungsi Bahasa itu sendiri dipolakan dan disusun (1) dan regularitas-regularitas ini adalah penting bagi penemuan seseorang tentang property-properti mengenai kode linguistic (2). Seperti dibahas di atas, apa yang dapat diasumsikan sebagai perbedaan: struktur-struktur dan fungsi-fungsi adalah relative adaptasi-adaptasi terhadap sistem-sistem kultural yang berbeda; suatu masyarakat tutur tunggal itu sendiri adalah suatu “diversitas organisasi” (6). (Hakikat tetang perbedaan seperti itu, sudah barang tentu, perlu ditemukan secara empiris sebelum generalisasi dapat diajukan). Meskipun konsep-konsep yang kelihatannya paling fundamental – adalah “problematis” dan memerlukan investigasi (7).

2. Analisis Sampel  : Pertanyaan Sebagai Tindak Tutur dalam Peristiwa Tutur
Etnografi  adalah suatu ancangan terhadap wacana yang mengkaji tentang kompetensi komunikatif. Ini dilakukan dengan menemukan dan menganalisis pola-pola dan fungsi-fungsi tentang berkomunikasi yang mengorganisir fungsi bahasa dalam perilaku kehidupan sosial. Bagian ini merupakan ancangan etnografis terhadap analisis tentang satu tindak tutur tertentu di dalam dua variasi peristiwa tutur.
Setelah secara singkat menggunakan grid SPEAKING untuk menggambarkan dua variasi tentang peristiwa tutur “wawancara”, dijelasan beberapa cara di mana pertanyaan-pertanyaan ditempatkan di dalam periwtiwa tutur ini dan dikaitkan dengan property-properti komunikatif: pertanyaan-pertanyaan selama wawancara di perpusakaan; pertanyaan-pertanyaan selama wawancara-wawancara penelitian sosiolinguistik. Analisis berjalan dengan baik di luar diskusi tentang bentu, makna, dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan itu sendiri.

2.1 Wawancara sebagai Peristiwa Tutur
            Wawancara adalah suatu peristiwa tutur yang mana  banyak orang di masyarakat Amerika telah menjadikannya budaya dalam keluarga. Wawancara telah menjadi suatu kekuatan yang sangat kuat dimasyarakat modern. Hamper dimulai sejak lahir, kita dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pendidik, psikolog, praktisi-praktisi medis, dan para majikan, dan kita mendengarkan wawancara-wawancara parlente di radio dan televise (Briggs 1986:1). Meskipun semua wawancara bisa berbagai dengan sangat baik beberapa inti yang umum –yang memungkinkan semua menjadi paham karena varian-varian yang berbeda dari peristiwa tutur yang sama wawancara-wawancara yang berperan suatu fungsi penjagaan itu. Sebagai contoh, apakah situasi tutur yang tidak simetris selama seseorang yang memiliki sebuah  lembaga social berusaha untuk memperoleh informasi tentang kehidupan, kepercayaan, dan praktik-praktik orang-orang di luar institusi agar dapat memberikan jaminan tentang pengakuan dari suatu hak istimewa kelembagaan. Pada wawancara-wawancara lainnya (misalnya wawancara survey penelitian, jajak pendapat), seorang perwakilan lembaga masih mencari informasi dari dan tentang orang-orang luar, namun informasi tersebut akan diambil kembali ke para anggota dari lembaga-lembaga tersebut, dengan tanpa pengaruh atau akibat langsung pada kehidupan bagi mereka yang telah memberikan informasi. Wawancara-wawancara yang disiarkan di radio atau audiens televisi mempunyai fungsi-fungsi tambahan, yang menciptakan hambatn-hambatan yang sama sekali berbeda mengenai apa yang dikatakan, misalnya mengadakan pembicara tamu kepada para audiens tentang hal-hal yang ingin diketahui oleh para audiens. Disamping, perbedaan-perbedan seperti itu, pertanyaan-pertanyaan adalah penting sekali bagi fungsi perolehan informasi dari semua wawancara.

2.2 Wawancara Referensi
       Perpustakaan–perpustakaan umum di Amerika mempunyai departemen khusus dalam materi referensi. Informasi yang relative teknis, atau informasi yang menarik minat bagi seorang mitra tutur tertentu, yang disimpan dalam format-format  misalnya ensiklopedia, buku-buku pedoman, jurnal-jurnal khusus, arsip-arsip, disket-disket computer. Tidak selalu tersedia di luar tempat perpustakaan. Akses publik terhadap bahan-bahan seperti itu sering kali dikontrol oleh seoran pustakawan yang mendapatkan diklat khusus, yang ditugaskan di sebuah meja khusus.
            Wawancara referensi adalah lebih pendek dan berfokus pada dua jenis wawancara yang ditentukan di sini. Tingkatan ACT (TINDAKAN), KEY (KUNCI), dan GENRES (JENIS) semuanya adalah relatif  sempit. Akan tetapi L dan P mengarahkan pembicaraan mereka kearah pemecahaan masalah-masalah yang dibawakan ke meja oleh P; tujuan akhir (ENDS) dari masing-masing partisipan sama-sama diketahui. Meskipun lebih banyak tujuan-tujuan tertentu berdasarkan pada banyaknya informasi tentang apakah kebutuhan-kebutuhan informasional dari sumber-sumber perpustakaan secara kontemporer atau sementara menyimpang dari tujuan utama selama berlangsungnya wawancara, tujuan-tujuan khusus ini adalah semuanya di bawah tujuan-tujuan utama.

2.2.1     Membuka Wawancara
Bagian-bagian pembukaan dari wawancara referensi adalah serupa dengan pembukaan  dalam menghadapi pelayanan. Setelah P (sama dengan pelanggan) membuat L menyadari akan kehadirannya (yaitu menggunakan kontak pandang) di meja referensi (tempat pelayanan), pertemuan dapat dibuka secara verbal: L dapat mengajukan sebuah pertanyaan yang membuka suatu pertanyaan. Kita akan mengetahui bahwa fungsi dari memulai pertanyaan jelas membentuk peran-peran yang terinstitusionalisasikan dari L dan P.
(1)  menggambarkan  penawaran L memulai  dan respons-respons P untuk penawaran tersebut.
(1)  Pustakawan menayakan inisial pertanyaan
(A)  L :(a) may  I help you? Anda memerlukan bantuan?
P : (b) sure’ ya ,memang’.
      (c) Um if don’t find an indication in the card catalog of which branch the
         book is to be found ‘Um jika saya tidak menemukan suatu petunjuk
         dalam kartu catalog di mana cabang ilmu dari buku tersebut harus
         ditemukan.                 
               L : (d) uh huh
                P: (e)  = what do I do next. Apa yang harus saya lakukan selanutnya ?
(B) L: (a) May I help you ? bolehkah saya membantu anda ?
P: (b) yes
   (c) I’m looking for …. Fanny Mae, and Fanny Mac? Saya sedang mencari
   Fanny Mae, dan Fanny Mac?
(d) And Freddie Mac, regulations, (federal) banks. Dan Freddie Mac,
      Peraturan-peraturan, Bank (Federal).
L : (e) Okay ‘Baiklah’
(C) L: (a) can I help you ?  Dapatkah saya membantu anda?
P: (b) Yeh,maybe ‘yah , mungkin’
    (c) I’m uh-Ivebeen  working up in New York city in theater doing acting and
       stage managing and one thing and another.
      Saya , uh, telah bekerja di New York City dalam teater melaksanakan
      ‘akting ‘ dan pengelolaan tentang satu hal dan hal-hal lainnya.
   (d) And I’m looking to try and get over to public relation which is  why I’m
       down here. Saya telah berusaha untuk mencari dan mendapatkan
     tentang hubungan kemasyarakatan oleh sebab itu saya kemari.
          L: (e) Okey. (Baiklah).
Setiap wawancara referensi dalam (1) secara verbal; terbuka oleh sebuat tuturan (May/can I help you? [Bolehkan saya membantu Anda?] yang secara konvensional telah banyak dipahami sebagai suatu penawaran. Namun perhatikan bahwa tuturan pembukaan seolah-olah juga seperti pertanyaan-pertanyaan, keduanya secara sintaktis (pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah kalimat Tanya) dan dalam hal intonasi (kalimat-kalimat tersebut mempunyai intonasi naik).

2.2.2  Pertanyaan Bagaimana Diisukan, Diklarifikasi, dan Diyakinkan
            Formulasi dan pemenuhan suatu pertanyaan adalah ENDS (tujuan) dari wawancara  referensi :pertanyaan P mencari informasi dan ini tergantung pada L untuk membantu P mendapatkan informasi tersebut pertanyaan tersebut dengan demikian mempunyai suatu peran yang sangat penting dalam mengorganisasi Norms (norma) di mana ACT SEQUENCE (urutan tindakan) dilakukan. Bahwa meskipun pertanyaan tidak memulai dengan pertemuan, pertanyaan di mana  permulaan dari suatu wawancara terarahkan. Kita melihat pada bagian ini bahwa pertanyaan-pertanyaan dari L dan P berjalan kearah klarifikasi lokal dari pertanyaan (dengan dasar secara bergiliran) dan resolusi global mengenal pertanyaan ( pada level dari seluruh peristiwa tutur): L dan P menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk disampaikan, diklarifikasi, dan berusaha untuk memecahkan pertanyaan tersebut.   Bentuk-bentuk lain dapat digunakan untuk beberapa ENDS (tujuan akhir) yang sama.
Dimulai dengan sebuat contoh yang digunakan P untuk meminta suatu item tertentu yang kemudian diberikan oleh L.
(3)  P: (a) I would like the um Mansfield Chart Sick chart.
      L: (b) [gives it to P]

Pernyataan pada (a) adalah sebuat pertanyaan meskipun tidak menggunakan sebuah bentuk pertanyaan utuk meminta informasi. Karena P mengetahui secara khusus apa yang dia inginkan dan di mana dia dapat memperolehnya (di meja L), dia dapat menggunakan sebuat bentuk permintaan yang bagus; untuk mencari item tersebut dari L. karena L dapat memberikan item yang diminta oleh P maka tidak ada permintaan untuk klarifikasi dari pertanyaan tersebut dan pertanyaan tersebut telah terpenuhi.
Pada percakapan (4) di bawah ini, P juga mengetahui apa yang dia inginkan tetapi kurang begitu mengetahui baik tentang lokasi ataupun aturan-aturan tentang penggunaanya. P menjelaskan pertanyaanya sebagai suatu pertanyaan (can you tell me) yang menanyakan tentang kemampuan L untuk memenuhi pertanyaan terebut (yaitu, pertanyaan-pertanyaan tentang suatu kondisi permintaan persiapan.
(4)   P: (a) Yes. can you tell me where I might find a numismatic catalog and if it can be taken from the library for a couple of days?
‘Ya. Dapatkan memberitahuku di mana saya bisa mendapatkan sebuat katalog tentang mata uang dan jika dapat dipinjam untuk dibawa ke luar perpustakaan selama beberapa hari?’
      L: (b) Is numismatics coins? ‘Apakah tentang mata uang koin?
      P: (c) Yeah. (ya)
      L: (d) Yes there – we do have some circulating books. ‘ya ada – kita memang mempunyai sebagian buku-buku yang dapat di pinjamkan.’
(e) it would be in the second floor. ‘Buku-buku itu ada di lanai dua’.
(f) And the call number for the coin books is 737 ‘Dan nomor panggil ujtuk buku-buku koin adalah 737’.
(g) There’s a stairway to the left of the front door and there’s someone up there who can help find …. (Ada tangga di sebelah kiri dari pintu depan dan ada seseorang di atas sana yang dapat Anda mintai bantuan untukmendapatkan ….)
P: (h) Thank you. ‘Terima kasihh’.
L: (i) You’re welcome. ‘Kembali’.
Di samping segera memberi P dengan informasi yang diperlukan, L mengecek makna dari pengetahuan atau cara pengumpulan mata uang (numismatics) (b), segera mengajukan suatu definisi tentang numismatics setelah pertanyaan tersebut. Setelah P merasa pasti makna dari numismatics dengan yeah (b), L memberikan bagian-bagian informasi yang diminta oleh P tersebut: lokasi (where I might find …. (a) dan bagaimana mendapatkannya (d hingga g). dan kenyatan bahwa sebagian adalah buku-buku yang dapat disirkulasikan (dipinjamkan) (d). meskipun informasi ini tidak ditujukan pada item  tertentu yang sedang dicari (suatu katalog buku tentang mata uang (a)), ini akan memberikan informasi P bagaimana dia bisa mendapatkan (a) item itu dengan sendirinya. Dengan demikian L telah memenuhi pertanyaan P (d) hingga g), namun demikian permintaan-permintaan (b) dan menerima (c) klarifikasi tentang pertanyaan sebelum melakukan hal tersebut.

2.2.3  Rangkuman: Pertanyaan-pertanyaan dalam Wawancara Referensi
Kita memulai pembahasan tentang wawancara referensi dengan menggunakan kisi-kisi SPEAKING Hymes untuk mendiskripsikan komponen-komponen  komunikatif yang meliputi peristiwa tutur ini. Dengan cara mengambil kesimpulan, ita dapat menghubungkan pertanyaan-pertanyaan di dalam wawancara-wawancara referensi pada komponen-komponen komunikatif ini. Pertanyaan-pertanaan di dalam wawancara referensi didistribusikan di antara para partisipan dengan cara-cara yang menyataka peranan-peranan PARTICIPANT (penutur dan mitra tutur) yang asimetris dan simetris. Kita mencatat suatu dasar pemikiran asimetri seluruh wawancara. P meminta suatu layanan dan L memberikan suatu layanan. Namun demikian, kita juga mencarat bahwa urut-urutan klarifikasi yang membantu untuk merumuskan dan akhirnya memenuhi suatu pertanyaan didistribusikan secara simetris. Pengalokasian tindakan-tindakan ini bagi actor-aktor menggambarkan suatu usaha yang lebih kolaboratif daripada yang mungkin dinyatakan denganistilah ‘wawancara’. Simetris ini dapat juga mencerminkan kenyataan bahwa L dan P berbagi ENDS (tujuan) (dan keudanya mengetahui bahwa mereka melakukan hal tertentu). Dan berbagi tujuan dapat membantu untuk memperhitungkan terhadap ACT SEQUENCE (urutan tindakan): suatu seri pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban, saling menukar di antara para partisipan, yang bekerja secara kumulatif kea rah pemenuhan tugas pokok dari wawancara tersebut.




2.3  Pertanyaan-pertanyaan di dalam Wawancara Sosiolinguistik
Bagian ini memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan dalam variasi wawancara lain: wawancara-wawancara penelitian sosiolinguistik. Wawancara sosiolinguistik mempunyai beberapa bentuk tipikal dari suatu wawancara. salah satu bentuk yag penting adalah ENDS (tujuannya) karena satu orang  (seseorang ahli sosiolinguistik, S) berusaha untuk memperoleh informasi khusus dari orang lain (seseorang responden, R), struktur aktivitas dan harapan-harapan untuk pemikiran perilaku mereka, setidakya secara parcial, di sekitar keinginannya adalah untuk memecahkan suatu distribusi informasi asimetris atau tidak simetri. ENDS (tujuan) ini serupa dengan yang ada pada wawancara-wawancara lainnya. Dengan cara seperti ini adalah penting karena seperti yang dinyatakan oleh  Cameron et al. (1992:13): “ interaksi antara peneliti dan yang diteliti tidak menghasilkan beberapa bentuk komunikasi yang menyimpang yang aneh pada situasi penelitian dan salah arah ketika sampai pada sifat ‘realitas’. Namun interaksi seperti itu komunikasi normal dalam salah satu bentuknya”. Dengan deikian, untuk menjelaskan kembali poin tersebut dari atas dalam hal-hal Cameron et al., kita dapat mengatakan bahwa “wawancara-wawancara” adalah salah satu bentuk komunikasi ‘normal’ di mana wawancara-wawancara spsiolinguistik adalah sama. Bisa kita amati bahwa apa yang memengaruhi bentuk dan fungsi dari pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara-wawancara sosiolinguitik adalah komponen-komponen komunikatif berikut: PARTICIPANTS, ENDS, ACT SEQUENCE, dan GENRE.

2.3.1  Pertanyaan-Pertanyaan Pencarian-Informasi
Mayoritas dari pertanyaan-pertanyaan tentang pencarian informasi yang membingungkan ditanyakan oleh S. S secara tipikal menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mencari informasi baik tentang topic-topik umum (“What kind of games did you play as a kid?”) [‘Pertmainan jenis apa yang kamu mainkan ketika masih anak-anak?] atau informasi khusus (misalnya “How did you play Jacks?”) [‘Bagaimana kamu memainkan Jack?’] informasi yang dikeluarkan oleh suatu pertanyaan pencarianinformasi bisa dihubungkan dengan wacana sebelumnya. Misalnya, S merespon den mendaftar sejumlah permainan termasuk “Jack”. Dan kemudian S menanyakan bagaimana R memainkan Jacks. Kedua pertanyaan S tersebut akan dianggap sebagai pertanyaan-pertanyaan untuk mencari informasi – meskipun pertanyaan yang kedua mengusahakan suatu topic yang terbuka dengan jawaban R pada pertanyaan yang pertama.
Ketika R menanyakan kepada R pertanyaan-pertanyaan untuk mencari informasi, pertanyaan-pertanyaan tersebut sering kali mempunyai efek-efek yang tidak diharapkan (yaitu aspek “hasil-hasil” dari ENDS. Pertama, pertanyaan-pertanyaan pencarian informasi R dapat mengarahkan pada saling tukar yang kelihatannya kurang mirip wawancara daripada percakapan-percakapan.
Perhatikan, pertama, bagaimana pertanyaan-pertanyaan R membantu mengubah interpretasi kita tentang suatu kegiatan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat  merupakan bagian dari saling tukar yang agak kurang mirip wawancara-wawancara jika dibndingkan dengan percakapan-percakapan. Dapat kita bandingkan percakapan (9) dan (10). (9) adalah sebuah segmen dari salah satu wawancara-wawancara penulis di mana penulis mengajukan pertanyaan pencarian informasi.
(9) S  : (a) Is the – are there ever block parties on this block? [Pernahkah Ada pihak-pihak yang menghambat pada hambatan ini?]
     R1: (b) No. [Tidak]
    S  : (c) No? [Tidak]
    R2: (d) Ump um.
    S : (e) Did you ever go to a block party any where? [Apakah Anda pernah pergi ke sebuat pesta kelompok dimana?]
    R3: (f) No
    R1: (g) Years ago, yeh. [tahun-tahun lalu]
    S : Did you ever go to one? [Apakah Anda pernah pergi ke suatu?
    R2: (i) No. [Tidak]
    S : (j) They’re supposed to be fun. I’ve never been to me. [Mereka telah mengira bersenag-senang].
(9) sangat tampak “wawancara” seperti sesuatu yang ekstrem sejak respons diberikan oleh pertanyaan yang berupa pernyatan tunggal atau penolakan.
(10) adalah wawancara berikutnya  dengan seseorang pembicara yang sama (R3, yang diidentifikasikan di sini sebagai R). dan lagi perlu diketahui pertanyaan-peranyaan R, dicatat secara pasti beberapa keistimewaan yang lebih banyak menunjukkan tipe percakapan daripada wawancara.
(10) R : (a) So probably my other ones will call me that. [jadi mungkin orang lain menyebutku demikian].
               (b) I think Grandmom’s nice [Saya kira nenek baik-baik saja]
       S : (c) I think it’s nice too [saya kira demikian]
       R : (d) I like it. [Saya suka itu]
       S : (e) Yeh. I call my- [Yah saya panggil …]
      R : (f)  Does your baby talk? [Apakah bayimu berbicara
      S : (g) Uh, he doesn’t t –say my name yet [Oh dia belum bisa panggil saya]
      R : (h)   Oh
     S : (i) Um … he makes a lot of noises! [Um .. dia berisik]
     R : (j) Yeh
     S : (k) And he has a very deep voice for his age [Dan dia banyak berbicara untuk seumuran dia]
    R: (l) Does he? [Betulkah?]
    S (m) hh It’s really funny t’hear him! [hh sangat lucu mendengarnya]
        (n) Because he’s so little, y’know, and his voice is deep, [karena dia masih kecil dan suaranya sangat jelas]
         (o) It sounds like it’s coming from an older person. [sepertinya berasal dari orang yang lebih tua]
     R : (p) Right [benar]
     S (q) And huh:
    R : (r) He’ll probably have a deep voice. [Dia mungkin akan sudah memiliki suara yang jelas]
    S : (s) Yeh I bet he will. [saya yakin dia akan begitu]
...
(10) adalah suatu bagian yang kurang mirip wawancara dan lebih mirip sebuat percakapan. Dapat dilihat tidak hanya dengan mengamati pertanyaan-pertanyaan R (f,l dll;)

2.3.2  Pertanyaan-pertanyaan untuk Mengecek Informasi
Salah satu tipe pertanyaan yang diajukan oleh keduanya S dan R  adalah pertanyaan untuk mengecek informasi. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa mempunyai keberagaman bentuk: kalimat-kalimat Tanya, pertanyaan-pertanyaan “tag” di mana “tag” adalah suatu inversi subjek pelengkap dengan membalik polaritas (misalnya “ You can do it, can’t you) [Anda dapat melakukannya bukan? Partikel seperti “tag” (yaitu seperti “see?”, y’know?”) pada akhir suatu peryataan deklaratif, partikel-partikel denganintonasi naik (misalnya, “really?”, “oh?”, “right?”) intonasi naik pad suatu pernyataan deklaratif atau bagian dari suatu pernyataan dengan intonasi akhir yang naik. Sebagian besar karena makna yang berhubungan dengan intonasi akhir yang naik, pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek informasi memenuhi menghormat, persiapan, dan kondisi-kondisi penting tentang pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek informasi. Kualitas utama yang membedakan pengecekan informasi dengan pertanyaan-pertanyaan mencari informasi adalah ruang lingkup dari apa yang sedang ditanyakan dan tipe respon mencari: informasi yang dicari bukan  pemenuhan suatu pernyataan, tetapi penerimaan dari suatu penunjukan atau pernyataan.

2.3.4  Ringkasan: Pertanyaan-pertanyaan dalam Wawancara Sosiolinguistik
Pertanyaan yang digunakan  dalam wawancara sosiolinguistik: pertanyaan-pertanyaan yang secara primer diajukan oleh S untuk mencari informasi, pertanyaan-pertanyaan baik oleh S dana tau R untuk mengecek informasi yang telah diberkan dan meminta klarifikasi. Walaupun pembagian dari gaya-gaya ini secara umum merupakan pertanyaan yang mendukung norma-norma dari struktur wawancara, para partisipan juga memanfaatkan harapan-harapan konvensional ini sebagai cara untuk menambah hubungan antar peran mereka dan definisi mereka terhadap situasi tersebut. Norma-norma yang menggariwbawahi penggunaan pertanyaan-pertanyaan selama wawancara sosiolinguistik paling banyak dipengaruhi oleh ENDS (TUJUAN AKHIR), dan PARTICIPANTS (PARA PARTISIPAN) dari peristiwa tutur. Tetapi juga perbedaan penting dalam hubungan di antara pertanyaan-pertanyaan dan ACT SEQUENCE (URUTAN TINDAKAN) secara keseluruhan dari awancara tersebut. Wawancara-wawancara sumber dipusatkan pada akhir gabungan dari sebuat pertanyaan tinggal (atau pertanyaan ganda).


C. SIMPULAN
Telah diketahui bahwa ancangan etnografi terhadap wawancara diperlukan untuk menemukan dan menganalisis struktur-struktur dan fungsi-fungsi dari komunikasi yang mengatur penggunaan Bahasa dalam situasi tutur, peristiwa tutur, dan tindak tutur. Pengetahuan dari struktur dan fungsi merupakan bagian dari keberhasilan suatu komunikasi: apa yang kita katakana dan kerjakan hanya memiliki arti dalam suatu kerangka kerja dari pengetahuan kultural.
Walaupun ancangan etnografi menyediakan analisis Bahasa, hal tersebut membuat Bahasa menjadi satu bagia dari pola rumit peristiwa dan tindakan yang memberikan arti pada kehidupan manusia. Analisis contoh tidak berpusat  pada pertanyaan dan berbagai macam wawancara namun pada tujuan, bentuk, partisipan dan tindakan lain yang dibentuk oleh peristiwa tutur. Jadi, dapat dicatat bahwa pertanyaan itu sendiri memberikan kontribusi peristiwa tutur “wawancara”. Maka, pembicaran selalu merupakan bagian dari berbagai realita yang menghadirkan sesuatu yang sudah ada ataupun membuat sesuatu yang baru (Duranti, 1988:225)











DAFTAR PUSTAKA

Bakat, Paul dan Sibonele Ellege.Key Term in Discourse Analysis, New York: Contuum,2011.
Beaugrande Robert de dan Wolfgang Dreseler. Introduction  to Text Linguistik  New York: Longman Group Limited.1981.
Hymes, D. Toward ethnographies of Comunication: Americcan anthropologist. 1972.
Hymes.D. Why Linguistics needs the sociologist. In foundation in sociolinguistics.: an ethnographic approach. Philadelphia: University  of  Pennsylvania.1974. 
Jorgense, Marianne dan loise J. Phillip. Discourse Analysis as Theory and Method.London :SAGE Publications Ltd. 2002.
Schiffrin, Deborah. Approaches to Discourse. Cambridge: Blackwell Publisher, 1994.
Titscher, Stefan, dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana (penerjemah Gazali, dkk.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



[1] Stefan Titscher,  dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana (penerjemah  Gazali, dkk.). Yogyakarta: Pustaka   
   Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar